MOJOK.CO – Dulu, ketika masih kuliah di sebuah universitas swasta, saya turut jadi korban hantu seram yang jahilnya bikin jantung mau copot.
Salah satu gedung yang terkenal di bekas kampus saya adalah perpustakaan. Konon katanya, perpustakaan kampus saya ini salah satu yang terbesar di Indonesia. Gedungnya tiga lantai dengan satu basement yang singup, apalagi selepas senja.
Kampus saya ini terletak di sebelah timur Universitas Gajah Mada dan masih bertetangga sama Atma Jaya. Di dekat perpustakaan ada lapangan yang cukup terkenal dengan pohon-pohon besar tumbuh terawat di sekitar lapangan dan perpustakaan. Bikin suasana senja makin temaram, syahdu, sekaligus “mengerikan”.
Dan… pengalaman-pengalaman mendebarkan semasa masih kuliah dan menjelang skripsi terjadi di perpustakaan ini. Ketika malam-malam sunyi di basement “ditemani” oleh makhluk halus, yang bagi saya pribadi termasuk hantu seram.
Gimana ya, buat saya, hantu seram itu bukan mereka yang memperlihatkan wajah dan sosoknya. Terkadang, jauh lebih seram ketika kita hanya bisa mendengar suara-suara. Kayak suara tertawa, berdehem, atau manggil nama sampai suara-suara yang terjadi karena ada barang yang jatuh. Kagetnya itu sampai bikin sesak napas.
Celakanya, di perpustakaan ini, hantu seram yang cukup ganggu buat saya nggak hanya yang tak terlihat. Pernah terjadi, seorang mahasiswa diganggu secara fisik. Sudah muncul secara fisik, ganggu lewat suara lagi hingga sebuah kalimat dari hantu seram itu jadi semacam legenda. Kalimat itu berbunyi, “Udah tau ya?” Takutnya combo banget.
Buku jatuh dan kertas disobek
Ketika masih garap skripsi, mau tidak mau saya baru bisa ke perpustakaan menjelang sore. Setelah selesai kuliah, siang harinya saya harus mengajar di sebuah LSM. Selesai mengajar, saya balik ke kampus untuk mengerjakan skripsi. Tidak ada yang tempat yang lebih nyaman selain ke perpustakaan.
Lantai dua perpustakaan di kampus saya berisi deretan meja dengan sekat. Jadi mahasiswa bisa mengerjakan banyak hal di sini tanpa terganggu oleh keadaan sekitar. Kalau butuh buku tinggal menuju ke deretan rak di dekat pintu keluar. Nah, masalah terjadi kalau buku yang dibutuhkan cuma ada di basement.
Di lantai bawah tanah ini isinya buku-buku yang bisa dipinjam, dengan tema beragam, dari sastra, eksakta, sampai buku-buku klasik di sisi utara. Bahkan di ruang khusus tersimpan daun lontar dan naskah kuno lainnya. Selain harus naik-turun tangga yang lumayan capek, turun ke basement di sore menjelang senja itu bikin malas.
Bikin malas karena capek dan ada potensi “diganggu” hantu seram itu tadi. Sore itu, ketika sampai di basement, hati saya agak lega karena masih cukup banyak mahasiswa yang mondar-mandir cari buku di sini. Jadi, saya bisa santai mencari buku untuk bahan skripsi.
Beberapa saat kemudian, karena terlalu asyik mencari dan membolak-balik halaman buku, saya tidak sadar kalau hari itu sudah lepas senja. Basement sudah agak sepi. Saya hitung cuma ada dua mahasiswa di dekat komputer untuk mencari informasi dan ketersediaan buku.
Yah, karena belum menemukan beberapa buku yang dibutuhkan, saya masih harus mencari. Salah satu buku yang saya butuhkan adalah buku sejarah, yang berada di sisi timur, sisi paling lembab dan dingin di basement. Demi skripsi, saya kudu menekan rasa takut dan cemas karena diganggu hantu seram di lantai bawah tanah ini.
Sialan, buku yang saya butuhkan tidak diletakkan di tempatnya dengan benar. Tidak urut nomor dan sesuai keterangan rak.
Rasa tergesa-gesa membuat saya tidak bisa fokus mencari buku.
