Traffic Jam berhasil membuktikan bahwa band asal Solo tak kalah dengan band-band yang berasal dari kota besar. Berkat jerih payah dan pesan musik yang dalam, band duta galau anak muda tersebut mampu menggemparkan panggung Pestapora walaupun perjalanannya penuh liku.
***
Meski bentang jarak asmara pisahkan jarak tubuh kita, aku dan dirimu akan tetap bersatu~
Penggalan senandung dari Traffic Jam dan Man Osman yang dirilis Juni 2025 lalu itu berhasil memikat hati pendengar, bahkan saat ini tengah populer di Tiktok. Lagu berjudul “Bentang Jarak Asmara” itu turut mengiringi perjalanan Traffic Jam sebagai band asal Kota Solo menuju Panggung Pestapora 2025.
Adapun Pestapora kali ini jadi panggung festival pertama di Jakarta bagi Traffic Jam. Antusias para personil terlihat dari unggahan Instagram mereka pada Kamis (4/9/2025). Wajah ceria para personil yang duduk di mobil berplat nomor AD seolah menjadi tanda keberangkatan mereka menuju mimpi yang telah dinanti.
View this post on Instagram
Perjalanan Traffic Jam berawal dari band ekstrakurikuler SMA di tahun 2020. Kemudian di bulan Juni 2025 lalu, mereka mengikuti audisi online Authenticity Soundroom.
Pada tahap audisi itu, mereka melawan ratusan band lainnya untuk kemudian dipilih dari top 100, top 15, hingga top 3. Barulah setelahnya, mereka tampil perdana di Jakarta dan sukses menjadi salah satu band terbaik yang berkesempatan manggung di Pestapora 2025.
Rasanya seperti mimpi bagi Traffic Jam buat manggung di Pestapora
Rovega, keyboardist Traffic Jam mengaku tidak menyangka akan sampai di Panggung Pestapora dalam wawancara dengan Mojok (18/09/2025). Namun, panggung festival Jakarta rupanya sudah menjadi target bagi personil Traffic Jam sejak lama.
“Pada akhirnya harus nyangka sih, kami emang bermimpi untuk bisa tampil di panggung-panggung festival Jakarta,” ucapnya.
Berbagai halang rintang serta persiapan dilewati. Terlebih, banyak hal yang mesti dipersiapkan dengan kesibukan audisi dalam jangka waktu dua bulan kurang. Mulai dari persiapan mental hingga teknis, seperti persiapan alat-alat band.
“Kami perlu siapin hardcase untuk alat-alat, belum perkara kostum untuk photoshoot dan saat tampil di panggung. Biasanya, kami bisa cuma pakai kemeja, tapi untuk Pestapora harus spesial,” ungkap Billy, bassist Traffic Jam.
Waktu kilat bikin persiapan bukan cuma cepat tapi juga cermat
Persiapan Pestapora dalam waktu singkat memang terkesan mudah, tetapi rupanya cukup kompleks buat Traffic Jam. Untungnya, mereka memiliki tim untuk mempermudah kerja-kerja teknis, yakni tim “Human Trafficking”. Namanya cukup unik, tetapi merepresentasikan jiwa muda personil mereka yang ceria sekaligus iseng.
Berkat tim Human Trafficking, proses persiapan mereka jadi lebih lancar dan seru. Kendati begitu, vokalis mereka, Anisa dan Bintang mengaku masih harus melewati ragam halangan. Sesederhana berdebat untuk menyatukan suara. Bagi mereka, masalah itu cukup signifikan dan tak dapat dihindari.

“Ya namanya ada banyak otak, untuk menyatukan semuanya itu kan enggak mudah. Ada fasenya jadi debat, bahkan berantem,” ujar Anisa.
Mereka sepakat halangan semacam itu merupakan hal yang wajar. Menurut Anisa tantangan itu sepadan guna menyambut hiruk-pikuknya Pestapora nanti. Rasa lelah dan sedih, kata dia, terbayarkan dengan suksesnya Traffic Jam tampil di salah satu panggung besar Jakarta.
Sedikit berbeda dengan Anisa, Bintang justru menyoroti rasa senangnya dapat bertemu musisi-musisi lainnya.
“Anggap aja capeknya kebayar jadi bisa ketemu musisi favorit sejak masih kecil,” kelakar Bintang.
“Ibukota” jadi single baru Traffic Jam pada Oktober 2025
Mimpi Traffic Jam tak berhenti di panggung Pestapora, selanjutnya mereka hendak merilis lagu baru berjudul “Ibukota” pada 3 Oktober 2025 mendatang. Nantinya, lagu ini akan menjadi rangkaian dari album baru mereka.
Bagi pendengar yang sudah mengikuti Pestapora kemarin tentu tak asing dengan lagunya, sebab mereka sempat membawakan lagu tersebut. Dengan begitu, pendengar akan makin penasaran.
Billy sebagai bassist mengaku “Ibukota” jadi salah satu lagu favoritnya sebab liriknya terasa relate dengan kehidupan anak muda, termasuk dirinya. Misalnya, saat mereka memutuskan merantau dan meninggalkan kawan-kawan lama.
“Kurasa liriknya cukup banyak dialami orang, kadang ngerasa sedih ketika ditinggalin teman ke luar kota, tapi kita masih di sini (kota asal) sendirian, cukup ngena di aku,” ujar Billy.
Lagu “Ibukota” tersebut memang digadang sebagai motivasi menyoal quarter life crisis yang menurut mereka tengah banyak dialami oleh generasi Z. Adapun, lagu ini juga terinspirasi dari pengalaman pribadi para personil.
“Ini lagu buat teman-teman yang masih bingung habis ini ngapain. Memang cukup personal karena kami semua baru lulus kuliah tahun lalu, terus lihat banyak teman yang sudah realistis, berkarier, bahkan sukses di kota-kota besar, seperti Jakarta,” jelas para personil Traffic Jam.
Tak lupa dengan kota asal, Solo
Lewat single terbaru, Traffic Jam berharap lagunya dapat menjadi motivasi dan kawan bagi para pendengar, termasuk fans mereka yakni Traffic Fam. Tanpa bermaksud muluk-muluk, mereka yakin tiap lagunya akan menemui pasang telinganya masing-masing.
Band Solo dengan genre Pop R&B itu juga menaruh mimpi agar lagu-lagunya dapat membawa nama Traffic Jam semakin dikenal luas. Satu hal pasti, mereka memiliki komitmen untuk tetap membawa nama Solo sebagai kota asal bandnya.
“Semoga Solo bisa jadi pendengar teratas Traffic Jam di berbagai platform musik, kami ingin Solo pula merasa bangga punya Traffic Jam,” pungkas Rovega.
Tulisan ini diproduksi oleh mahasiswa program Sekolah Vokasi Mojok periode Juli-Septmber 2025.
Penulis: Melvinda Eliana
Editor: Aisyah Amira Wakang
BACA JUGA: Traffic Jam, Duta Galau Gen Z Solo yang Merapalkan Mantra Kegalauan dengan Nada Kegembiraan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












