Ojol Surabaya jadi musuh bersama
Karena sederet aturan yang ternyata terkesan lebih banyak menguntungkan ojol tersebut, tak pelak jika ojol di Surabaya jadi musuh bersama dari kalangan transportasi konvensional, mulai dari ojek pengkolan hingga sopir angkot.
Mojok pernah berbincang dengan salah satu sopir angkot di Surabaya, Arifin (50).
Arifin mengungkapkan kebenciannya pada ojol. Karena sejak kemunculan mereka, rezeki Arifin dan teman-temannya di transportasi konvensional makin berkurang dari waktu ke waktu.
Lebih-lebih, Arifin menyebut ada banyak ojol Surabaya yang nakal, yang narik tapi tidak pakai aplikasi. Hal itu menurut Arifin memakan rezeki sopir angkot ataupun ojek pengkolan secara terang-terangan.
“Tapi yang nggatheli banyak ojol ngeroyok rezeki kami (para sopir angkot). Lah gimana, ada banyak ojol yang narik penumpang tanpa aplikasi. Di Bungurasih dan Stasiun Wonokromo banyak yang seperti itu,,” keluh Arifin.
“Padahal seharusnya yang nggak aplikasi itu bagian kami,” lanjutnya.
Untuk bagian ini, Niam pun tak menyangkal bahwa saat ini ojol memang seolah menjadi musuh bersama. Tak terkecuali di Jogja. Ojol mendapat tuduhan sebagai pemakan atau perebut rezeki orang.
“Padahal kan sama-sama nyari rezeki. Bedanya, kami (ojol) nyoba ngikuti zaman. Zamannya pakai digital, aplikasi, ya kami ikuti. Namanya juga orang pengin bertahan hidup,” ujar ojol jogja tersebut beberapa saat sebelum menurunkan saya di tempat tujuan.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Ojek Pangkalan Stasiun Lempuyangan Bertahan Meski Dianggap Menyusahkan, Semua Demi Kuliahkan Anak
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News