Pengalaman tiga kali naik Bus Nusantara jurusan Jogja-Kudus membawa saya pada fakta bahwa ternyata di mata beberapa penumpang bus ini sangat menguras kesabaran. Terutama bagi mereka yang ingin lekas-lekas tiba di tujuan. Hal tersebut lantaran cara jalan Bus Nusantara yang dinilai begitu lamban.
***
Dulu ketika masih di Surabaya, saya memiliki dua bus andalan kalau hendak pulang ke Rembang, Jawa Tengah. Kalau tidak Bus Jaya Utama (warna biru) ya Bus Indonesia (warna merah). Alasan saya, kedua bus tersebut tidak hanya menawarkan kecepatan, tapi juga kondisi ruang yang cukup nyaman.
Begitu juga ketika saya akhirnya pindah ke Jogja sejak akhir Januari 2024 lalu. Tiap mau ke Surabaya, saya lebih memilih Bus Sumber Selamat. Meski kelas ekonomi, secara kenyamanan ruang saya rasa lebih nyaman ketimbang bus-bus ekonomi di Jalur Pantura. Dan tentu, Bus Sumber Selamat menjawab kebutuhan saya: jalannya kenceng. Meski bagi banyak orang malah terkesan brutal. Yang saya belum nemu adalah bus andalan jika hendak pulang dari Jogja ke Rembang.
Untuk pulang ke Rembang dari Jogja, mau tidak mau saya harus naik bus dua kali. Pertama, dari Terminal Jombor, Jogja ke Semarang atau Kudus. Kedua, dari Semarang atau Kudus ke arah Rembang. Saya biasanya memilih turun di Semarang alih-alih Kudus.
Setidaknya ada tiga bus (sepengetahuan saya) yang melayani rute tersebut. Antara lain Nusantara, Hariyanto, dan Ramayana. Kesemuanya Patas. Nusantara menjadi bus yang paling banyak saya tumpangi, yakni tiga kali. Satu kali dari Semarang (ke Jogja) dan dua kali dari Jogja (ke Semarang). Termasuk yang paling baru adalah pada Kamis (9/5/2024) lalu.
Bus Nusantara Semarang-Kudus bikin penumpang emosi
Saat pertama kali naik bus milik Yonatan Budianto itu, saya memang merasa ada perbedaan yang cukup jomplang dengan bus-bus Jalur Pantura dan Jalur Selatan yang pernah saya tumpangi. Rasanya kok sangat lambat.
Namun, saya mencoba maklum karena rute dari Jogja ke Semarang sendiri terbilang tak mudah. Selain jalan yang naik turun dan berkelok, arus lalu lintasnya juga cukup padat. Sehingga, dalam benak saya, wajar saja jika sopir bus tak bisa leluasa untuk salip sana salip sini.
Namun, gerutuan seorang penumpang membuat saya akhirnya tahu, meskipun menghadapi rute yang tak gampang, harusnya Bus Nusantara tak berjalan selamban itu. Sebab, bus-bus lain seperti Hariyanto atau Ramayana masih bisa kok berkelak-kelok sehingga sampai di tujuan dengan estimasi waktu semestinya.
“Aku turun di Semarang. Terus nanti lanjut cari bus ke Tuban. Tapi jam segini kok nggak sampai-sampai. Buse gremet! (Busnya merayap!),” keluh Atmo (48), penumpang di bangku sebelah saat saya tanya tujuannya.
Saya beranikan bertanya karena sebelumnya ia bolak-balik menelepon seseorang, mengabari update posisinya dengan agak kesal. Bolak-bolik pula ia menyumpah serapahi Bus Nusantara yang kami tumpangi siang itu, Kamis (9/5/2024).
Bus Nusantara Jogja-Kudus jalannya lamban
Saya dan Atmo sama-sama naik Bus Nusantara Jogja-Kudus dari Terminal Jombor jam setengah sebelas siang. Lalu bus mulai tancap gas jam 11 lebih sedikit. Estimasi Atmo, harusnya ia bisa sampai di Terminal Terboyo, Semarang paling tidak jam dua siang. Atau selambat-lambatnya ya jam setengah tiga lah.
