Bagaimana pawang hujan membuat cuaca di luar prediksi BMKG?
Saya penasaran, pawang hujan seperti Gosong apakah memantau prakiraan cuaca yang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) keluarkan setiap hari. Hal itu kemudian saya tanyakan kepadanya.
“Mantau ramalan BMKG nggak pernah lagi Mas, soalnya membuat saya ndredek, malah jadi kepikiran,” katanya tertawa.
Ia lantas bercerita satu peristiwa saat ia memantau prakiraan cuaca atau prediksi dari BMKG. Ceritanya, ada seorang kawan yang nggak yakin produksi bisa berlangsung karena prediksi BMKG menyebutkan wilayah tersebut akan turun hujan lebat.
“Teman saya lantas menunjukkan prediksi BMKG, itu 100 persen akan hujan lebat,” kata Gosong. Merasa tertantang, Gosong bilang ke temannya kalau setelah magrib tidak akan hujan sesuai prediksi BMKG, sehingga proses syuting bisa tetap berlangsung.
Gosong lantas berdoa khusyuk. Hasilnya sampai pagi hari memang tidak turun hujan dan proses produksi berjalan lancar.
Menurut Gosong, membuat cuaca di luar prediksi BMKG sebenarnya tekniknya ya sama seperti sehari-hari yang ia lakukan sebagai pawang hujan. Namun, dari pengalamannya melihat prakiraan cuaca dari BMKG, ia tidak pernah mau melihat atau mendengarnya lagi. Gosong takut.
Alasan pawang hujan takut dengan prediksi BMKG
“Ndredek, Mas. Aku wedi, malah jadi kepikiran membuat hati down. Yang penting apa yang bisa aku buat, aku lakukan, kalau lihat-lihat prediksi seperti itu, malah jadi takut. Jadi kepikiran,” kata Gosong tertawa.
Bagi Gosong, penting untuk menjaga pikiran tenang. Ia memberi contoh lain bagaimana ketika menurut ramalan cuaca, di kampung lokasi syuting akan hujan. Hati Gosong sempat nggak tenang, apalagi ketika melihat orang yang lewat kampung tersebut sudah mengenakan jas hujan.
Ia kemudian kembali pada konsentrasinya untuk menahan hujan. Hasilnya, dua kampung yang mengapit kampung lokasi syuting yang hujan. “Aku sampai mau pingsan, aslinya karena tegang jadi malah pikiran kemana-mana,” kata Gosong.
Ia juga mendengar hujan tinggi karena sebab adanya badai La Nina atau El Nino. Hal itu bagi tim produksi sedikit memberi kewajaran jika kemudian turun hujan. Namun, bagi Gosong, apapun istilahnya kalau itu berhubungan dengan kariernya, apakah La Nina atau El Nino akan ia lawan.
“Nek iki urusane karier, arep El Nino atau badai La NIna, tak lawan. Aku nduwe dekengan pusat (Tuhan-red) kok,” kata Gosong.
Doa tidak hujan itu bukan seperti menghidupkan dan mematikan televisi
Gosong mengatakan, dalam usahanya mengatur hujan, doa jadi hal penting. Ia bisa saja meminta kepada Tuhan agar hujan turun sebelum waktu syuting atau setelah waktu syuting. Hanya saja menurutnya doa itu beda dengan televisi.
“Kalau televisi kan bisa kita hidupkan atau matikan sesuka kita, suaranya bisa kita kecilkan, besarkan, tapi kan doa nggak seperti itu,” kata Gosong.
Ia kembali menegaskan bahwa senjatanya sebagai pawang hujan adalah doa dan prihatin. Doa yang tak henti itu ia percaya bisa jadi kekuatan. Tak heran di musim hujan ini, waktu istirahatnya hampir tidak ada.
“Awakku remek, Mas. Ini kalau dicubit nggak kerasa, ya karena sudah dua hari nggak tidur, makanya ini mau sempatkan istirahat sebentar,” kata Gosong.
Gosong mengatakan, sebenarnya di musim hujan ini, tawaran pekerjaan sebagai pawang sangat banyak. Namun, ia tidak ingin aji mumpung. Apa yang sudah ia terima, ia syukuri saja.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Pawang Hujan yang Diminta Menghentikan Sunset dan Permintaan-permintaan Aneh Pengguna Jasanya
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News