Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Driver Ojol Lulusan Fisipol UGM Ini Tak Cocok Dapat Penumpang Prabowo atau Sri Sultan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
16 Februari 2024
A A
Kisah Lulusan Fisipol UGM yang Memilih Jadi Driver Ojek Online, Prabowo dan Sri Sultan Tak Cocok Jadi Penumpangnya.mojok.co

Ilustrasi Kisah Lulusan Fisipol UGM yang Memilih Jadi Driver Ojek Online, Prabowo dan Sri Sultan Tak Cocok Jadi Penumpangnya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Seorang lulusan UGM memutuskan bekerja sebagai driver ojek online. Menariknya, eks mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) ini kerap berdebat soal urusan politik dengan penumpangnya, serta memberikan kritik kepada kekuasaan yang isinya “daging semua”.

Saat sedang mengantre nasi goreng langganan di sekitaran Terminal Condongcatur, saya menjumpai kejadian yang sebenarnya sering terjadi di tahun politik. Ya, dua orang saling berdebat soal calon presiden jagoan mereka.

Ali Imron (25), sang penjual nasi goreng Ortega Jalan Anggajaya 1, terlihat sedang beradu argumen dengan seorang driver ojek online. Mereka, yang kelihatannya sudah akrab satu sama lain, punya pandangan berbeda soal capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.

Imron, yang sambil sesekali menyeka keringat di dahinya, teguh dengan capres pilihannya itu. Sementara sang driver ojek online, memberikan pandangan berseberangan dan menyarakan agar tak memilih capres–yang sementara ini unggul di quick count–itu.

Menariknya, sepanjang perdebatan yang diiringi tawa-tawa kecil, sang driver ojek online memberikan pandangan secara insightful. Bahasa yang ia sampaikan pun amat membumi; tidak ndakik-ndakik dan harusnya mudah dipahami awam.

Nah, belakangan saya mengetahui kalau lelaki itu bernama Rendy (25), seorang alumnus UGM. Pertemuan saya malam itu sekaligus menjadi awal perkenalan kami berdua.

Awalnya, jadi driver ojek online hanya kerja sambilan

Rendy, lelaki yang saya taksir setinggi 175 cm ini, merupakan lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia tercatat sebagai mahasiswa baru pada 2019.

Kalau kata Rendy, baru setahun yang lalu dia lulus dari kampus almamaternya Pratikno, tangan kanan Jokowi itu. Artinya, status dia sebenarnya masih tergolong fresh graduate.

Saya sendiri cukup penasaran, mengapa ia memilih profesi jadi driver ojek online. Bukan apa-apa, sih, soalnya kebanyakan kenalan saya yang lulusan Fisipol UGM memilih untuk kerja di LSM, instansi pemerintahan, atau melanjutkan studi S2.

Rendy bercerita, sejak 2021 lalu, lelaki asal Kota Yogyakarta ini memang sudah ambil kerja sambilan sebagai driver ojol. Kala itu, sifatnya masih part time, karena dia juga masih harus membagi waktu dengan kuliah–yang masih daring karena pandemi Covid-19.

“Biasanya mulai nge-bid setelah Maghrib. Sampai jam 3 pagi baru offline buat istirahat,” kisahnya.

Profesi ini pun terus ia jalani hingga lulus kuliah. Bahkan, menurut pengakuannya, saat tengah sibuk mengerjakan tugas akhir saja, dia juga masih sering menyempatkan diri buat narik. Kata dia, sih, karena hasilnya lumayan buat jajan.

“Soalnya seneng aja keliling-keliling sambil ada penghasilan,” akunya.

Kisah Lulusan Fisipol UGM yang Memilih Jadi Driver Ojol, Prabowo dan Sri Sultan Tak Cocok Jadi Penumpangnya.mojok.co
Ilustrasi Profesi driver ojol awalnya hanya sambilan, sebelum akhirnya Rendy memutuskan untuk full time setelah lulus kuliah (Mojok)

Orang tua tidak pernah mempermasalahkannya

Rendy mengaku kalau dia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tajir enggak, tapi kalau dibilang susah ya enggak juga. Pendeknya, keluarga dia berkecukupan.

Iklan

Orang tuanya pun tak pernah menuntut macam-macam. “Enggak pernah nuntut harus kerja ini, kerja di sini, gaji segini. Mereka bebasin aja,” ujar alumnus UGM ini.

Alhasil, ketika Rendy memilih jalan jadi driver ojek online pun, orang tuanya tak mempermasalahkan hal itu. “Jadi ya biasa aja di rumah. Enggak ada larangan atau apa. Kalau mau berangkat kerja pun masih sering pamitan.”

Sebenarnya, setelah lulus, Rendy berencana melamar kerja ke salah satu LSM di Jakarta. Sayangnya, lamaran dia ditolak. Ia juga beberapa kali memasukan surat lamaran ke beberapa lembaga riset politik, tapi hingga kini belum mendapat balasan.

