Berdamai dengan Air Mata untuk Merawat Kenangan Mojok.co
artikel

Berdamai dengan Air Mata untuk Merawat Kenangan

Menangislah bila harus menangis karena kita semua manusia~

Seorang teman pria mengirimi saya pesan singkat sore ini. Pesan yang singkat dan efektif, namun juga rapuh: “Nab, aku kangen sama mantan pacarku.” Waduh, batin saya bingung. Sebab tidak memahami bagaimana harus merespons teman saya, saya hanya dapat menyodorkan satu jawaban. Jawaban yang juga saya terapkan jika sedang kangen dengan Robin, kucing peliharaan saya yang hilang: menangis. Berdamai dengan air mata.

“Buat apa nangis, Nab? ‘Kan udah besar,” kilah teman saya. Saya memahami letak keraguannya. Perihal air mata adalah sesuatu yang dihindari oleh kebanyakan orang dewasa, apalagi bagi kaum pria yang dibebani stereotip harus senantiasa kokoh dan terpercaya.

Tunggu… ini terdengar seperti tagline Semen Tiga Roda.

Melalui tulisan ini, saya ingin memberitahu hal-hal yang membuat menangis bisa saja kita lakukan jika rindu mendera. Rindu akan kenangan seseorang merupakan salah satu contohnya. Kenangan, sebagai bagian perjalanan yang hendak kita rawat dengan cara-cara terbaik. Saya ingin meyakinkan pada teman saya bahwa ia boleh menangis jika ia mau. Ia boleh menangis bila itu membantunya merawat kenangannya dengan baik. Berapa pun usianya, apa pun jenis kelaminnya.

Menangis membuat perasaan lebih lega. Sehabis menangis, sering kali perasaan menjadi lebih lega dan tenang. Barangkali ketika merindukan kenangan, kita hanya butuh untuk mengekspresikannya dengan jujur. 

Menangis merupakan cara menjadi jujur dengan diri sendiri. Kita mengakui bahwa ada rasa sedih yang nyata. Rasa sedih yang tidak ingin disangkal. Tubuh akan meresponsnya dengan mengeluarkan air mata. Efeknya, perasaan jauh menjadi lebih lega.

Alih-alih membohongi diri sendiri dengan berucap, “Nggak, aku nggak kangen sama Jokowi,” kemudian muram karena tidak bisa mengekspresikannya dengan baik, tentu jujur dan rilis air mata lebih bijaksana untuk kita lakukan. 

Menahan kesedihan bukanlah sesuatu yang wajib dilakukan orang dewasa. Orang dewasa justru harus bisa memahami kesedihannya sendiri dan mampu mengekspresikannya dengan cara-cara yang baik, termasuk kesedihan akan kenangan yang mendera itu.

Nah, namun ingat, menangis secukupnya saja, ya. Setidaknya sampai sudah merasa lebih baik. Juga, jangan menangis di sembarangan tempat. Cari tempat-tempat yang tidak berbahaya untuk menangis. Saya sarankan jangan menangisi kenangan masa lalu di pundak gebetan baru kalian.

Menangis jauh lebih ekonomis. Sering kali ketika mengenang momen-momen di masa lalu, kita membutuhkan pemantik atau katalis, sebagai misal, lagu, aroma, atau rasa. Bila kenangan di masa lalu dirasa terlalu memberatkan, menangis bisa menjadi jawaban. 

Kangen nonton konser One Ok Rock di Singapura sama mantan, tapi tidak punya uang? Ya sudah, rawat kenangannya dengan nonton tayangan One Ok Rock di YouTube dan menangis. Kangen makan Hakata Ikkousha sama mantan tapi uangnya cuma cukup untuk beli Sarimi soto koya? Ya sudah, cukup beli Sarimi dan makan sambil menangis. Sedap, bukan?

Untuk kaum-kaum akhir bulan, menangis memang sahabat yang baik. Tak perlu sampai beli alkohol jika ingin merawat kenangan. Bila resistensi alkohol kalian rendah, nanti kalian malah bisa melakukan hal-hal yang destruktif. Cukup menangis. Dompet aman, perasaan tenteram.

Menangis itu sehat. Inilah alasan mengapa semua orang masih butuh menangis. Kesedihan akan kenangan yang ditahan tentu akan berakibat buruk pada kesehatan mental maupun fisik. Menangis, sebagai bentuk pelepasan akan kesedihan, jelas akan memberi efek yang baik.

Selain itu, menangis juga dapat membersihkan mata dari kotoran. Kandungan enzim yang terdapat dalam air mata dapat membunuh bakteri dengan cepat. Tak hanya merawat kenangan, namun juga membersihkan mata dari kotoran-kotoran masa lalu. 

Tentu saja kebutuhan akan sehat merupakan kebutuhan yang harus dimiliki oleh orang-orang dewasa pula. Ingat, kalian tetap manusia, bukan Kapten Amerika.

Dengan beragam hal yang memvalidasi menangis sebagai sesuatu yang baik, saya rasa kita mulai harus berdamai dengan air mata. Stigma buruk tentang menangis seperti lemah, cengeng, dan tidak boleh dilakukan saat dewasa harus kita olah menjadi pemahaman yang menyeluruh. 

Lagi pula dengan segala kebaikan yang ditawarkan oleh proses lakrimasi, saya rasa itu adalah cara yang bijak untuk merawat kenangan. Tentu kita ingin menempatkan kenangan di tempat terbaik dalam diri kita. Apa pun yang terjadi kini, kenangan tetaplah hal yang indah di masa lalu. Merawat dengan cara-cara yang jujur seperti menangis jelas akan meneguhkan hal tersebut sebagai hal yang baik.

Terakhir, menangis bukan menjadi pekerjaan untuk kaum wanita saja. Kenangan bukan hanya milik kaum wanita. Kali ini kita tak perlu memedulikan statement Sudjiwo Tejo di Twitter: “Tuhan menciptakan pundak laki-laki untuk menyangga tangis perempuan. Dan Tuhan menciptakan tangis perempuan agar laki-laki melupakan tangisnya sendiri.” Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kelenjar air mata, maka menangislah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *