Terpaksa Jadi Buruh Pabrik di Batam karena Terusir dan Bapak Enggan Biayai Kuliah, Langsung Sombongkan Gaji ke Bapak yang Hidup Prihatin dengan Istri Baru

Ilustrasi - Kerja keras di Batam buat pamer ke bapak. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Masa remaja yang suram membuat Ayu* (26), nama samaran, ingin “menyombongkan diri” ke bapaknya. Perempuan yang kini tinggal di Pasaman Barat, Sumatera Barat itu berhasrat ingin membuktikan pada bapaknya kalau ia bisa berdiri di kaki sendiri.

Ayu menghabiskan masa mudanya dengan kerja di Batam, Kepulauan Riau. Hal itu terpaksa ia lakukan lantaran ia tak mendapat nafkah dari sang bapak, meski bapaknya pun sebenarnya masih hidup.

Orang tua cerai, terusir dari rumah bapak

Sejak SD, orang tua Ayu memutuskan berpisah. Terkait apa penyebabnya, Ayu tak bisa bercerita. Yang jelas, tak lama setelah perceraian itu, kedua orang tuanya sudah menemukan pasangan pengganti masing-masing; menikah lagi.

Setelah resmi bercerai, Ayu dan ibunya mau tidak mau herus angkat kaki dari rumah bapaknya di Padang. Keduanya lalu memutuskan pulang dan tinggal di Pasaman. Di sanalah Ayu kemudian menghabsikan masa remajanya, dari SD hingga masa SMA.

Dalam rentang SD-SMA tersebut, Ayu mengaku sudah tak pernah menerima uang lagi dari bapaknya. Bahkan, Ayu malah pernah terusir dari rumah bapaknya di Padang saat ia hendak ikut tinggal bersama sang bapak, beberapa bulan sebelum akhirnya Ayu berangkat kerja di Batam.

Setelah lulus SMA pada 2016, Ayu berniat lanjut kuliah Kebidanan di Padang. Oleh karena itu, ia berencana pula tinggal di rumah bapaknya.

“Mungkin dengan tinggal bersama bapak selama kuliah bisa mengurangi beban ibu untuk biaya kosan,” tutur Ayu kepada Mojok, Selasa (2/4/2024). Sayangnya, Ayu justru mendapat jawaban yang sangat menyakitkan. Ia merasa terusir secara halus.

“Istri barunya menjawab, ‘Rumah kami kecil, nggak mungkin kamu tinggal di sini’,” tutur Ayu.

Siswa berprestasi tapi terpaksa kerja di Batam

Kecewa berat. Itulah yang Ayu rasakan usai “terusir” dari rumah bapaknya sendiri yang sekaligus juga penolakan halus untuk membiayai Ayu kuliah Kebidanan di Padang.

Ayu pun hanya bisa memupus keinginannya untuk kuliah. Karena ia tidak mungkin minta bantuan biaya dari ibunya yang kehidupannya pas-pasan. Alhasil, Ayu pun kemudian mempertimbangkan ajakan dari tentenya untuk kerja di Batam.

“Tante ngajak saya kerja sebagai buruh di sebuah PT di Batam yang gajinya lumayan besar,” beber Ayu.

Keputusan hendak kerja di Batam tentu disayangkan oleh guru dan beberapa temannya. Mengingat, mereka semua tahu kalau Ayu adalah siswa berprestasi. Sehingga, sayang saja jika siswa berprestasi seperti Ayu justru tak lanjut kuliah.

Akan tetapi, Ayu punya alasan yang kemudian membuat guru dan teman-temannya maklum dan malah menyemangati Ayu untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan.

“Tawaran tante saya pertimbangkan karen saya bertekad ngumpulin uang buat tambahan biaya kuliah saya sendiri,” jelas Ayu.

Kuliah sambil kerja di Batam

Perjalanan Ayu mencari kerja di Batam tidaklah mudah. Ia sempat tiga bulan nganggur dan menumpang tantenya lantaran tak kunjung mendapat panggilan kerja. Padahal sudah banyak lamaran pekerjaan yang ia kirim ke PT-PT yang ada di Batam.

Alhamdulillah bulan keempatnya udah dapat kerja yang gajinya lumayan untuk nabung biaya masuk kuliah,” kata Ayu.

Ayu kemudian menghabiskan waktu selama dua tahun kerja di sebuah pabrik di Batam itu. Uang yang ia dapat dari kerja di Batam tersebut Ayu bagi untuk beberapa hal. Antara lain, nabung biaya kuliah, memberi kiriman ibu di Pasaman, dan memberi beberapa perangkat penunjang untuk kuliah dan aktivitas sehari-hari Ayu di Batam (seperti motor dan laptop).

Terpaksa Kerja di Batam karena Tak Dinafkahi Bapak MOJOK.CO
Ilustrasi buruh pabrik di Batam. (Paul Einerhand/Unsplash)

Uang tabungan selama dua tahun itu pun kemudian Ayu gunakan untuk mendaftar kuliah di salah satu PTN di Batam. Ayu keterima di program studi (prodi) Akuntansi.

“Ibu terharu karena memang pengin lihat anaknya sarjana. Soalnya di keluarga kami belum ada,” ucap Ayu. Terlebih, Ayu bisa kuliah atas perjuangannya sendiri. Ia menjalani masa kuliahnya pun dengan penuh perjuangan: kuliah sambil kerja.

Namun meski begitu, Ayu bisa menuntaskan kuliahnya tepat waktu (delapan semester). Ia lulus pada 2022 dan memutuskan pulang ke Pasaman Timur.

Pada dasarnya, pekerjaan di Batam gajinya lebih menjanjikan. Akan tetapi, karena ibunya mulai sakit-sakitan, Ayu mau tak mau harus pulang ke Pasaman untuk merawat sang ibu.

“Sekarang kerja sebagai pegawai honorer di instansi pemerintahan di Pasaman Barat. Gajinya bisa dibilang kecil. Jadi masih berusaha nyari-nyari kerjaan yang gajinya gede,” kata Ayu.

Baca halaman selanjutnya…

Sombongkan diri ke Bapak

Ingin pamer pencapaian ke bapak

Sejak akhirnya bisa kuliah dengan biaya sendiri dan bahkan bisa menghidupi sang ibu, Ayu tak memungkiri ada perasaan ingin pamer pencapaian ke sang bapak. Ia benar-benar ingin menunjukkan bahwa tanpa sang bapak, Ayu bisa mendapat kehidupan yang lebih layak.

Satu sisi Ayu sebenarnya tak ingin punya pikiran yang demikian, karena terkesan sebagai anak durhaka. Tapi jika mengingat apa yang telah sang bapak perbuat, ia merasa apa yang ia niatkan (pamer pencapaian ke bapak) rasa-rasanya tak salah-salah amat.

Untuk saat ini, kerja di sebuah instanasi pemerintah di Pasaman Barat gajinya memang kalah besar dari di Batam. Oleh karena itu, Ayu masih berupaya mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar. Sehingga pantas kalau buat pembuktian diri ke bapaknya yang kini hidup prihatin dengan istri barunya itu.

“Nggak ada niatan balik kerja ke Batam?” tanya saya.

“Sementara ini belum, biar nggak jauh-jauh dari ibu dulu, sambil cari-cari (kerja lain),” jawab Ayu. 

Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Siswa Tergoblok Lolos SNBP Universitas Brawijaya Malang, Guru BK Tak Mau Apresiasi tapi Malah Meremehkan Berujung Nasibnya Jadi Tertawaan

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version