Di depan toko swalayan di Jalan Kaliurang Km 5, tepatnya pojok kiri bagian depan, sebuah etalase kaca yang tak begitu besar menjadi harapan orang-orang yang sedang kelaparan. Di tempat itu, orang-orang bebas mengambil sekaligus menyumbang makanan.
***
Sebuah etalase kaca di depan Toko Swalayan Gading Mas membuat saya tertarik setiap kali lewat di jalan ini. Ada sebuah etalase kaca yang saya lihat sering kosong. Hingga beberapa bulan yang lalu saya mampir untuk menjawab rasa penasaran saya.
Nasi gratis untuk yang kelaparan di Jalan Kaliurang
Etalase kaca itu saya perkirakan berukuran 1,7 x 1 meter. Di depan kaca bagian depan tertulis dua stiker besar “Semua Bisa Mengisi, Semua Bisa Mengambil”.
Di bawahnya lagi tertulis
Pojok Nasi Gratis
Jogo Bolo – Jogo Tonggo
Ambil seperlunya
Jangan berkerumun
Tetap jaga jarak
Pakai masker
Dari tulisan yang mulai agak memudar itu, saya sempat mengira ini adalah sisa-sisa masa pandemi Covid-19. Dimana banyak orang yang memberikan bantuan bagi yang membutuhkan, termasuk nasi gratis. Saya pikir saat itu etalase tersebut sudah tidak ada yang menggunakan.Tidak ada orang yang bisa saya konfirmasi saat itu.
Rupanya saya salah. “Masih, Mas. Kadang pagi, siang, atau sore,” kata Tia (29) driver ojek online yang tengah mangkal di dekat tempat itu ketika saya tanya pada Selasa (7/2/2024).
“Paling ramai pas hari Jumat, ada Jumat berkah,” sambung Tia. Menurut Tia, tiap hari sebenarnya ada orang yang meletakan makanan di situ. Kadang nasi bungkus, tapi ada juga makanan kecil. Namun, jumlahnya tak sebanyak hari Jumat.
Jadi andalan ojol yang kelaparan
Tia yang kerap mangkal di situ, juga mengandalkan makanan di tempat itu untuk mengatasi rasa laparnya. Baginya itu sudah sangat membantu mengurangi pengeluaran untuk makan pagi atau makan siang.
“Terbantu lah, Mas. Lumayan kan bisa ngurangi pengeluaran,” katanya tertawa.
Hal senada diungkapkan Mahmud yang saya perkirakan berusia 35 tahun, ojol yang juga mangkal di tempat itu. Malu-malu ia mengatakan kalau dirinya juga kerap mengambil makanan di tempat itu.
Informasi lebih lengkap saya dapatkan dari Agus (40) penjaga parkir di Toko Swalayan Gading Mas. “Paling ramai itu hari Jumat, Mas. Ada pagi, siang, sore, itu banyak yang meletakan makanan di tempat itu,” kata Agus.
Setahunya pihak swalayan juga rutin menyumbang sekitar 50 bungkus nasi setiap hari Jumat. Ada juga donatur dari Jakarta yang menyuruh orang setiap Jumat mengirim 50 bungkus nasi. Beberapa rumah makan di sekitar Jalan Kaliurang juga menitipkan makanan sebagai bagian dari Jumat berkah di warung tersebut.
“Itu belum orang-orang yang lewat pakai mobil, terus meletakan nasi di situ,” kata Agus.
Sayangnya sebagian besar menyumbang di hari Jumat. Hari-hari biasa memang ada yang menyumbang, tapi tidak banyak.
“Yang hampir tiap hari itu Warung Mba Arie, itu tuh, di belakang swalayan,” kata Agus.
Nasi gratis yang layak makan
Nasi-nasi yang orang sumbangkan itu menurut Agus sangat membantu siapapun yang sedang kelaparan. Paling banyak memang ojol yang mangkal di sekitar Jalan Kaliurang. Setahu Agus, jarang ia melihat mahasiswa yang mampir untuk mengambil makanan gratis tersebut.
Agus sendiri kadang makan dengan mengambil makanan yang ada di etalase. Khusus hari Jumat, ada donatur yang memberikan makanan untuk orang-orang yang bekerja atau berada di tempat tersebut.
“Ada yang ngasih kami nasi kotak, biasanya untuk saya, tukang parkir selain saya, terus ibu tua yang jualan makanan itu juga dapat, sama ada beberapa lainnya. Biasanya ada 7 kotak makanan,” kata Agus menunjuk seorang nenek tua yang duduk di dekat ATM.
Meski nasi gratis di etalase kaca adalah nasi sumbangan dari orang, Agus menjamin bahwa nasi bungkus yang orang sumbangkan sangat layak untuk dimakan. Memang ia beberapa kali menemukan ada nasi yang agak basi.
“Tapi saya yakin orangnya nggak maksud jelek. Mungkin karena terlalu lama jadi agak basi. Selama saya ngambil di situ, semuanya rata-rata layak konsumsi.
