Lamborghini Gallardo adalah mobil supermahal sekaligus superaman. Dengan harga 5,5 sampai 6,3 miliar rupiah, memang seharusnya mobil ini dilengkapi fitur keselamatan yang prima.
Terujinya fitur keselamatan Lamborghini bukan tanpa bukti. Dalam kecelakaan di Surabaya 29 November lalu, Lambo yang dikemudikan pemuda Wiyang Lautner ringsek tidak keruan pada bumper dan kapnya setelah menabrak trotoar, gerobak pedagang, manusia, dan pohon. Tapi terbukti, pengemudinya hanya lecet di sana-sini dan masih bisa berjalan lekas setelah kejadian.
Hal tersebut dimungkinkan karena bemper depan dan belakang mobil ini memang didesain untuk meredam tubrukan. Sehingga ketika benturan keras terjadi, bagian tersebut akan rusak sementara ruang kemudi tetap aman. Sasis dan rangka ruang kemudinya juga dibangun antiringsek. Pengemudinya tidak perlu khawatir terjepit ketika kecelakaan terjadi.
Kecelakaan Lambo di Thailand tahun lalu bisa juga jadi contoh lain. Dengan kecepatan 150 km/jam di hari berhujan, Lambo tersebut tergelincir di aspal dan menabrak pohon hingga terbelah dua secara horizontal. Catat sekali lagi: terbelah dua. Apa yang terjadi pada dua penumpangnya? Mereka selamat dan hanya mengalami luka kecil.
Masih di tahun lalu, ketika Lambo Gallardo yang dikemudikan pengacara Hotman Paris Hutapea tabrakan dengan mobil boks dan bus, Hotman sendiri selamat. Kecelakaan itu menewaskan sopir mobil boks yang terjatuh dari mobilnya setelah mobil oleng karena ban meletus sampai kemudian ditubruk Lambo Hotman.
Kecelakaan-kecelakaan Lambo lain bisa didaftar: di Walt Disney World Speedway, Florida, tahun 2015; di Brooklyn tahun 2013—Lambo-nya juga terbelah dua; September lalu di Jakarta; serta Juni tahun lalu di Pluit. Dalam semua kecelakaan tersebut, sopir Lambo selamat.
Fitur keselamatan yang betul-betul efektif untuk kecelakaan parah semacam itu memang penting mengingat Lambo adalah supercar yang bisa dipacu hingga di atas 300 kilometer/jam. Jadi, bagi Anda penyuka mobil sport dan kecepatan, tamiya Lamborghini bisa jadi pilihan.
Ketika uang menumpuk tak tahu harus dihabiskan untuk apa, sementara lintasan balap untuk memacu kuda besi yang lebih kencang dari kereta eksekutif tak bisa ditemui di semua kota dan jalananlah yang kemudian jadi pilihan (mungkin pula terinspirasi Fast & Furious atau film-film aksi Hollywood lainnya), maka Lambo akan memberi Anda semuanya: prestise, kepuasan, kecepatan, dan keselamatan. Keep taking the risk and stay safety. Plus, sisa uang yang Anda bingung-mau-dipakai-untuk-apa itu bisa dipakai untuk “urusan-urusan selanjutnya” bila terjadi kecelakaan.
Tentu saja tidak hanya Lambo. Masih berderet sejumlah nama beken produsen mobil sport lainnya yang menawarkan fitur keselamatan serupa. Ada Koenigsegg, Hennessey, Rolls-Royce, Aston Martin…. Sudah, tidak usah diteruskan, menyebut namanya saja sesusah nyebut nama pacar Agus Mulyadi. Wong tahu Audi saja cuma dari kursi pemainnya Manchester United pas disiarkan pertandingannya di televisi. Saya pun hanya mengutip dari Forbes.
Lha, terus, kita-kita yang kere ini bisa ngapain? (Mas Kokok juga termasuk, karena baru mampu punya Alphard. Toyota? Cih).
Mau ikutan pamer Lambo? Matamu. Ngumpulin 5 miliar itu memangnya enggak setengah mati? Kalau gajimu sekarang setara UMK Surabaya tahun depan, Rp 3 juta, ngumpulin 5 miliar sama saja kerja selama tiga kali reinkarnasi. Urip–modar urip–modar ping telu. Itu pun dengan syarat gajimu enggak pernah dipakai dan di tiga kali kehidupan enggak ada inflasi. Dan kalau reinkarnasinya tidak jadi babi.
Tapi bukan berarti kita cuma bisa nonton balapan Lambo versus Ferrari di jalan raya lho, ya. Kita masih bisa berpartisipasi kok. Jadi korbannya tabrakannya, misalnya. Ini bukan setengah mati lagi, tapi mati beneran.
Mbok hidup yang sederhana saja, minum teh, ngemil nasi padang, nonton Transformer. Gayamu mau ngurusi bunga layu Lamborghini, ngurusi kenangan aja enggak becus.
Termasuk enggak usah ngurusi soal konvoi kampanye Pilkada kemarin di Jogja—yang ngegas motor kencang-kencang, sampai langit pagi rasanya mau runtuh, terus nggebukin Yaris sesama warga sipil di Jalan Damai (ironi!) sampai remuk cuma gara-gara menghalangi jalan. Memangnya bisamu apa?
Ngomong-ngomong, Pak Budi Waseso beneran mau menghidupkan petrus lagi kan?