MOJOK.CO – Selamat, Real Madrid, setelah berhasil lolos ke babak final Liga Champions untuk ketiga kali secara berturut-turut.
Leg kedua babak semifinal Liga Champions antara Real Madrid melawan Bayern Munchen berjalan menarik. Wajib mencetak dua gol atau lebih, Bayern langsung tancap gas sejak awal pertandingan. Penonton yang menyaksikan laga di Santiago Bernabeu tidak diberikan kesempatan bersantai karena peluang demi peluang terus tercipta.
Saya mencatat ada beberapa peristiwa menarik yang mewarnai jalannya laga yang dimenangi Real Madrid tersebut yang layak kita pergunjingkan.
Pertama dan terpenting, dan Anda harus sepakat dengan saya soal ini, Lucas Vazquez terlampau gagap menjadi bek kanan. Sudah hilang hitungan saya melihat berapa kali David Alaba dan Frank Ribery terlalu bebas melakulan penetrasi.
Saya rasa, Zidane perlu memikirkan ulang opsinya menjadikan pemain berumur 26 tahun itu sebagai bek kanan ketika DanIi Carvajal absen. Penjualan Danilo ke Manchester City di musim panas tahun lalu baru terasa akibatnya. Ah, andai saja melihat celah sebagus ini Alaba bisa seefektif Jordi Alba dan Ribery masih 7 tahun lebih muda.
Kedua, Saya tidak mau mempercayai tahayul, namun potongan rambut baru Keylor Navas mungkin memang berkaitan dengan penampilan gemilangnya. Siapa tahu refleknya menjadi lebih baik karena beban di kepalanya berkurang? Penyelamatan pentingnya menghalau tendangan keras jarak dekat Corentin Tolisso di menit ke-74 menjadi puncak kegemilangannya. Sebagus ini masa mau diganti David De Gea sih?
Lalu soal pertarungan sengit Joshua Kimmich dan Marcelo. Dua bek sayap yang termasuk kelas elite ini menjadi bukti bahwa posisi yang mereka tempati mempunyai peranan krusial dalam era sepak bola modern.
Dimulai dari Kimmich yang kembali mencetak gol, dibalas Marcelo yang menjadi penyuplai umpan silang indah untuk gol Karim Benzema. Sebelum melepas umpan, Marcelo lebih dulu mengecoh Kimmich, sekaligus mengingatkan Kimmich untuk tidak jemawa setelah mencetak gol.
Nomor empat, setelah hilang dari peredaran di paruh pertama musim 2017/2018, Benzema menunjukkan tajinya di saat genting. Pemain berdarah Prancis ini kembali mengingatkan dunia bahwa sebelum Mohamed Salah, dirinyalah pemain beragama Islam yang lebih dahulu terkenal di daratan Eropa. Dua gol diborongnya malam ini. Alhamdulillah.
Kontroversi terjadi di penghujung babak pertama. Bola yang mengenai tangan Marcello menuai protes dari pemain Bayern. Protes tidak digubris wasit karena Marcello dianggap tidak memiliki niatan atau kesengajaan untuk mengganggu arah bola.
Entahlah, saya selalu bingung soal peraturan FIFA yang satu ini. Bagaimana wasit bisa mengetahui apakah Marcelo sengaja atu tidak? Isi hati siapa yang tahu? Itu wasit atau Joshua di serial Indra Keenam (bajigur lawas)?
Sebelum Anda mempertanyakannya, Izinkan saya untuk tidak membahas tentang blunder Sven Ulreich. Tidak ada yang perasaannya lebih kacau daripada dia hari ini. Tolong, biarkan dia sendiri dulu. Mending kita menggunjingkan Cristiano Ronaldo saja.
Nah, apa kabarnya Cristiano Ronaldo? Saya hanya melihatnya sekali saat gagal memanfaatkan peluang platinum (udah bukan emas lagi) di menit ke-54. Diberi umpan matang dan hanya tinggal berhadapan sama kiper, eh tendangannya malah melambung. Dasar pemain “terbaik” dunia.
Terakhir, saya tertawa melihat polah Raphael Varane. Di babak pertama, Varane kelihatan kesakitan sekali (sampai tersungkur) karena tangannya tidak sengaja terinjak Robert Lewandowski. Kejadian ini membuatnya memulai babak kedua dengan perban di tangan.
Sampai pada satu kesempatan, ia berhasil memotong bola kiriman Alaba dalam usaha menyelamatkan gawang Madrid. Untuk merayakan keberhasilannya, pemain asal Prancis ini melakukan high-five bersemangat dengan Marcelo dan Sergio Ramos menggunakan tangannya yang sedang luka.
Maaf-maaf nih, Mas Varane, jadi udah gak sakit lagi nih lukanya? itu perban beneran atau cuma properti Opera van Java?
Selamat untuk Madrid yang memang layak sampai ke final! Bayern jangan bersedih! Siapa suruh Neuer cedera?