“Paling banyak yang ngambil itu ya ojol, ada mahasiswa juga, tapi nggak sebanyak ojol,” katanya.
Baca halaman selanjutnya
Alasan warung makan sisihkan nasi, sayur, dan lauk untuk yang kelaparan
Alasan warung makan sisihkan nasi, sayur, dan lauk untuk yang kelaparan
Saya lantas makan siang di Warung Mba Arie. Ia membenarkan setiap hari ia mengirim nasi bungkus yang berisi nasi, sayur, dan lauk. “Sebelum warung tutup biasanya saya lihat. Kalau ada yang belum habis, saya bungkus terus saya bawa kesana. Eman-eman kalau nggak ada yang makan,” kata Arie.
Kadang bahkan menurut Arie, belum nasi bungkus itu sampai di etalase kaca, sudah ada ojol yang nyegat. “Mungkin karena sudah lapar, takut nggak kebagian di sana,” katanya.
Selain rutin mengisi nasi bungkus di etalase kaca, Mba Arie juga setiap Jumat pagi antara jam 6 sampai jam 7 pagi memberikan pecel gratis bagi yang makan di warungnya. “Kalau hari Jumat di etalase kaca kami ngasih sore karena pagi sampai siang biasanya sudah banyak yang ngasih. Jadi biasanya buat orang yang pulang kerja atau mahasiswa, tapi ojol memang paling banyak,” kata Arie.
Salah seorang driver ojol yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan, Pojok Nasi Gratis setahunya ada di beberapa tempat. Namun, memang tidak ada pengelolanya secara khusus.
Saya menemukan akun Instagram di salah satu tulisan yang ada di etalase kaca. Akun Instagram @makan_bareng.id itu terlihat sudah tidak aktif sejak tahun 2022. Namun, dari postingannya memang akun ini yang mengelola etalase kaca Pojok Nasi Gratis.
Berawal dari ide seorang mahasiswa Filsafat UGM
Saya kemudian terhubung dengan Ganiswara Afif Charisma (27) yang menginisiasi Pojok Nasi Gratis ini. Ganis sendiri merupakan alumni Jurusan Filsafat UGM yang kini merintis menjadi entrepreneur dengan membuka usaha kerajinan kulit “Charisma”, usaha video dan fotografi “Harumasa”, serta bekerja membantu di sebuah lembaga training consultant.
Menurut Ganis, etalase itu ia buat di tahun 2021. Saat itu efek pandemi masih sangat terasa. Di Jogja banyak gerakan orang-orang yang membagi nasi secara langsung ke orang-orang yang terlihat membutuhkan seperti tukang becak, petugas parkir dan lainnya.
“Saya kepikiran, bisa jadi orang-orang yang berseragam seperti pekerja itu juga tidak punya uang untuk makan. Jadi saya berpikir untuk buat ruang aman, orang bisa mengisi makanan, tapi juga bisa mengambil,” katanya, Rabu (7/2/2024).
Ia lantas membuka crowdfunding dengan teman-temannya. Hasilnya ia buat menjadi etalase kaca. “Kami pilih di Jalan Kaliurang karena dulu nggak banyak program bagi nasi di tempat ini. Kami dulu membagi nasi juga biasanya di daerah selatan atau pinggiran,” kata Ganis.
Awalnya, Ganis dan kawan-kawan menggalang donasi. Namun, kemudian ia melihat masyarakat bisa mandiri, berjalan tanpa dipandu. Sesuai rencana mereka, masyarakat tergerak mengisi sendiri.
“Masih ada donatur yang menyumbang ke kami. Biasanya kami meminta Ibu Tini untuk membuat masakan sesuai dengan pesanan donatur, kemudian makanan itu kami letakan di etalase,” kata Ganis.
Ingin bukan hanya etalase, tapi juga kulkas berisi sayuran gratis
Ibu Tini ini adalah orang yang Ganis percaya untuk memasak makanan ketika ada donatur. Selain Ibu Tini, Ganis juga menyerahkan pengawasan etalase ke Mas Asro, seorang tukang servis jam tak jauh dari tempat etalase nasi gratis. Mas Asro ini juga yang bertugas meletakan nasi gratis jika ada permintaan dari donatur.
“Melihat bahwa etalase ini berguna untuk membantu orang lain tentu senang. Hati saya senang ketika melihat orang-orang bisa mengisi, bisa muncul kesadaran diri dari masyarakat. Memang tujuan awalnya seperti itu,” kata Ganis.
Ia sebenarnya ingin makin banyak etalase. Bahkan bayangannya bukan hanya etalase, tapi juga kulkas, yang berisi sayuran atau bahan makanan. “Jadi tidak akan ada bahan makanan yang terbuang, sayur yang tidak termasak. Orang butuh tinggal ngambil. Orang yang punya kemampuan lebih bisa menyisihkan sedikit, yang kekurangan tidak akan khawatir,” kata Ganis.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Nestapa di Kota Pendidikan, Merekam Kisah Mahasiswa Kelaparan yang Berharap Sebungkus Nasi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News