Film animasi Merah Putih: One for All menguji iman
Bagi Omar, menonton film animasi Merah Putih: One for All adalah pengalaman spiritual yang menguji iman, mental, dan daya tahan saraf optiknya. Ia mengakui keberanian film tersebut dalam memanjakan mata dan telinga penonton.
Lewat bahasa satire, Omar berujar jika film itu membuat matanya harus bekerja ekstra untuk menyesuaikan visual.
“Retina gue sekarang seperti punya trust issue, tapi telinga gue juga ikut berpetualang lewat kualitas audio yang dinamis. Bayangkan volume naik-turun tanpa peringatan, seperti roller coaster emosional yang dirancang oleh editor audio. Ibarat dia mencoba fitur audio level untuk pertama kalinya,” kata Omar.
Tak sampai di situ. Omar juga juga merasa alur ceritanya terasa begitu bebas. Ia menduga jika penulis cerita dari film Merah Putih: One for All terinspirasi dari seekor kucing yang sedang berjalan di atas keyboard. Tidak berhubungan dan berada di luar nalar manusia.
“Tidak ada keterikatan pada logika atau konsistensi. Persis seperti hidup kan? Absurd adalah bumbunya. Nihil konsistensi adalah hidangannya,” kata Omar.
Kata jelek saja tak cukup untuk menggambarkan
Secara visual, tidak perlu ditanya lagi. Jika dibandingkan Demon Slayer: Infinity Castle, kualitasnya tentu berbeda. Baru kali ini, Omar melihat perpaduan seni digital yang begitu berani.
Ia tak habis pikir, mengapa sutradara film Merah Putih: One for All menggunakan perpaduan antara 3d dan meme brainrot yang biasa ditemui anak warnet? Grafiknya begitu buruk. Namun barangkali, kata Omar, mata manusia memang perlu tantangan baru, alih-alih dimanjakan dengan grafis Demon Slayer: Infinity Castle.
Pada mulanya, Omar memang sudah punya ekspektasi rendah. Tapi setelah menonton film tersebut, ekspektasinya jatuh lebih dalam lagi. Bahkan kata “jelek” tak cukup bisa menggambarkan kualitas film tersebut.
“Gue keluar dengan kesadaran bahwa ‘jelek’ adalah kata yang terlalu sopan. Dan di situlah letak kejeniusan film ini. Dia membuat kita menemukan definisi baru dari kata buruk,” kata Omar.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Film Animasi Merah Putih: One for All bikin Miris Animator Indonesia yang Susah Payah Berkarya Sampai Luar Negeri atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












