MOJOK.CO – Orang goblok itu sesekali boleh lah dikasih tepuk tangan sambil berdiri. Soalnya mereka ini merupakan penolak hukum alam paling haqiqi.
Pada era yang serba onlen-onlen saat ini, masih banyak orang yang beranggapan bahwa menjadi orang yang sukses—atau sebutlah jadi orang kaya—itu harus pintar.
Banyak sekali gembar-gembor dari para motivator, analisis, sampai mereka yang punya rambut klimis mengglorifikasi bahwa pintar dan cerdas adalah modal utama untuk jadi kaya dan sukses di masa depan.
Dari kecil hingga sekarang, hukum tersebut diteriakkan tanpa henti bahkan sejak manusia masih dalam bentuk proposal.
Buih-buih motivasi itu lalu diiringi dengan jejeran cerita sukses orang-orang yang konon kabarnya bisa sukses karena kepintarannya. Lantas sampailah pada kesimpulan, bahwa hakikatnya manusia yang sukses adalah mereka yang pintar, bukan yang goblok.
Seiring dengan itu, arus deras penanaman nilai bahwa goblok adalah sesuatu yang hina mulai diamini. Mereka yang dicap goblok oleh teman, sahabat, bahkan keluarga, sering dilabeli sebagai manusia sampah yang tidak boleh dicontoh.
Padahal orang goblok itu seharusnya dihormati dan sesekali boleh lah dikasih tepuk tangan sambil berdiri.
Lah, lah, kok gitu? Kamu goblok apa gimana?
Oke, oke, mari berpikir di luar kotak tentang manusia yang diharuskan menjadi pintar dan cerdas itu menjadi semacam hukum alam. Maka ketika bicara orang goblok di dunia ini, dapat disimpulkan orang goblok adalah salah satu entitas yang nekat melawan hukum alam. Melawan arus deras hukum absolut dunia.
Lagian, asal kamu tahu, jadi orang goblok kalau dijalani dengan tekun, Insya Allah hasilnya ada.
Yang penting yakin. Itu.
Toh, pada dasarnya manusia itu punya pintar dan gobloknya masing-masing. Hanya saja, pintar ngambil start lebih dahulu dengan nyewa berbagai juru bicara yang kompeten untuk memberitahu kepada banyak manusia bahwa menjadi pintar itu penting.
Jadi kita ini sebenarnya goblok, tapi mungkin ketutupan pintar yang lebih banyak. Makanya gobloknya lebih sering nggak kelihatan. Mau sepintar apapun manusia, pasti ada gobloknya juga. Oleh karena itu, mari akui eksistensi orang-orang goblok ini beserta fungsi dan perannya untuk kehidupan bersama.
Ini serius, sekarang saya tanya, coba kalau populasi orang goblok nggak ada di dunia ini? Orang pintar nggak bakal bisa jemawa. Soalnya, ketika nggak ada goblok, orang pintar hanya status biasa.
Gimana nggak biasa. Wong semua orang pintar, mau sombong sama siapa? Sama orang pintar juga? Nanti juga ujung-ujungnya malah ngecap goblok juga kalau merasa lebih pintar dari orang lain. Nah kan? Muncul lagi deh orang goblok.
Belum lagi jika kita bicara mereka-mereka yang sudah dikenal sebagai orang sukses. Yang paling dekat dan yang paling lancang berbicara soal pentingnya jadi goblok adalah Bob Sadino.
Pengusaha nyeleneh ini sering menganjurkan untuk jadi orang goblok karena dalam dunia bisnis, jadi goblok itu perlu, gitu ujar beliau. Menjadi goblok menurut Bob Sadino adalah modal utama untuk menjadi pebisnis.
Pokoknya jangan jadi orang pintar yang mikirnya rumit. Jadi goblok aja. Dengan begitu kamu tinggal… eksekusi. Kebanyakan mikir malah nggak jadi-jadi nanti.
Gimana analisis goblok saya? Keren juga kan?
Itu contoh lokal. Coba sekarang kita tilik mereka yang di luar sana. Macam Kentucky Fried Chicken alias KFC, misalnya. Saat ini, hampir di setiap kota besar di Indonesia selalu ada warung makan cepat saji itu.
Namun ketika menilik sejarahnya, KFC lahir melalui proses lebih dari 1.000 penolakan. Kalau dipikir-pikir lagi, jika saat itu Harland Sanders orang yang cukup pintar. Yakin, sejak penolakan ke-523 dia pasti berhenti menawarkan bisnisnya dan beralih profesi saja. Untung Harland Sanders orang goblok. Lebih beruntung lagi, dia sadar kalau dirinya goblok.
Yap, Harlan Sanders punya kegoblokan yang membuatnya tidak berpikir realistis dan tetap gigih menawarkan ayam gorengnya sampai 1.000 kali lebih. Dan berkat itu, KFC akhirnya berhasil jadi raja restoran cepat saji di dunia.
Ini belum dengan Thomas Alva Edison yang konon bikin lampu ribuan kali dan gagal semua kecuali satu, Bill Gates yang nggak menyelesaikan kuliahnya di Harvard, Mark Zuckerberg yang juga D.O. dari Harvard, dan Steve Jobs yang juga D.O. dari kampusnya.
Secara garis besar kita bisa mengatakan mereka adalah orang goblok.
Ngapain coba Thomas Alva Edison nggak berhenti di percobaan ke-345-nya? Atau buat Bill Gates, Mark Zuckerberg dan Steve Jobs, ngapain coba D.O.? Udah syukur-sukur bisa kuliah malah D.O., ealah dasar goblok.
Bahkan Henry Ford pernah diejek ketika punya ide memasarkan mobil Ford ke seluruh dunia, ketika semua orang kepengin punya kuda yang lebih kencang larinya. Saat ide Henry Ford itu keluar, dirinya digoblok-goblokin karena idenya sangat tidak communal sense jadi nggak terlihat common sense.
Yap, kita beruntung di dunia ini banyak orang goblok yang keras kepalanya ada di atas normal.
Laptopmu, kipas anginmu, media sosialmu, kendaraanmu, sampai sempakmu, diciptakan oleh orang-orang dengan ide-ide “goblok” pada masanya. Sesuatu yang nggak natural dan nyeleneh pada eranya.
Oleh karena itu, jangan malu kalau kita goblok. Karena pengakuan goblok itu lebih utama ketimbang pengakuan orang pintar tapi sebenarnya goblok.
Nah, jadi gimana? Udah mirip motivator orang goblok belum saya, Blok?
BACA JUGA Asal-Usul Sikap Goblok atau tulisan soal GOBLOK lainnya.