Pengin Punya Pacar Kayak Tokoh Drakor itu Bukan Halu Mojok.co
artikel

Pengin Punya Pacar Kayak Tokoh Drakor itu Bukan Halu

Duh, pen punya pacar kek Lee Ik-jun.

“Aku pengin deh punya pacar kayak Han Ji-pyeong dari drakor Start-Up,” ujar seorang teman di suatu pembicaraan santai. Saya baru saja hendak membalasnya dengan, “Kalau aku pingin yang kayak Nam Do-san.” Tapi tiba-tiba teman yang lain menimpalinya dengan perkataan yang kurang enak didengar. “Halah, jangan kebanyakan halu kamu. Nggak ada tau orang kaya gitu. Nggak mungkin kamu dapat yang kayak gitu.”

Kami semua terdiam. Tercipta jurang kecanggungan yang kurang menyenangkan. Saya pun jadi mikir-mikir: memang apa yang salah bila menginginkan kekasih dengan kriteria yang kebetulan telah diwakilkan oleh tokoh di drama Korea?

Saya bukan penonton drama Korea yang baik. Sebab, tidak pernah berhasil menamatkan drama yang saya tonton. Tapi, dari pengalaman menonton yang tidak utuh itu saya masih bisa menangkap satu hal: mendamba kekasih adaptasi tokoh drama Korea merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan. Termasuk sosok Mas Han Ji-pyeong yang didamba oleh teman saya.

Sejauh yang saya tahu, tokoh-tokoh di drama Korea sangat oke untuk jadi standar ideal pasangan hidup, kok. Seperti Han Ji-pyeong dari drama Start-Up. Dia adalah sosok yang rajin dan tekun mengejar mimpinya. Siapa sih yang nggak pengin punya kekasih seperti itu?

Atau Lee Ik-joon, sosok dokter di Hospital Playlist yang ceria dan menyenangkan hati orang-orang di sekitarnya. Bisa juga sosok seperti Choi Taek di Reply 1988. Walaupun polos dan naif, dia selalu mengusahakan yang terbaik untuk orang yang dia sayang.

Tokoh-tokoh wanita juga tidak kalah menginspirasi, Seo Dal-mi dalam drama Start-Up contohnya. Dia adalah wanita kuat dan mandiri sehingga bisa mendapatkan hasil maksimal dari kerja kerasnya. Miss independent gitu, siapa yang nggak pengin punya kekasih kayak dia.

Sung Deok-sun dari Reply 1988 juga bisa jadi gambaran yang dekat dengan realita kita. Sosok gadis yang ceroboh, ceria, dan sangat bersemangat. Kepribadiannya ini sangat asyik dijadikan partner.

Entah apa yang membuat orang saat ini sangat mudah mematahkan ekspektasi orang lain. Padahal, figur seperti tokoh drakor sangat manusiawi kok untuk didamba. Begitu juga kehadiran mereka di dunia nyata. Coba lihat sekeliling kita. Pasti ada satu-dua orang yang sangat tekun dan ulet. Atau teman wanita yang sering kita kagumi karena mandiri dan kuat. Teman-teman polos tapi perhatian juga bukan hal yang mustahil untuk ditemukan. Sifat-sifat keren yang dimiliki tokoh-tokoh di drama Korea itu adalah hal yang wajar dimiliki manusia pada umumnya. Ya, minus fitur visualnya.

Namun, saya yakin orang-orang juga sudah cukup bijaksana kok. Saya yakin kita tahu tidak mungkin dapat mendamba figur yang seratus persen sama. Mendamba sosok setekun Han Ji-pyeong tentu tidak berarti sosok itu harus semanis Kim Seon-ho, si pemeran aslinya. Atau mendamba kekasih yang romantis seperti Kapten Ri di drama Crash Landing on You tentu tidak berarti ia harus punya profesi tentara dari Korea Utara yang kemudian tembak-tembakan di angkasa.

Nggak seperti itu kok.

Sama seperti kita menginginkan kekasih sepintar Maudy Ayunda. Apakah itu artinya kita pengin pacar yang lulusan Oxford sekaligus Stanford? Mungkin, tapi tentu tidak harus iya. Kita tentu lebih mengimplementasi kepintaran Maudy Ayunda melalui hal-hal lain. Seperti pola pikirnya yang maju, wawasannya yang luas, atau kemampuan bahasanya yang sedap mantap.

Tidak ada yang salah hanya karena sosok yang kita dambakan diwakilkan oleh tokoh fiksi di drama Korea. Asalkan itu merepresentasikan hal yang baik, kita boleh kok punya standar yang menurut kita pantas untuk diperjuangkan.

Selain itu, menginginkan hal-hal unik yang hanya disukai oleh kita sendiri juga tidak masalah. Misalnya walau Han Ji-pyeong begitu menjaga Seo Dal-mi dari jauh, dia tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan segera. Nah, mau suka dari segi second lead materialnya juga tidak apa. Namanya juga selera. Nggak usah diatur-atur.

Lagian, kalau dianggap halu karena nggak mungkin dapat yang seperti itu, lantas orang seperti apa yang layak didapatkan? Nggak mungkin kan orang pemalas yang tidak mau mengejar mimpi dan tidak memperlakukan pasangannya secara baik. Hm, talk to my hand~

Jadi, nggak usah deh menurunkan standar orang lain hanya karena kita nggak mampu mencapai standar yang ia inginkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *