Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mengatasi Sakit Mental Itu Seperti Ngalahin Dementor Pakai Mantra Patronous

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
10 Oktober 2018
A A
sakit mental dilawan pakai patronus MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hari ini, 10 Oktober 2018 adalah Hari Kesehatan Mental sedunia. Sudahkah kamu menjaga kesehatan mental seperti menjaga kesehatan fisikmu? Sakit mental itu bahaya juga.

Sejak kecil, kita semua diajari untuk menjaga kesehatan fisik. Misalnya, disuruh gosok gigi setelah makan supaya gigi tidak berlubang, disuruh minum obat ketika sakit, dan disuruh mengobati luka pakai Betadine kalau kita berdarah karena terjatuh atau melukai diri kita tanpa disengaja.

Yang menurut saya aneh dan baru saya sadari adalah kenapa ya rasa-rasanya kok kita nggak pernah diajarkan hal yang serupa ketika berbicara soal sakit mental? Padahal kan sudah jelas kalau manusia itu bukan hanya seonggok daging yang menurut sains terdiri dari 70% air dan 30% kekecewaan tapi ada juga bagian lain seperti pikiran dan perasaan yang juga tak kalah pentingnya.

Apa karena sakit fisik itu luka yang nampak makanya kita lebih memperhatikan kesehatan fisik dibanding sakit mental, ya? Padahal, luka mental itu sebenarnya tidak sepele. Meskipun tidak berdarah, sakit mental bisa lebih parah dari sakit fisik. Kalau nggak percaya, Almarhum Maggie Z sudah pernah kasih contoh dalam lagunya. Katanya “Lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati ini~ biar tak mengapa~”

Kalau sakit gigi, kita cuman nggak bisa makan. Coba kalau sakit mental, misalnya kamu patah hati, selain nggak bisa makan, kita juga nggak bisa tidur, kerja, dan nggak bisa ngapa-ngapain termasuk nggak bisa berhenti nangis dan mengingat kenangan ketika bersamanya. Loh seriusan ini!

Contoh sakit mental lain yang juga nggak kalah serius selain patah hati adalah luka akibat penolakan. Penolakan itu, selain bisa membuat kita kehilangan kepercayaan diri, juga bisa membuat kita takut mencoba lagi. Kenapa? Ya karena sudah yakin sejak dalam pikiran bahwa kita akan ditolak kembali dan gagal.

Ini sih masih jenis luka mental normal, masih stadium satu lah. Banyak lagi sakit mental yang lebih berbahaya, lebih menyakitkan, dan mengerikan. Bahkan sampai membuat orang yang merasakannya memilih untuk menyerah dan mengakhiri hidupnya.

Kok bisa sih ada penyakit mental yang separah itu, tapi nggak dapat perhatian dari orang-orang? Ya tentu saja bisa, penyebab utamanya karena orang yang sakit mental lebih suka mengubur “sakit” mereka dalam-dalam karena merasa tidak akan ada orang yang mengerti perasaan mereka.

Mereka juga takut akan persepsi orang jika bercerita. Alih-alih mendapat empati, mereka biasanya dihujani dengan ceramah atau dinilai jauh dari Tuhan dan kurang baca Al-Quran. Masalah kesehatan mental sampai saat ini memang masih sedikit dibicarakan. Akibatnya terbentuk stigma dan kesalahpahaman ketika membahas persoalan ini.

Depresi, sebagai salah satu bentuk spesifik sakit mental, masih dianggap sebagai sesuatu yang nggak penting. Ketika curhat kalau kita sedang depresi, masih banyak orang yang langsung menghakimi kalau kita “sakit jiwa” dengan konotasi orang gila. Padahal itu dua hal yang berbeda. Jadinya, depresi masih sering disepelekan.

Padahal kalau kita mau jujur-jujuran, sakit mental itu sebenarnya dirasakan oleh semua orang. Bahkan kata WHO, permasalahan ini bisa muncul sejak usia 14 tahun. Sayangnya, kebanyakan tidak terdeteksi atau hanya dibiarkan sembuh sendiri. Padahal kalau dibiarkan, sama seperti sakit fisik, sakitnya bisa semakin parah.

