MOJOK.CO – Sampai saat ini, bus Bagong dan Harapan Jaya menyandang status biang masalah jalanan. Dan status itu memang punya dasar. Gila betul.
Sebagai member tetap bus Bagong dan Harapan Jaya, izinkan saya bercerita Point Of View (POV) dari dalam bus. Dua bus yang menyandang status sebagai biang masalah jalanan.
Senin 26 Mei 2025, pagi itu saya kembali ke Kediri. Selama 9 bulan ini, saya menjalani rutinitas yang sedikit melelahkan. Saya ngikut istri tinggal di Surabaya, tapi masih kerja di Kediri.
Paling tidak Senin dan Selasa, saya harus berada di Kota Tahu. Selebihnya, tugas saya kerjakan remote dari kos satu setengah lantai di Jalan Asem Jajar, Bubutan. Kadang juga tiba-tiba berangkat dan langsung kembali sebelum Magrib. Biar masih keburu naik Suroboyo Bus dari Terminal Purabaya. Lumayan, cuma Rp5.000. Lebih murah, dibanding harus naik ojek online. Tanpa promo, bisa mencapai Rp49.000.
Yang terjadi di dalam Bus Bagong dan Harapan Jaya
Sejauh ini, pilihan yang paling worth it untuk ke Kediri memang bus. Kereta api murah sih, Rp15.000. Tapi, perjalanan yang sampai 4 jam bikin males. Belum kalau harus berangkat Subuh.
Pilihannya berarti bus Bagong atau Harapan Jaya jurusan Surabaya-Tulungagung atau langsung Trenggalek lewat Kediri. Tarif biasa Rp26.000, turun Semampir.
Saking sering naik bus Bagong atau Harapan Jaya, saya hafal banget muka pedagang-pedagang asongan. Cara marketing jadul mereka juga sudah ketebak. Naruh dagangan dari depan sampai belakang sambil memberikan narasi template.
Barang-barangnya nggak penting, penggaris dan pensil, potongan kuku, dan holder hape. Katanya buat nonton YouTube sambil tiduran, biar hape nggak jatuh. Kalau makanan, biasanya kacang, keripik, tahu yang katanya “sumedang”, serta onde-onde yang biasanya cuma ada di Mengkreng.
Pengamen di bus Bagong atau Harapan Jaya juga itu-itu aja. Mereka seperti punya pembagian wilayah tak tertulis. Mengkreng biasanya trio. Mereka membawa kendang paralon dan gitar. Vokalisnya cewek. Suaranya lumayan merdu. Terbaru, ada bapak-bapak perlente yang 2 atau 3 kali ketemu selalu nyanyi “Maaf Cintaku” dari Iwan Fals.
Jalur Purwoasri ada ibu-ibu berhijab yang konsisten bersholawat. Bergantian dengan pria pendek tanpa alat musik, yang memilih lagu “Marjinal” khas dengan aksi demo mahasiswa. Potongan liriknya kira-kira begini, “Buruh tani mahasiswa, rakyat miskin kota, bersatu padu rebut demokrasi, gegap gempita dalam satu suara, demi tugas suci yang mulia.”
Disambung bapak-bapak tua gondrong dengan sound system kecilnya, bergiliran dengan wanita setengah baya yang kompak membawakan genre dangdut. Suara mereka yang nggak merdu-merdu amat, lumayan menyamarkan ketakutan yang memuncak sepanjang jalur ini sampai Semampir.
Baca halaman selanjutnya: Pameran nyali tebal di dalam bus.
Nyali tebal
Ya, di jalur arteri ini pertarungan bus terjadi. Penumpang yang tercecer di Papar, Minggiran, Semampir, sampai Terminal Tamanan jadi rebutan. Mereka seperti kejar setoran. Mungkin sampai Tulungagung hingga Trenggalek, maupun sebaliknya.
Bus Bagong atau Harapan Jaya Mereka sendiri nggak takut kalau harus menyalip dan memakan lajur kanan. Lawannya yang harus minggir. Kenek terus monitor bus di belakangnya, sopir tancap gas.
