Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Kisah Nabi Ibrahim Usir Tamu Majusi dan Kedatangan Izrail

Muhammad Zaid Sudi oleh Muhammad Zaid Sudi
14 April 2021
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dikenal sebagai nabi yang sangat dermawan, Nabi Ibrahim punya kebiasaan tidak makan kecuali bersama dengan tamu. Karena kebiasaan itu pula, ia punya paraban atau julukan aba dhaifan (bapak para tamu).

Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad pun pernah bersabda, “Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang menjamu tamu.”

Setiap hari Nabi Ibrahim menunggu para pelancong lewat. Tak jarang ia berjalan jauh untuk mencari mereka dan membawanya pulang untuk dijamu dengan makanan dan disediakan tempat istirahat.

Suatu ketika, tidak ada pengembara yang berhasil ditemui oleh Nabi Ibrahim. Dan itu terjadi selama tiga hari berturut-turut. Ibrahim pulang ke rumahnya dengan perasaan murung.

Di hari keempat Nabi Ibrahim melihat seorang lelaki tua muncul di atas unta. Dengan hati berbunga-bunga Nabi Ibrahim segera mencegatnya dan mengundang orang tua itu ke rumahnya. Lelaki itu menyambut keramahtamahan Ibrahim dengan sukacita.

Lalu sebuah insiden terjadi di meja makan. Ketika bersiap untuk menyantap makanan, Nabi Ibrahim melihat tamu di hadapannya diam saja. Tidak ada doa atau puja-puji terucap dari mulutnya, seperti yang biasa ia lakukan. Nabi Ibrahim lalu bertanya kepada tamunya.

Menurut tamunya, dalam agamanya tidak ada kebiasaan berdoa sebelum makan. Ia seorang Majusi. Jawaban itu mengagetkan Nabi Ibrahim. Ia merasa kecewa dan kesal dengan tamunya. Diceritakan Ibrahim kemudian mengusirnya. Tamu tua itu segera meninggalkan rumah Ibrahim.

Namun sikap yang ditunjukkan Nabi Ibrahim itu rupanya tidak disukai Allah, sehingga Nabi Ibrahim langsung mendapat teguran.

“Apa kerugianmu jika engkau menerima tamu itu, walaupun ia ingkar kepada-Ku? Aku akan mengganti makanan dan minuman yang kau suguhkan kepadanya. Bukankah Aku sendiri telah memberinya makan dan minum selama 70 tahun?”

Betapa malunya Nabi Ibrahim mendapat teguran itu. Ia pun segera mengejar dan mencari orang tua itu lantas membujuknya untuk balik ke rumah. Meski keheranan dengan perubahan sikap orang yang mengundangnya lelaki itu mau menerima undangan Nabi Ibrahim setelah mendengar penjelasan si tuan rumah.

“Betapa baik Tuhanmu kepadaku,” kata si tamu.

Ada yang mengatakan kisah tentang Nabi Ibrahim ini tidak patut dipercaya. Narasi itu diciptakan sebagai upaya untuk mendiskreditkan seorang nabi yang mulia. Dengan reputasi sebagai hamba Allah yang dermawan, mustahil Nabi Ibrahim melakukan tindakan konyol seperti itu.

Tapi sebagaimana Nabi Muhammad yang sempat bermuka masam kepada Abdullah bin Ummi Maktum, penolakan atau kejengkelan Ibrahim sebenarnya merupakan reaksi yang alami. Nabi Ibrahim juga manusia biasa yang bisa khilaf.

Manusia umumnya merasa lebih nyaman bersama dengan orang yang satu kelompok dengan dirinya. Kita juga biasa mendefinisikan orang yang tidak satu kelompok dengan kita entah agama, partai, pilihan politik, klub sepak bola, organisasi kemasyarakatan sebagai pihak yang ‘lain’.