Menurut sains, sakit mental juga dapat menjadi sakit fisik. Dalam banyak kasus, orang depresi merasakan sakit kepala berlebihan yang mendorong dia untuk menggunakan alkohol atau/ dan obat-obatan untuk meredakan rasa sakit itu. Belum lagi gangguan tidur dan masalah pola makan yang mengikuti di belakangnya. Pokoknya seram deh…

Setelah tahu bahwa kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik, kira-kira cara menjaga kesehatan mental itu bagaimana, sih?

Pertama, yang perlu kita lakukan adalah mempelajari dan memahami tanda-tanda kemunculan sakit mental. Sama seperti sakit fisik, tubuh kita mempunyai sistem “peringatan” yang akan memberikan tanda jika ada sesuatu hal buruk sedang terjadi. Mengenali tanda ini akan membantu kita mengetahui sesuatu yang salah di dalam diri.

Iklan

Kedua, setelah mengetahui tandanya, kita harus inisiatif dan berani bercerita ke orang lain. Kita butuh orang untuk bercerita atau sekadar mendengarkan keluh-kesah kita. Bercerita akan meringankan beban kita. Menunjukkan emosi dan rasa sedih di hadapan orang lain adalah sesuatu yang normal. Jangan merasa membebani orang lain. Khususnya, orang-orang terdekat kita. Yakini dan percaya bahwa mereka peduli dan akan selalu ada bersama kita.

Ketiga, mulai lakukan self care. Ketika merasa sedang tidak baik-baik saja, lelah, stres, atau ketakutan, kita harus berhenti sejenak. Lupakan dulu pekerjaan. Kalau perlu, pergi liburan, makan enak, dan bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan. Ingat, kesehatan adalah nomor satu, pekerjaan normor sekian. Toh, kalau dipaksakan bekerja, kita tidak akan bisa melakukannya dengan baik.

Terakhir, belajar untuk tidak terlalu jahat terhadap diri sendiri. Saya sangat tahu hal ini karena pernah mengalaminya sendiri. Ketika sakit mental, akan ada banyak hal buruk yang muncul.

Kebanyakan dari hal buruk itu adalah pikiran-pikiran bahwa kita tidak berguna, kita jahat, dan tidak pantas mendapatkan hal baik. Akibatnya, kita akan diliputi perasaan bersalah. Saat mengalami hal ini, saya menyebutnya diri saya sedang sakit otak.

Pada titik ini, kita harus berhenti menghakimi dan belajar memaafkan diri sendiri. Kita harus ingat bahwa pikiran jahat itu hanya ada di dalam otak. Ingat juga bahwa banyak hal baik lain yang pantas kita dapatkan.

Kamu pasti kenal J.K Rowling, kan? Sebelum dan saat menulis Harry Potter, J.K. Rowling sedang depresi. Beliau menggambarkan depresinya lewat sosok Dementor.

Dementor adalah makhluk yang kerjaanya mengisap jiwa dan kebahagiaan orang lain. Rowling menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengalahkan Dementor adalah dengan menciptakan Patronous, sebuah sihir yang hanya bisa terbentuk ketika kita memikirkan kenangan-kenangan indah yang penting dan berarti bagi diri kita.

Jadi, ketika kita merasa sakit mental dan mulai merasakan “Dementor-Dementor” itu menyerang, coba hentikan dengan mengeluarkan mantra Patronous. Ingat lagi hal-hal indah, menyenangkan, dan Wushhhhhhhhh Dementor-Dementor itu akan kabur ketakutan.

Terakhir diperbarui pada 10 Oktober 2018 oleh

Tags: depresiHari Kesehatan Mentalharry potterJ.K Rowlingsakit mental
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO
Malam Jumat

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
Self-Harm, Cara Saya Mengobati Tekanan dan Depresi Sebagai Penderita Epilepsi MOJOK.CO
Esai

Self-Harm, Cara Saya Mengobati Tekanan dan Depresi Sebagai Penderita Epilepsi

31 Mei 2022
Generasi Sandwich Nggak Butuh Dukungan, Kami Butuh Uang, Uang yang Banyak MOJOK.CO
Esai

Generasi Sandwich Nggak Butuh Dukungan, Kami Butuh Uang, Uang yang Banyak

25 November 2021
Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi MOJOK.CO
Esai

Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi

11 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.