Alhasil, ia pun memilih lanjut di profesi yang sudah tiga tahun ia jalani itu. “Sampai sekarang sih belum kepikiran mau lamar kerja ke mana lagi. Aku sih masih menikmati jadi ojol,” katanya.

Suka berdiskusi kritis dengan para penumpang ojek online

Saya pun menanyakan kepada Rendy, hal unik apa yang sering ia jumpai di jalanan? Tiga tahun lebih mengaspal di jalanan Jogja, banyak hal unik pasti sudah ia saksikan dan rasakan, pikirku. 

Sayangnya, Rendy  mengaku kalau dia belum pernah mengalami kejadian-kejadian unik ataupun absurd. Seringnya, kejadian unik seperti mendapat penumpang yang punya banyak permintaan, kerap dialami teman sejawatnya, bukan dia..

Rendy juga menatakan belum pernah menemui kejadian-kejadian seram ataupun mengerikan. Seperti ketemu setan, mengalami hal-hal mistis lain, atau amit-amitnya ketemu klitih di jalanan Jogja.

“Seringnya sih paling nemu penumpang yang suka ngajak diskusi politik,” kata dia.

Rasan-rasan monarki Jogja

Misalnya, hal yang paling ia ingat, Rendy pernah terlibat diskusi kritis dengan seorang penumpang soal monarki Jogja. Saat itu, penumpangnya yang ia duga adalah wisatawan dari luar Jogja, menceritakan kekagumannya pada “keistimewaan” DIY yang tak ditemui di daerah lain.

Merasa tidak bersepakat dengan pandangan penumpangnya, Rendy pun membantah. “Saat itu karena merasa monarki itu enggak ada enak-enaknya, ya aku bantah. Apalagi sudut pandangku valid karena aku orang Jogja yang mengalaminya langsung,” jelasnya.

Kisah Lulusan Fisipol UGM yang Memilih Jadi Driver Ojol, Prabowo dan Sri Sultan Tak Cocok Jadi Penumpangnya.mojok.co
Rendy sering berdebat dengan penumpangnya soal sistem monarki di Jogja (dok. Kraton Jogja)

Rendy tak menyangka, perdebatan jadi semakin seru. Jok motor matic-nya seakan menjadi mimbar diskusi antara dua orang yang punya pandangan berseberangan soal sistem pemerintahan di Jogja. Lima belas menit perjalanan dari Maguwoharjo ke Stasiun Tugu pun berisi percakapan yang isinya daging semua.

“Untungnya enggak ada yang baper, saling nerima pandangan lain. Pas sampai tujuan pun dia masih senyum dan enggak ngasih bintang satu,” kata Rendy dengan nada bercanda.

Sering berdebat soal pilpres

Selain rasan-rasan alias gibahin kota kelahirannya itu, perdebatan lain yang kerap Rendy alami adalah soal pilpres. Apalagi mendekati awal tahun 2024 kemarin, banyak penumpangnya yang tiba-tiba menjadi analis politik.

Rendy mencontohkan, salah satu penumpangnya pernah secara terang-terangan bilang kalau di Jogja harus ada penembak misterius alias Petrus. Alasannya, kata penumpang itu, kejahatan jalanan di Jogja makin merajalela.

“Dia juga bilang kalau ‘Prabowo itu ideal jadi presiden karena sosok itu yang paling mungkin balikin kebijakan Petrus’,” ujar driver ojek online ini, menirukan penumpangnya itu.

Sebagai alumnus Fishipol UGM yang delapan semester belajar teori-teori politik, secara tegas ia pun menyanggah statement penumpangnya itu.

“Ya aku bilang aja Petrus bukan solusi, extrajudicial killing. Siapa aja bisa kena dan pelakunya enggak bakal kena hukuman. Kataku, ‘kita yang di atas motor ini aja bisa aja ditembak dengan dalih melawan hukum kok’,” Rendy mengulangi kata-katanya kala itu.

Berkali-kali Rendy juga menjelaskan kalau Prabowo itu punya jejak berdarah-darah dalam sejarah Indonesia. Termasuk pembantaian di Timor Timur, penculikan para aktivis, hingga kerusuhan di tahun 1998.

“Intinya aku bilang kalau bisa jangan pilih Prabowo, dia penjahat HAM,” kata Rendy. “Ya pada akhirnya penumpangku itu dongkol. Enggak dikasih bintang 1 juga, cuman enggak dirating aja.”

Hingga saat ini, Rendy masih setia mengaspal di jalanan. Obrolan berdaging dan kritik keras pada penguasa juga masih nyaring terdengar dari atas jok motornya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Sering Diremehkan, Profesi Ojol Malah Menyelamatkan Pemuda Tamatan SMA

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 16 Februari 2024 oleh

Tags: driver ojolFISIPOL UGMJogjaojek onlineojolpolitikprabowoUGM
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.