Braaakk!!! Di rak belakang saya, buku tebal berwarna hitam tulisan Karen Armstrong itu tiba-tiba jatuh. Reflek, saya berteriak, “Asuuu!”
Saya menengok dan melihat buku itu tergeletak di lantai. Bagaimana bisa, buku yang cukup tebal itu terjatuh dari rak bagian atas? Padahal, sebelumnya saya lihat, buku-buku di rak bagian atas tertata dengan rapi.
Saya tidak mau ambil pusing. Saya langsung balik kanan, mau kabur naik ke lantai dua. Ketika berjalan cepat melewati deretan rak, dari sisi kanan, suara kertas disobek mengagetkan saya. Dua kali suara itu mampir di telinga. “Sreeek… sreeeekk!”
Selama ini saya cuma mendengar cerita soal keusilan hantu seram di perpustakaan. Petang itu saya yang jadi korban. Sampai di lantai dua, saya segera membereskan beberapa buku di meja dan langsung pulang. Karena cuma mendengar suara, saya jadi berimajinasi sendiri seperti apa wujud hantu seram itu. Sialan.
“Udah tau ya?”
Esok harinya, saya mendengar dari adik tingkat kalau di perpustakaan baru saja ada yang jadi korban kejahilan hantu seram perpustakaan. Gangguan ini tidak terjadi di sore atau malam, tetapi di siang hari.
Ceritanya, si mahasiswa ini sedang asyik mengerjakan tugas di lantai tiga. Di lantai ini isinya koran, majalah, dan hasil penelitian. Lantai tiga ini tidak selalu ramai. Banyak mahasiswa yang lebih memilih ke lantai dua karena butuh buku dan internet.
Si mahasiswa ini duduk di meja panjang di dekat pintu. Dari sejak dia duduk, ada seorang cewek yang ikut duduk di depannya. Perawakannya seperti mahasiswa pada umumnya dan langsung asyik membaca setelah duduk. Si mahasiswa ini belum curiga.
Beberapa saat kemudian, si mahasiswa ini mulai merasa ada yang janggal. Di lantai tiga itu masih banyak meja yang kosong, kenapa cewek ini langsung duduk di depannya. Saat itulah, dia teringat dengan cerita gangguan hantu seram di perpustakaan.
Untuk memastikan kegelisahannya, kursi yang dia pakai untuk duduk sedikit dimundurkan. Perlahan, dia menekuk badannya seperti orang hendak mengambil sesuatu dari saku celana. Saat itulah dia melihat cewek di depannya tidak punya kaki!
Saking kagetnya, dia tidak bisa bergerak cepat. Gugup, dia membereskan buku tulis yang digunakan untuk mengerjakan tugas. Perlahan, dia bangkit dari kursi dan menuju pintu keluar. Sampai sini, dia lega karena si cewek hantu seram itu masih duduk.
Ketika sampai di tangga, si mahasiswa sudah mau berlari turun. Tepat ketika itu, si cewek hantu seram itu sudah ada di sebelahnya sambil berkata….
“Udah tau ya?”
Kaget, si mahasiswa ini berteriak. Setelah itu dia pingsan.
Mendengar cerita itu saya lalu berpikir. Kalau gangguan cewek hantu seram itu terjadi di siang harinya, berarti sore harinya gantian saya yang jadi korban, dong. Gusti Allah….
Kisah cewek hantu seram itu kini sudah dituturkan ke dalam banyak versi. Saya sampai tidak tahu lagi mana yang benar. Beberapa tahun kemudian, saya mendengar adik saya masih kena ganggu juga di perpustakaan. Dia mendengar ada yang berlari di lorong basement, padahal perpustakaan sudah mau tutup dan posisinya dia sendirian.
Kini, gangguan yang terjadi di perpustakaan itu sudah jarang terjadi. Atau, mungkin saja masih terjadi tetapi korbannya terlalu takut untuk bercerita.
Saya lalu membayangkan. Bagaimana kelak ketika mahasiswa sudah boleh masuk lagi setelah belajar di rumah lalu memutuskan ke perpustakaan. Hantu seram seperti apa yang akan mereka temui di perpustakaan yang sudah lama kosong tidak merasakan kehadiran hawa manusia. Hiii….
BACA JUGA Kisah Syeram Hantu Perpus yang Ada di Banyak Kampus dan kisah menyeramkan di kampus lainnya di rubrik MALAM JUMAT.