Rasanya seperti naik wahana roller coaster. Sangat menegangkan nai kbus Bagong atau Harapan Jaya. Jika dari bawah bus-bus ini terasa menyebalkan, saya yang di dalam juga deg-degan, kok. Takut nabrak, takut juga nyemplung sawah. Seperti yang terjadi pada Jumat 10 Maret 2023 di Purwoasri.
Tapi ya tidak bisa dimungkiri, kecepatan waktu yang bus Bagong atau Harapan Jaya tawarkan dibanding kereta api, membuat banyak orang memilih bus. Unit bus yang baru-baru juga membuat nyaman. Beberapa bus Bagong malahan punya colokan USB di masing-masing kursi, mirip bus pariwisata. Jadi, saya memilih menikmatinya sambil TikTokan.
PoV dari dalam bus Bagong dan Harapan Jaya
Saya iseng nanya ke beberapa orang penumpang bus Bagong atau Harapan Jaya. Bagaimana point of view atau sudut pandang mereka dari atas. Meski menganggap biasa, mereka deg-degan juga ternyata.
“Senam jantung sepanjang perjalanan itu nyata adanya,” kata Widyowati.
Untuk mengatasi ketakutan ini, biasanya orang-orang memilih duduk di tengah. Antara main hape atau tidur. Entah tidur beneran atau memaksa mata merem, padahal nggak bisa.
“Wes biasa, Mas. Tinggal tidur ae, pilih kursi tengah,” saut Hendra.
Kurang ajarnya, ada juga yang menganggap ini seru. “Seru, ini seninya,” kelakar Sigit. Padahal, yang di bawah taruhan nyawa. Dulu, sebelum ada tol, menurutnya lebih seru. Selalu lewat jalur arteri.
Sigit meminta saya mengamati, mana orang yang biasa naik bus atau mereka yang baru pertama kali merasakan ketegangan di jalur ini.
“Yang anteng itu berarti orang lama, yang resah, kaget ketika banting setir itu biasanya orang baru,” kata dia.
Mereka seperti tidak bisa memaksa pak sopir bus Bagong atau Harapan Jaya buat mengurangi gas. Enaknya memang memilih menikmati, dan berharap tidak terlalu membahayakan pengendara lain, terutama dari arah berlawanan.
Jejak kelam kecelakaan
Selain di Purwoasri, kecelakaan bus Bagong dan Harapan Jaya di Kediri memang cukup sering. Terakhir, bus bernomor polisi AG 7427 US itu tabrakan dengan motor Honda CBR dengan plat nomor AG 4106 ECD.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Kediri-Tulungagung di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih pada Kamis (1/5/2025) sekitar pukul 11:30 WIB.
Tak jarang korbannya meninggal dunia, seperti yang terjadi di Simpang Empat Baruna. Bus Harapan Jaya mengambil jalur kanan dan menabrak Alfin Setiawan, pedagang asongan berkebutuhan khusus asal Lingkungan Tirtoudan, Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren.
Korban sempat dilarikan ke RS Bhayangkara, namun nyawanya tidak tertolong akibat luka parah yang dideritanya. Malik Alfian (59), warga Desa Purwodadi, Kecamatan Kras, yang merupakan sopir bus Harapan Jaya, ditetapkan sebagai tersangka.
Baru-baru ini juga viral video ribut-ribut antara sopir bus Bagong dan pengendara mobil Calya di Tulungagung. Sopir dan krunya dianggap biang masalah jalanan.
Polisi kemudian memberi sanksi tilang kepada pengemudi bus tersebut karena berusaha menerobos lampu merah. Selain itu, pihak pengelola bus juga memberi sanksi skorsing terhadap pengemudi tersebut.
Penulis: Yanuar Dedy
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bus Harapan Jaya Jawa Timuran Busnya Orang-orang Tak Punya Pilihan: Jauh dari Kemewahan, “Menyiksa” Sepanjang Perjalanan dan catatan lainnya di rubrik OTOMOJOK.