Iklan

Tapi Allah menegur Nabi Ibrahim atas sikapnya tersebut. Sebab mekanisme yang tampak alamiah ini dapat menjadi sumber bagi sesuatu yang berbahaya seperti permusuhan dan diskriminasi. Lebih berbahaya lagi ketika sikap permusuhan dan diskriminasi itu diIakukan atas nama Tuhan. Padahal Tuhan sendiri begitu luas kasih sayangnya.

Pesan lain yang agaknya juga hendak dikirimkan dari teguran itu adalah bahwa agama tidak semata berurusan dengan teologi. Ada aspek lain yang tidak boleh dilupakan oleh kaum beragama, yaitu akhlak. Bahwa perbedaan agama dan keyakinan tidak seharusnya membuat seseorang merasa bebas mempersetankan akhlak.

Keluhuran akhlak itu pada akhirnya menjadi manifestasi utama dari orang yang mengaku beragama. Penekanan pada akhlak ini terus menjadi pesan kenabian, hingga pada Nabi Muhammad. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,” sabda Nabi.

Syahdan, peristiwa Nabi Ibrahim tidak menemukan seorang tamu kembali terulang. Ia berangkat untuk mencari seseorang untuk diundang ke rumahnya tetapi tidak menemukan siapa pun. Ketika dia kembali ke rumah, dia menemukan ada orang asing di dalam rumahnya.

“Bagaimana kamu masuk ke rumahku tanpa izin?” Nabi Ibrahim bertanya.

“Aku masuk atas izin Tuhan,” jawab orang asing itu.

“Siapa kamu?” Ibrahim bertanya

“Aku Izrail,” jawabnya.

“Apakah kau akan mencabut nyawaku?” tanya Ibrahim.

“Tidak, aku diutus Allah menemui hamba-Nya untuk memberinya kabar baik bahwa Dia telah memilihnya sebagai teman karib-Nya.”

“Siapa dia?” Ibrahim bertanya.

“Demi Allah jika kamu memberitahuku tentang dia, aku akan pergi dan mengunjunginya meskipun dia berada di tempat yang paling terpencil, dan aku menjadi tetangganya sampai maut memisahkan kami. ”

“Hamba itu adalah kamu,” jawab Malaikat Izrail.

“Aku?”

“Iya.”

“Mengapa Allah memilihku sebagai teman karib-Nya?” Ibrahim bertanya.

“Karena kamu memberi kepada orang dan tidak meminta apa pun dari mereka.”

Nabi Ibrahim mendapat gelar khalil Allah yang dalam pengertian umum diartikan sebagai sahabat dekat Allah. Namun ada pengertian lain dari gelar tersebut, seperti dikemukakan oleh Ibn Arabi. Ia menurunkan kata tersebut dari kata takhallul yang artinya meresap atau merasuk.

Gelar khalil itu, menurutnya, diberikan kepada Nabi Ibrahim karena segenap daya dan anggota tubuhnya telah diresapi oleh Allah sehingga ia memanifestasikan sifat-sifat ilahiyyah.


Sepanjang Ramadan, MOJOK menerbitkan KOLOM RAMADAN yang diisi bergiliran oleh Fahruddin Faiz, Muh. Zaid Su’di, dan Husein Ja’far Al-Hadar. Tayang setiap waktu sahur.

Terakhir diperbarui pada 15 April 2021 oleh

Tags: Cerita NabiKolom Ramadan
Muhammad Zaid Sudi

Muhammad Zaid Sudi

Kadang penulis, kadang penerjemah, kadang guru ngaji. Tinggal di Jogja.

Artikel Terkait

Kolom

Nabi Muhammad dan Riwayat soal Malaikat di Sekitar Kita

10 Mei 2021
Kolom

Bertambah Wawasan, Bertambah Kegelisahan

9 Mei 2021
Kolom

Kisah Nabi Isa dan Orang Bebal

8 Mei 2021
Kolom

Izinkan Saya Bercerita Tentang Ayah Saya

7 Mei 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.