Berasal dari Kota Ambon Tidak Menjamin Punya Suara Merdu Mojok.co
artikel

Berasal dari Kota Ambon Bukan Berarti Punya Suara Merdu

Emang bener, ya, semua masyarakat Ambon bisa bernyanyi dengan merdu?

Malam ini saya dan tetangga-tetangga saya berkumpul di kos adik saya. Kami sama-sama berasal dari Ambon. Sudah lama kami tidak bertemu, tepatnya sejak saya mulai sibuk dengan jadwal perkuliahan saya. Agenda malam ini yaitu makan-makan. Menunya sederhana: nasi, ikan kembung goreng, ca kangkung, dan sambal colo-colo. Saya ingin sekali makan colo-colo sejak beberapa minggu yang lalu untuk mengobati kerinduan terhadap tanah kelahiran, akhirnya kesampaian juga.

Kami berbagi tugas: Ada yang memasak nasi, ada yang memotong dan menumis sayur, dan saya membuat colo-colo. Hampir semua sudah matang, tinggal menggoreng ikan kembung. Hmmm, suasana seperti ini membuat saya bernostalgia. Saya tahu bahwa Ambon tidak hanya terkenal akan colo-colonya yang merupakan makanan khas, namun juga sterotip suara merdu yang lekat dengan masyarakatnya. Saya penasaran: Apakah kalian punya pengalaman terkait stereotip bersuara merdu hanya karena berasal dari Ambon?

Berbagai cerita pun mengalir. Salah seorang tetangga saya, Ongki, mengaku punya pengalaman buruk saat praktikum kesenian di SMA. Ia disuruh untuk karaoke oleh gurunya, namun memilih untuk kabur. Kali ini ia selamat dari suruhan gurunya, namun keberuntungan tidak selalu datang dua kali. Kabur pun bukan solusi lantaran saat kuliah dosennya tahu asalnya dari Ambon. Ongki diminta untuk menyanyi karena stereotip suara merdu orang Ambon. Ia memilih untuk berkata, “Saya nggak bisa nyanyi kalau nggak diiringi alat musik, Pak.” Dosennya mencoba untuk merayunya, “Kali ini nyanyi aja nggak apa-apa, enggak usah pakai alat musik.” Merasa jawabannya tak diterima dosen, Ongki memilih untuk mengganti topik pembahasan agar tidak disuruh untuk menyanyi.

Adik saya, Anca, bisa menyanyi, tetapi tidak terlalu peka terhadap ritme. Ia termasuk tipe manusia yang nggak hafal ketukan untuk memulai bernyanyi sehingga harus dipancing dengan kode dari pengiring musik atau dirigen. Anca saat SMA juga memiliki pengalaman tentang praktikum kesenian, namun saat bernyanyi ia memilih untuk menyanyikan lagu Ebiet G. Ade agar masih berada dalam “zona aman”.

Saya sama seperti adik saya: Sejak SD hingga SMA, kami selalu ikut paduan suara. Kelompok istimewa yang bisa berteduh dari sinar matahari ketika upacara bendera. Saya merasa memiliki keberanian untuk bernyanyi tatkala kuliah, yang tidak akan saya lakukan ketika saya masih tinggal di Ambon.

Nongkrongnya orang Ambon selalu ada alat musik, minimal gitar. Kalau tidak ada alat musik, meja atau kursi pun bisa menjadi perkusi. Bila sudah ada yang mulai bernyanyi, pasti ada yang berinisiatif untuk menggunakan suara satu (atau suara rendah) dan suara dua (suara bantu yang tinggi dan menggunakan falsetto). Tongkrongan pun berubah suasana menjadi mirip orkestra.

Saya yang bersuara biasa saja hanya bisa menyanyi jika tahu lirik dan nadanya. Stereotip orang Ambon bersuara merdu jadi petaka buat sebagian orang Ambon yang tidak bisa bernyanyi. Walau Ambon dinobatkan sebagai kota musik dunia oleh UNESCO dan banyak penyanyi memang berasal dari sana, bukan berarti satu kotanya bagus dalam bermusik atau bernyanyi. Pekalongan dijuluki sebagai kota batik, tetapi bukan berarti semua warganya bisa membatik, ‘kan? Ada banyak bakat lain di Pekalongan.

Sejauh yang saya tahu, tidak ada bakat yang berdasarkan geografis tertentu. Kalau genetik seseorang mendukung namun bakatnya tidak ia asah dengan baik, ia tidak akan bisa menyalurkan bakatnya. Di keluarga saya ada yang pandai bernyanyi dan ada pula yang tidak, padahal kami berasal dari keluarga dan daerah yang sama, ‘kan? Sebagian mau mengasah bakatnya untuk bernyanyi, sebagian lagi menemukan bahwa bakatnya bukanlah bernyanyi. Bakat dan genetik memang membawa pengaruh pada diri seseorang, namun minat dan ketekunannya lah yang menentukan ia akan menjalani profesi apa di kemudian hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *