Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kuliah S1-S2 di Kampus Terbaik Indonesia Merasa Gagah, Tapi Lulus Jadi Sarjana Payah dan Bernasib Terlunta-lunta

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
25 September 2025
A A
Sarjana lulusan kampus terbaik Indonesia seperti Unair, UGM, bahkan UI: tetap tak lolos CPNS dan susah cari kerja. Sekali dapat langsung job hugging MOJOK.CO

Ilustrasi - Sarjana lulusan kampus terbaik Indonesia seperti Unair, UGM, bahkan UI: tetap tak lolos CPNS dan susah cari kerja. Sekali dapat langsung job hugging. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lulusan kampus terbaik (UI) tetap kalah sama orang dalam

Jika sarjana Unair saja sudah bisa merasa “segagah” itu, apalagi dengan lulusan Universitas Indonesia (UI).

Di semester akhir kuliahnya di UI kala itu, Salma (26) mengaku tidak memiliki kekhawatiran sama sekali: lulus kerja di mana. Pikirannya mirip dengan Dani: HRD mana yang hatinya tak langsung tercuri saat melihat nama “UI”?

Akan tetapi, in this economy, label sarjana UI ternyata tak bergengsi-bergengsi amat. Dunia kerja begitu kompleks. Selain adu almamater dan kompetensi, masih ada kemungkinan berhadapan dengan kekutan uang dan orang dalam. “Realita itu kejam kawan,” begitu seloroh salma.

“Aku ingat, kayaknya di lamaran yang ketiga kalau nggak keempat, aku lolos tahap interview di Jakarta. Ada tiga orang—termasuk aku—yang waktu antre masuk ruang HRD. Tapi tiba-tiba ada satu orang yang nggak perlu antre langsung dipanggil,” ungkap Salma.

Lalu Salma mendengar bisik-bisik bahwa perempuan yang “nyelonong” masuk ruang HRD tadi masih punya hubungan kerabat dengan salah satu staf senior perusahaan. Ya sudah tamat lah Salma dan dua pelamar lain.

“Waktu interview rasanya ya sudah formalitas aja. Aku pun udah yakin nggak bakal lolos,” ujar Salma. Dan memang begitulah akhirnya: tak diterima.

Sarjana UI butuh 3 tahun “terlunta-lunta” untuk kerja layak

Setelah kejadian itu, orientasi Salma pun berubah. Tak mengincar pekerjaan sesuai passion dan potensi gaji. Pokoknya yang penting bisa kerja.

Salma pernah menjadi tenaga pendidik honorer dengan gaji Rp450 ribu perbulan. Profesi itu dia geluti selama satu tahun. Dia lalu pernah menjadi admin di sebuah toko furnitur bergaji Rp2,5 juta (jauh di bawah UMR Jakarta) selama dua tahun.

“Pas aku jadi guru honorer, itu menjadi titik paling putus asaku. Aku bahkan sampai kepikiran, apa nikah aja ya biar aku nggak ngoyo-ngoyo kerja. Kan ditanggung suami,” selorohnya.

Apalagi Salma menanggung beban ekspektasi keluarga dan lingkungan: sarjana UI harusnya punya karier sukses, dong. Masa Cuma berakhir terlunta-lunta seperti itu?

Namun, sejak penghujung 2024 lalu, melalui bantuan sang pacar, Salma akhirnya mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Habiskan S1-S2 di UGM tetap tak lolos CPNS

Nasib seorang lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogja, juga tak lebih beruntung.

Riko (27) memang punya beban ekspektasi dari orangtua agar dia menjadi PNS. Itulah kenapa, oleh orangtuanya yang sudah berstatus PNS, Riko didorong untuk kuliah di UGM.

“Dulu kan masih ada mindset seperti itu: Semakin bagus kampusnya, semakin besar peluang lolos CPNS,” ujar Riko.

Iklan

Lulus S1 dari UGM, Riko sengaja tidak langsung mencari pekerjaan. Tujuan utamanya adalah CPNS. Dia ikut seleksi, tapi gagal lolos.

Orangtua Riko lalu beranggapan bahwa seperti Riko perlu memperbesar peluang lagi. Solusinya: lanjut S2, juga di UGM. Toh orangtua Riko menyanggupi akan membiayai secara penuh. Asalkan Riko fokus kuliah.

Hasilnya, ternyata sama saja. Pada 2024 lalu Riko mengikuti CPNS lagi. Tapi masih belum beruntung lagi. Hingga kini dia masih belum mencari pekerjaan lagi, karena menyiapkan diri untuk daftar CPNS periode berikutnya.

“Aku sih buka bimbingan ya, online dan offline. Buat siswa-siswa SMA persiapan ke perguruan tinggi,” ujar Riko.

Job hugging dan ketidaksiapan menanggung malu (kesekian kali)

Para lulusan kampus terbaik di Indonesia itu pada akhirnya memang menemukan pekerjaan layak. Pekerjaan itu rasa-rasanya tak ingin mereka lepas dalam kondisi apapun—orang-orang sekarang menyebutnya “job hugging”.

“Misalnya aku, di kantorku itu dibilang banyak orang toxic ya banyak. Bikin nggak betah. Tapi nggak mungkin aku nekat karena data BPS menyebut ada 1 juta sekian sarjana yang menjadi pengangguran, saking susahnya mencari kerja in this economy,” beber Dani.

Begitu juga dengan Salma. Dia merasa sudah cukup menanggung malu semasa masih kesulitan mencari kerja. (Masa lulusan kampus terbaik di Indonesia masih susah cari kerja?).

Sehingga, ketika sekarang akhirnya bisa bekerja layak, dia tak akan serta-merta memilih resign kendati hatinya meronta tak betah di kantornya sekarang. Alias memilih job hugging.

Sementara Riko masih bertanya-tanya: situasi serbasulit yang dialami oleh para sarjana ini sebenarnya salah siapa? Apakah salah kampus, si mahasiswa, atau negara saja yang memang tak bisa menyediakan lapangan kerja (Karena 19 juta lapangan kerja nyatanya ilusi belaka)?

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Penyesalan Tak Pernah Magang: Lulus Jadi Fresh Graduate “Kosongan”, Kelabakan Puluhan Kali Ditolak Kerja hingga 2 Tahun Jadi Pengangguran atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 25 September 2025 oleh

Tags: job huggingkampus terbaikkampus terbaik indonesialapangan kerjalulusan kampus terbaiklulusan ugmlulusan uilulusan unairpilihan redaksisarjanasarjana pengangguransarjana ugmsarjana uisarjana unairsusah cari kerjaUGMuiunairuniversitas airlanggaUniversitas Gadjah Madauniversitas indonesia
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO
Kampus

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Percaya sama Zenix? MOJOK.CO

Innova Reborn Menolak Mati, Toyota Belum Siap Kehilangan Mobil Kesayangan yang Nggak Pernah Bikin Malu

12 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025
Dalil Al-Qur'an dan Hadis agar manusia tak merusak alam, jawaban untuk tudingan wahabi lingkungan dari Gus Ulil ke orang-orang yang menjaga alam MOJOK.CO

Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah

12 Desember 2025
Makin ke sini pulang merantau dari perantauan makin tak ada ada waktu buat nongkrong. Karena rumah terasa amat sentimentil MOJOK.CO

Pulang dari Perantauan: Dulu Habiskan Waktu Nongkrong bareng Teman, Kini Menghindar dan Lebih Banyak di Rumah karena Takut Menyesal

12 Desember 2025

Video Terbaru

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.