Karena waktu tempuh Jogja-Semarang, menurut Atmo, kira-kira tiga jaman. Tapi siang itu, saat jam sudah menunjukkan 14.20 WIB, Bus Nusantara Jogja-Kudus yang kami tumpangi masih merayap di jalan. Tak pelak jika Atmo emosi. Sementara ia mengejar waktu untuk segera tiba di Tuban, Jawa Timur. Persisnya di Kecamatan Tambakboyo.
“Ada urusan di Tuban. Mangkanya harus cepat-cepat. Biasanya dari Jogja ke Semarang kalau naik Ramayana nggak selambat ini. Ini sopirnya kayak amatir, baru ajaran,” gerutu Atmo.
“Saya baru beberapa kali ini aja Pak naik Bus Nusantara. Saya kira ya memang wajar jalannya seperti ini karena medannya sulit,” jawab saya ketika Atmo melempar pertanyaan balik.
Atmo mengaku baru dua kali naik Bus Nusantara. Karena seringnya ia naik Bus Ramayana atau Hariyanto. Pengalaman pertamanya naik Bus Nusantara beberapa bulan lalu sebenarnya menyisakan kekesalan serupa.
Hanya saja, saat itu Atmo mengira kebetulan saja ia naik Bus Nusantara Jogja-Kudus yang jalannya lambat. Jadi saat ia coba-coba lagi naik Bus Nusantara Jogja-Kudus siang itu, harapannya adalah nemu Bus Nusantara yang jalannya kenceng. Eh ternyata tidak ada bedanya.
Baca halaman selanjutnya…
Bus Ramayana masih jadi yang tercepat
Bus Ramayana masih yang tercepat
Bus Nusantara Jogja-Kudus yang saya dan Atmo tumpangi itu baru sampai di Terminal Terboyo, Semarang pada pukul 15.30 WIB. Wajah Atmo sudah nampak bersungut-sungut. Bahkan saat hendak turun, ia sempat ngedumel di depan kernet bus yang dari wajahnya perkiraan usianya lebih tua dari Atmo.
“Pantes lama, naikmu Nusantara je,” ujar Zikri (23) saat menanyakan keberadaan saya melalui WhatsApp sesaat setelah saya turun di Terminal Terboyo, Semarang.
Zikri adalah teman rumah yang sudah sering riwa-riwi ke Jogja naik bus. Karena memang ia kuliah di Kota Pelajar. Hari saat saya hendak pulang ke Rembang itu, posisi Zikri sudah di rumah seminggu lebih awal dari saya. Ia memastikan posisi saya karena nanti ia lah yang bakal menjemput saya di jalan raya untuk naik ke desa kami yang memang agak blusuk.
“Pastinya nggak semua Bus Nusantara lemot. Tapi kebanyakan memang kayak gitu. Aku biasanya kan kalau nggak Hariyanto ya Ramaya. Dua bus itu masih mending lah,” kata Zikri saat kemudian kami bertemu di Rembang.
Pernyataan senada saya dengar juga dari salah satu teman komunitas (KBEA) yang merupakan seorang busmania, Mujib (38). Ia yang sudah menjajal beragam jenis bus di berbagai rute mengamini kalau Bus Nusantara memang bisa menguras kesabaran penumpang.
“Apalagi bagi orang yang sudah terbiasa naik bus seperti Sumber Selamat atau bus-bus Pantura. Bus Nusantara tentu bikin gregetan,” kata Mujib saat kami bertemu di Akademi Bahagia, Jogja, Rabu (15/5/2024) malam WIB.
“Kalau mau cepet ya Hariyanto atau Ramayana. Tapi menurutku Ramayana yang paling cepet,” sarannya pada saya.
Hariyanto dan Ramayana. Dua bus tersebut sepertinya harus saya coba. Untuk mengonfirmasi apakah benar yang dikatakan Atmo, Zikri, dan Mujib bahwa keduanya masih lebih mending ketimbang Bus Nusanatara yang membuat seorang penumpang sampai menyumpah serapah.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.