Ada orang yang tidak bisa makan soto karena parno. Sebab memang ada saja oknum penjual soto yang mengakali kuah dengan cara curang. Namun, penjual soto yang satu ini (asal Kuloprogo) beda cerita. Ia kerja keras untuk anaknya agar bisa kuliah di kampus ternama seperti Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia adalah Anyndha Tri Rahmawati (18), anak penjual soto di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulonprogo yang berhasil diterima kuliah gratis di UGM. Sosoknya pendiam tapi punya segudang prestasi.
Anak penjual soto dengan segudang prestasi
Anyndha sudah siap membantu orang tuanya melayani pembeli sejak pagi. Di warung soto seluas seperempat lapangan voli itu, langkahnya sibuk mengantar soto yang sudah jadi ke pelanggan.
Di mata ibunya, Nyndha adalah gadis yang pendiam tapi juga berbakti dan pekerja keras. Ia tahu penghasilan orang tuanya tidak seberapa, yakni Rp1 juta rupiah per bulan. Namun, semangatnya dalam belajar patut dicontoh.
Tuginem menilai anaknya punya tekad kuat dalam meraih cita-cita. Ia tahu, anaknya telah berusaha keras agar bisa kuliah di perguruan tinggi negeri sekelas UGM.
“Perjuangannya sangat sulit, apalagi teman-temannya di SMA juga pintar dan berprestasi. Dia tidak minder dan dia membuktikan dia bisa,” kata Tuginem, dikutip dari laman resmi UGM, Senin (14/7/2025).
Sedari remaja, Anyndha sudah berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Ia lulus dari SMA Negeri 1 Bantul sebagai peringkat tujuh terbaik di sekolahnya. Nilai rata-rata yang ia peroleh sebesar 88,2. Di luar kelas, ia sering mengikuti ajang kewirausahaan.

Tak hanya ikut, tapi ia mampu meraih penghargaan dalam ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Nasional (FIKSI) jenjang SMA tahun 2024. Saat tahap final, produknya yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sukses menyabet medali emas.
“Saat itu, saya dan teman saya membuat produk namanya E-Terminator. Produknya itu pembasmi rayap dengan bahan alami,” ujar Anyndha.
Lolos SNPB di FEB UGM tanpa perlu bayar kuliah
Keberhasilannya dalam mengembangkan produk inovasi di bidang kewirausahaan, membuat Anyndha terdorong mendaftar kuliah di Program Studi (Prodi) Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Kedua orang tuanya sempat bertanya, apakah jurusan itu sudah mantap dihatinya?
Perempuan asal Kulonprogo itu pun mengangguk. Tekadnya menjadi mahasiswa FEB UGM sudah bulat. Orang tuanya pun sama sekali tak berkelit, mereka mendukung penuh keputusan Anyndha.
Sampai tibalah proses seleksi penerimaan mahasiswa baru. Tanpa mengikuti tes UTBK, Anyndha diterima lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Prodi Manajemen FEB UGM.
Tak hanya itu, ia juga menerima beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi sebesar 100 persen, sehingga tidak perlu membayar uang belajar sepeserpun selama kuliah di UGM.
Sebagai informasi, beasiswa tersebut merupakan program subsidi dari UGM untuk mahasiswa kurang mampu. Pada tahun 2024, sebanyak 13,32 persen mahasiswa FEB UGM menerima beasiswa UKT 100 persen atau UKT 0.
Selain beasiswa dari UGM, pemerintah juga memberikan beasiswa seperti KIP Kuliah 2025 bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu.
Kuliah di UGM adalah kesempatan emas

Tentu saja Anyndha dan keluarganya merasa terbantu. Kedua orang tua Nyndha tidak berharap banyak. Keduanya hanya menitipkan pesan agar Nyndha mampu mempergunakan kesempatan ini dengan baik.
“Selagi masih bisa diberi kesempatan dan kemampuan untuk berjuang di UGM itu, jangan menyerah,” ujar Tuginem.
“Semoga juga bisa menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa serta untuk semua orang,” harapnya.
Kini, Anyndha sedang mempersiapkan diri untuk memulai perkuliahan di awal Agustus mendatang sebagai mahasiswa Manajemen FEB UGM. Ia percaya bahwa semua kesusahan yang telah dan akan ia lewati, pasti ada kemudahan. Sebab ia percaya akan kemampuannya.
Tidak lupa, ia ucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya yang telah mendukungnya menghadapi semua proses hingga saat ini. Untuk itu, ia berpesan kepada teman-teman yang sedang memperjuangkan diri masuk ke kuliah ke perguruan tinggi untuk terus bersemangat.
“Pokoknya semangat. Jangan takut untuk mencoba, jangan takut untuk gagal, karena kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Entah apakah akhirnya akan sesuai dengan yang kita mau atau tidak? Tetapi yang penting kita sudah mencoba,” tuturnya.
“Karena pengalaman itu tidak bisa dibeli dan pengalaman itu akan jadi hal yang bermanfaat,” tegas mahasiswa prodi Manajemen FEB UGM itu.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Kebaikan Pedagang Bakso yang Membekas di Hati Saya, 40 Tahun Keliling untuk Kuliahkan Anak hingga S2 atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












