Perjuangan hingga S3 di UM Malang demi jadi dosen
Kesempatan untuk kuliah ia manfaatkan dengan sungguh-sungguh. Pekerjaannya berjualan es juga masih terus berjalan demi bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Belum lagi, pada semester akhir ia banyak membantu berbagai penelitian dosen. Meski kuliah sambil bekerja dan berbagai aktivitas lainnya, nyatanya Berta tetap bisa lulus tepat waktu jadi sarjana pada 2022.
Aktivitasnya melakukan penelitian bersama dosen, jadi salah satu alasannya terdorong untuk melanjutkan gelar sarjana dengan kuliah S2 secara linier di bidang yang sama. “Ada dosen yang benar-benar jadi mentorku. Beliau menyarankan agar lanjut S2,” katanya.
Biaya tentu jadi kendala. Namun, keberuntungan kembali mendatangi Berta. Ia berhasil lolos beasiswa S2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kesempatan itu tak mau ia sia-siakan.
“Bisa dibilang, dosen yang jadi mentorku itu benar-benar berpengaruh besar dalam studiku. Saat S1 dia datang wisudaku karena memang aku nggak ada yang menemani, saat S2 di UMS juga datang,” kenangnya.
Berta lulus kuliah S2 di UMS hanya dalam waktu 1 tahun 1 bulan. Tak mau berlama-lama, ia langsung mencari peluang studi S3. Mengingat biaya studi doktoral yang perlu biaya hingga puluhan juta, ia mencari kampus yang relatif terjangkau. Sampai akhirnya pilihannya jatuh ke UM Malang.
Berta baru lolos seleksi S3 UM Malang pada awal 2024 silam. Perjalanannya hingga bisa menyandang gelar doktor masih panjang. Namun, lelaki yang pernah bekerja sebagai penjual pentol hingga kasir Alfamart ini tak patah arang.
Sejak kuliah, mimpinya memang ingin menjadi dosen. Berta punya tekad untuk bisa berbagi ilmu kepada para mahasiswa. Selain itu, juga memberi semangat bagi mereka yang terkendala studinya.
“Apa yang aku lalui, aku harap bisa jadi pelecut bagi teman-teman mahasiswa yang punya kendala ekonomi,” katanya.
Tak heran, jika lewat akun TikTok dan Instagram miliknya, mantan kasir Alfamart ini kerap menerima curhatan mahasiswa yang mengalami kendala dalam perkuliahan. Ia terbuka untuk mendengar dan mencoba memberi solusi kepada mereka yang membutuhkan. Sebab, pernah merasakan sendiri getirnya perjuangan demi bisa kuliah tanpa kehadiran kedua orang tua.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel lainnya di Google News