Ada 350 siswa SMKN 2 Depok, Sleman yang tidak bisa ikut kesempatan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Gara-gara sekolah yang nggak responsif.
***
Mojok menjumpai, Nana (45)* di rumahnya, Sleman, Yogyakarta selepas Yogyakarta diguyur hujan deras, Minggu (15/2/2024). Ia sudah pasrah dengan nasib anaknya, Riko (17)* yang kemungkinan besar tidak bisa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Ini karena tempat anaknya sekolah yaitu SMKN 2 Depok, Sleman tidak bisa menyelesaikan finalisasi di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) dalam sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB).
Sekolah yang juga punya nama tenar, Stembayo ini merupakan satu-satunya sekolah di DIY yang tahun ini tidak bisa mengikuti SNBP.
“Anak saya itu dulu sebenarnya pingin sekolah umum, bukan SMK. Namun, karena pas musim covid dan dia kena, jadi nilai-nilai SMP-nya agak menurun sehingga tidak masuk ke SMA yang ia inginkan,” kata Nana.
Anaknya akhirnya masuk di SMKN 2 Depok. Sebagai penebusan tidak bisa masuk SMA favoritnya, anaknya ingin masuk ke kampus angan-angannya, yaitu UGM. Untuk memastikan itu, maka sejak kelas X hingga kelas XII, anaknya tersebut belajar sungguh-sungguh.
“Targetnya SNBP di UGM. Kalau ujung-ujungnya seperti ini, sedih banget kayak melihat perjuangan dia selama tiga tahun ini itu sia-sia,” kata Nana.
Nana mengatakan, bukan hanya anaknya saja yang gagal untuk ikut SNBP di SMKN 2 Depok, tapi juga 350 anak lainnya yang sudah dinyatakan eligible untuk ikut SNBP. Eligible sendiri artinya memiliki kualitas yang dibutuhkan atau memenuhi kondisi/syarat yang diperlukan untuk mendaftar SNBP.
Berawal dari SMKN 2 Depok yang nggak komunikatif pada siswa
Nana bercerita sejak akhir tahun murid-murid di SMKN 2 Depok sudah bertanya ke pihak sekolah soal informasi SNBP. Namun, jawabannya meminta anak-anak untuk bersabar menunggu pengumuman resmi.
“Desember itu anak-anak sudah mengumpulkan rapor untuk pengurusan syarat,” kata Nana.
Melihat laman Kemendikbud.go.id, alur SNPMB jalur SNBP diawali dengan pengumuman kuota sekolah pada 28 Desember 2023, masa sanggah kuota sekolah pada 28 Desember 2023 hingga 17 Januari 2024. Kemudian registrasi akun SNPMB Sekolah, 08 Januari – 08 Februari 2024 dan registrasi akun SNPMB siswa, 08 Januari – 15 Februari 2024.
Adapun pengisian PDSS berlangsung 9 Januari sampai dengan 9 Februari 2024 serta pendaftaran SNBP pada 14 sampai dengan 28 Februari 2024. Sedangkan pengumuman hasil SNBP pada 26 Maret 2024.
“Nah tapi dari akhir Desember itu sekolah seperti kurang berkomunikasi dengan siswa, sampai kemudian siswa yang aktif bertanya ke pihak sekolah,” kata Nana.
Data siswa eligible SNBP SMKN 2 Depok berubah-ubah
Hingga tanggal 4 Februari 2024, siswa belum mendapat kepastian, siapa saya yang masuk eligible untuk ikut SNBP. Siswa bertanya karena proses PDSS sudah berlangsung dari 9 Januari hingga 9 Februari 2024. Namun, hingga 4 Februari siswa tidak mendapat kabar siapa saja yang eligible.
“Karena nggak mendapat respon, siswa kembali bertanya pada 7 Februari dan baru kemudian sekolah mengirimkan data siswa yang eligible. Namun, di tanggal 8 dan 9 sekolah mengabarkan ada revisi di siswa yang eligible,” kata Nana.
Menurut Nana, tanggal 9 Februari pukul 15.00 adalah waktu terakhir untuk mengisi PDSS. Sehingga siswa di sore harinya berinisiatif untuk melihat di web SNPMB jika status SMKN 2 Depok mendapatkan status tidak selesai dalam pengisian PDSS.
Saat itu sekolah diam saja dan tidak mengkomunikasikan ke siswa. Orang tua dan siswa sempat berharap proses finalisasi PDSS bisa selesai saat pemerintah mengumumkan perpanjangan pengisian PDSS hingga Senin, 12 Februari 2024, pukul 15.00.
“Kurang dua jam penutupan, ada informasi resmi dari sekolah ke siswa di grup WA yang minta maaf karena tahun ini SMKN 2 Depok tidak bisa menyelesaikan finalisasi data eligible. Jadi bayangkan saja anak-anak yang sudah masuk eligible tiba-tiba ada pengumuman seperti itu,” jelas Nana.
Kirim tim ke Jakarta untuk cari solusi
Menurut Nana, orang tua siswa kemudian tidak tinggal diam. Mereka datang ke sekolah untuk minta penjelasan terkait nasib anak mereka. Menurut sekolah, alasan tidak selesainya pengisian PDSS karena faktor anomali. Pengisian data dari tim PDSS sekolah yang tidak ada bimbingan dari pusat. Dan dalam pengisian tersebut ada keraguan sehingga tidak terkejar waktu pengisian sampai finalisasi.
Pihak sekolah sendiri sebenarnya mencoba mencari solusi dari persoalan yang ada. Menurut Nana, informasi yang orang tua dapatkan, kepala sekolah SMKN 2 Depok, yang baru menjabat di akhir Desember 2023 ini baru tahu ada persoalan di PDSS pada tanggal 8 Februari 2024 atau sehari sebelum penutupan.
Tanggal 12 Februari 2024 sekolah berkirim surat ke Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Dalam salinan surat yang Mojok baca, tertulis jika kendala yang sekolah hadapi adalah karena terdapat 4 program keahlian 4 tahun yang sekarang siswanya masih duduk di kelas 12, terdaftar di sistem PDSS yang seharusnya mereka terdaftar di PDSS 2025. Sehingga sekolah tidak bisa melakukan finalisasi sampai sistem PDSS tutup.
Selain berkirim surat, di tanggal 12 Februari 2024 juga, SMKN 2 Depok mengirimkan tim ke Jakarta untuk meminta solusi dari persoalan yang mereka hadapi.
Baca halaman selanjutnya
Masih ada harapan sangat kecil untuk siswa SMKN 2 Depok ikut SNBP