Kawasan Kos di Nologaten yang padat jadi tempat mahasiswa UGM, UIN, dan berbagai kampus lain di Jogja untuk tinggal. Di balik hiruk pikuk kehidupannya, banyak cerita sisi-sisi lain kehidupan perantau yang penuh hiburan hingga kelam.
***
Macet adalah kata yang tepat untuk menggambarkan jalan sekitar kawasan padat permukiman di Nologaten, Caturtunggal, Sleman. Ruas jalan yang tidak terlalu luas, tingginya volume kendaraan, ditambah pusat pertokoan sepanjang jalan membuat kepadatan tak terhindarkan.
Meski begitu, kawasan itu terbilang strategis. Sehingga banyak mahasiswa yang memilih tinggal kos di Nologaten, salah satunya Kabib (27), yang menghabiskan lebih dari separuh masa kuliahnya di UIN dengan tinggal di sana.
“Sebelum kos di Nologaten aku sempat pindah-pindah tempat tinggal. Dari 2015 sampai 2018 bisa 5 kali ganti kos dan kontrakan. Tapi sejak 2018 sampai akhir 2023 lalu aku betah di Nologaten,” ungkapnya saat saya wawancarai Selasa (28/5/2024).
Kos di Nologaten banyak yang bebas
Kebebasan adalah salah satu hal yang baru benar-benar Kabib rasakan saat tinggal di Nologaten. Saat awal masuk, ia tak menduga kos seharga Rp600 ribu per bulan yang di gerbangnya ada label “muslim” tiba-tiba berubah wajah saat malam pertama ia tempati.
“Sialan, malam pertama aja aku langsung dijamu minuman (alkohol) sama tetangga kos. Ternyata label muslim itu cuma sekadar formalitas aja, soalnya yang punya kos nggak tinggal di sini,” kenangnya tertawa.
Saat mulai mengenal penghuni kosnya, ia mendapati kebanyakan merupakan mahasiswa yang kuliah di kawasan Caturtunggal. Mulai dari STIE YKPN, STTNAS, dan beberapa kampus kecil di Jogja.
Namun, ada pula penghuni yang merupakan mahasiswa UGM, UNY, dan tentunya kampus almamater Kabib yakni UIN Jogja. Jarak dengan ketiga kampus itu sebenarnya tak terlalu dekat dengan Nologaten. Namun, tetap saja kawasan ini jadi pilihan menarik untuk kos.
“Mungkin pertama agak bebas. Cari kos bebas di Nologaten nggak susah. Meski kos di sini relatif agak lebih mahal karena lokasinya strategis tapi tetap jadi pilihan,” ungkapnya.
Kabib menuturkan, mahasiswa UIN umumnya memilih beberapa kawasan yang lebih dekat dengan kampusnya seperti Papringan dan Sapen. Namun, yang ingin lebih dekat dengan berbagai pusat hiburan maka memilih agak ke utara seperti Nologaten.
Setelah momen malam pertama, ia mulai terbiasa ketika melihat anak-anak kos mabuk bersama. Lalu, mulai tampak lagi kebiasaan lain yakni bermalam bersama perempuan.
“Masalahnya, lha kok kalau bawa cewek beda-beda terus,” kelakarnya.
Baca halaman selanjutnya…
Ketika kos diawasi hingga diteror debt collector