Pembangunan pabrik semen di Pracimantoro, Wonogiri, berpotensi memunculkan konflik horizontal antarwarga. Masyarakat yang awalnya hidup rukun dan harmonis, bisa bermusuhan akibat proyek ambisius tersebut.
***
Bagi Suradi (60), tinggal di Pracimantoro adalah sebaik-baiknya hidup. Meski dikategorikan sebagai kecamatan paling miskin di Kabupaten Wonogiri, ia tak pernah merasa kekurangan.
Pasalnya, rukun antarwarganya masih amat kuat. Mereka dengan sangat mudah bisa saling bantu ketika ada tetangga yang mengalami kesulitan.
“Ibaratnya tetangga masak apa aja kita tahu, karena saling nawarin. Rukun-rukun kayak begini yang membuat masyarakatnya adem ayem,” kata petani asal Desa Gedong, Pracimantoro ini, Kamis (13/3/2025).
Sayangnya, ketika muncul wacana pembangunan pabrik semen di wilayahnya, sikap adem ayem itu ia rasakan mulai terancam. Meski lokasinya bakal berada di Desa Watangrejo, sekitar 15 menit dari rumahnya, perbincangan ini ramai di lingkungannya.

Ada yang menolak dan ada juga yang mendukung. Tapi yang bikin dia khawatir, antara yang menolak dan mendukung pembangunan pabrik semen sama ngotot mempertahankan argumen mereka.
“Pemilihan presiden kemarin saja masih adem ayem, beda yang dicoblos masih bisa jagongan. Sekarang nggak kayak begitu. Kalau sudah ngomongin pabrik, pasti gontok-gontokan karena urusannya sama tanah,” ungkapnya.
Kemunculan dua paguyuban yang menolak dan mendukung pabrik semen di Pracimantoro
Sejak wacana pembangunan pabrik semen di Pracimantoro, Wonogiri muncul, masyarakat langsung berguyup buat menyatukan sikap mereka. Pada Selasa (4/3/25) malam, sekelompok warga membentuk Laskar Tali Jiwo (Tolak Ambisi Liar Industri Jagad Ijo Wasis Aji).
Aliansi ini berisi kelompok warga yang menyatakan sikap menolak pendirian pabrik semen. Argumennya jelas, karena pabrik cuma bakal mendatangkan kemudharatan alih-alih manfaat. Seperti merusak sumber air di karst Gunung Sewu dan menghancurkan lahan produktif masyarakat.
Sehari berselang, muncul juga Paguyuban Cinta Pracimantoro (PCP). Berbeda dengan Laskar Tali Jiwo, PCP menyatakan mendukung rencana pendirian pabrik semen.
Kemunculan PCP pun membuat warga terbelah. Di grup Facebook Kabar Warga Pracimantoro (KWP), berdebatan soal wacana proyek itu seringkali berakhir panas. Sementara di kehidupan sehari-sehari, sebagaimana dipaparkan Suradi, ketegangan tak kalah panas.

PCP disebut-sebut “cuma bayaran”
Sejak awal dibentuk, Laskar Tali Jiwo boleh dibilang menjadi kelompok paling militan dalam menolak proyek yang dianggap bakal menghancurkan alam Pracimantoro tersebut.
Mereka sudah membuat berbagai gerakan. Termasuk memasang poster penolakan di penjuru jalan desa dan kecamatan, hingga aksi demo di depan Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno.
Sementara PCP, sejak mendeklarasikan paguyubannya, mereka belum bikin gebrakan lagi. Namun, tokoh-tokoh PCP kerap muncul dalam berbagai pemberitaan, khususnya ketika camat Pracimantoro mengklaim warga mendukung proyek ini.
Maka, tak ayal ini memunculkan kecurigaan warga. Banyak pihak menduga PCP adalah bentukan Kepala Desa Watangrejo Hermadi, untuk mengadu-domba masyarakat. Tujuannya, agar narasi yang berkembang tak melulu menolak pabrik semen.
Hermadi juga diketahui beberapa kali melakukan pertemuan dengan PCP. Mojok sendiri meminta konfirmasi ke Hermadi. Pihak terkait belum mau memberikan keterangan.
Pabrik semen punya banyak mudharat
Dalam banyak kajian, ditemukan bahwa wacana pendirian pabrik semen di Pracimantoro, Wonogiri, lebih banyak mendatangkan mudharat alih-alih manfaat.
Mojok dua kali menulis liputan soal ini. Dalam liputan berjudul “Pabrik Semen Mengancam Wonogiri, Bisa Hancurkan Sumber Air dan Bentang Karst”, para aktivis lingkungan menyebut kalau proyek ini bakal merusak bentang alam karst Gunung Sewu. Implikasi nyatanya, sumber air bisa rusak karena megaproyek ini.
Sementara dalam liputan kedua Mojok (baca: di sini), masyarakat Pracimantoro mengklaim pabrik semen cuma bakal merusak ketahanan pangan warga. Selama ini, warga bergantung dari alam dengan cara bertani. Proyek tersebut cuma bakal menghancurkan alam yang selama ini menghidupi mereka.
“Tanpa uang pun kami masih bisa makan dari alam, tapi pabrik semen bakal menghancurkannya,” kata Wagirin, petani Desa Watangrejo yang tegas menolak proyek tersebut.

Tak cuma mudharat secara ekologis, dalam aspek sosial pun pendirian pabrik semen di Pracimantoro juga amat merugikan. Sosiolog UGM Nurul Aini menjelaskan bahwa di banyak tempat, konflik agraria sejenis cuma menimbulkan konflik sosial yang berdarah-darah.
Konflik sosial ini yang dapat memicu kerentanan pada tatanan masyarakat yang akhirnya merusak harmoni antarwarga. Belum lagi keterpisahan warga dengan tanah kelahiran yang merupakan identitas dan jati diri mereka.
Kasus serupa juga bisa dijumpai dialam konflik agraria di Temon Kulonprogro, Wadas, hingga Kendeng Rembang.
“Konflik sosial yang bisa berkembang menjadi hal yang lebih serius. Misal, intimidasi, kriminalisasi petani, perpecahan antarwarga, konflik terbuka, bahkan pembunuhan dan sebagainya ini menjadi industri tidak worthy dilanjutkan,” urainya di Mongabay, dikutip Mojok, Rabu (19/3/2025).
“Kalau cuma bikin warga Pracimantoro saling benci, nggak usah ada pabrik semen”
Suradi pun mengatakan, kalau cuma merusak keharmonisan warga, lebih baik proyek pabrik semen di Pracimantoro ini dihentikan. Baginya, percuma desanya dianggap maju tapi warganya saling bermusuhan.
“Percuma ada pabrik, terus di sini jadi maju, tapi warganya saling membenci. Kita nanti mati dikubur sama tetangga, bukan sama orang pabrik,” ungkanya.
Pun, melihat bahwa pabrik semen cuma akan merusak lingkungan, dia semakin yakin kalau proyek ini memang harus batal. Baginya, niat baik tapi menghasilkan hal buruk saja kudu distop, apalagi ini yang jelas-jelas sejak awal sudah berniat buruk dan menghasilkan kehancuran pula.
“Bumi rusak, keharmonisan warga pun rusak. Pracimantoro nggak adem ayem lagi.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: ‘Tanpa Uang pun Kami Masih Bisa Makan dari Alam, tapi Pabrik Semen Bakal Menghancurkannya’ – Suara Warga Pracimantoro Wonogiri Tolak Pendirian Pabrik Semen atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.