Membeli motor bekas seharga motor baru
Hari Senin, saya memberanikan diri mengendarai motor itu ke tempat kerja. Saya berusaha mengendarai motor itu sepelan mungkin karena saya tahu remnya tidak berfungsi dengan baik.
Sepulang dari tempat kerja, saya masih mengendarainya dengan kewaspadaan penuh. Namun, meski sudah pelan-pelan, saya tetap panik ketika motor yang saya kendarai hampir menabrak mobil yang tiba-tiba berjalan pelan.
Saya sudah mengerem sekuat tenaga, tapi motor bekas itu tidak mau langsung berhenti. Akhirnya, saya harus sampai menyeretkan kaki ke aspal supaya motor itu mau berhenti. Maka niat saya sudah bulat untuk segera membawa motor itu ke bengkel.
Keesokan harinya, saya langsung membawa motor itu ke bengkel resmi sesuai merk motor. Setelah memeriksa motor bekas itu, para montir di bengkel malah terheran-heran.
Salah satu dari mereka berujar, “Untung sampean nggak kecelakaan di jalan, Mbak! Motor sampean parah sekali. Rem tidak berfungsi, roda ban luar ditambal asal-asalan dan itu bisa membuat pengendara kepleset!”
Saya hanya bisa menanggapi dengan, “Itu motor bekas yang baru saya beli, Pak.”
Setelah motor bekas itu selesai diservis, tagihan biayanya membuat saya kaget. Tidak sampai di situ, hampir setiap minggu, motor saya perlu masuk bengkel. Kalau menjumlahkan biaya membeli dan semua servis, ditambah biaya balik nama serta pajak, saya bisa membeli motor baru. Sedih.
Memberanikan diri membeli motor bekas untuk kedua kalinya
Setelah mendapat pengalaman pahit itu, saya dan suami sepakat untuk tidak membeli motor bekas lagi. Namun, lima tahun kemudian, kondisi keuangan membuat kami harus berani mengambil risiko.
Namun, kali ini saya bisa lebih hati-hati dalam memilih motor bekas. Khususnya adalah lebih giat mencari alternatif sendiri sesuai kebutuhan. Tidak boleh hanya “percaya” dengan satu informasi meski berasal dari orang dekat. Untungnya, suami mendukung sikap saya.
Oleh sebab itu, saya mulai mencari informasi tentang motor bekas di berbagai platform iklan, dari Facebook Marketplace sampai OLX. Saya bertanya-tanya tentang spek motor, menawar harga, pajak motor, mesin dan lain-lain. Sampai akhirnya saya menemukan penjual yang saya yakini cocok.
Saat melihat motor bekas pilihan saya, saya mengajak adik yang berpengalaman jual beli motor. Tujuannya supaya dia bisa memberi masukan dan tidak salah pilih motor lagi.
Harus punya ilmunya
Sesampai di rumah si penjual motor bekas, saya aktif bertanya, mencoba, dan mempertimbangkan motor-motor yang ada. Saya juga sangat apresiasi kepada bapak dealernya karena beliau tidak hanya mengambil keuntungan semata. Baginya tidak masalah kalau batal membeli karena tidak cocok. Beliau mengutamakan kepuasan pembeli.
Beliau bahkan siap menerima motor bekas yang sudah dibeli. Bahkan ketika sudah dipakai selama satu atau dua bulan. Si pembeli tinggal mengganti biaya perawatan dan bensin.
Singkat kata, disertai masukan dari adik, saya membeli satu unit motor bekas dari dealer itu. Alhamdulillah, sampai sekarang, motor itu masih saya pakai dan tidak ada kendala.
Banyak hikmah yang bisa saya petik dari pengalaman pahit ini. Salah satunya adalah jangan memelihara rasa tidak enakan jika itu tidak baik buat kita. Membeli motor bekas harus punya ilmunya atau mengajak seseorang yang sudah pengalaman dalam bidang otomotif.
BACA JUGA 5 Motor Bekas yang Paling Diburu dan kisah menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: Balkis Aminallah Nurul Mivtakh
Editor: Yamadipati Seno