18 jam sebelum tulisan ini tayang, Patrick Kluivert secara resmi diperkenalkan sebagai pelatih baru Timnas Indonesia menggantikan Shin Tae Yong. Teka-teki soal “pelatih Belanda” yang kerap Ketum PSSI, Erick Thohir, spill pun terjawab.
Patrick Kluivert belum melatih tapi sudah didesak out
Sejak konferensi pers pemecatan Shin Tae Yong, Senin (6/1/2025) lalu, saya intens memantau media sosial, melihat reaksi warganet. Kecewa, patah hati, marah. Itulah yang warganet rasakan.
Mayoritas menganggap, Shin Tae Yong adalah pelatih terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia. Terlepas fakta bahwa Shin Tae Yong 0 gelar, tapi bagaimanapun dia lah sosok yang mampu meningkatkan performa Skuad Garuda hingga naik level seperti sekarang ini.
Lihat postingan ini di Instagram
Tak lama setelah pemecatan, desas-desus mengenai siapa calon penggantinya pun langsung bergulir. Kekecewaan warganet memuncak ketika jurnalis sepakbola internasional, Fabrizio Romano, menyebut Patrick Kluivert deal menjadi pelatih baru kepala Timnas Indonesia.
Bagi warganet, pergantian itu adalah blunder besar karena kualitas pelatih penggantinya downgrade.
Di masanya menjadi pemain era 90-an, Ptarik Kluivert memang merupakan salah satu penyerang hebat. Dia pernah bermain untuk klub-klub besar seperti Ajax Amsterdam, AC Milan, hingga Barcelona. Dia juga merupakan striker andalan bagi Timnas Belanda.
Namun, karier kepelatihannya terbilang menyedihkan (rekam jejaknya bertebaran di internet). Belum lagi borok masa lalunya: terlibat perjudian hingga dugaan kekerasan seksual.
“Kenapa orang semacam ini yang bakal menjadi pelatih Timnas Indonesia?” Kira-kira begitu garis besar pertanyaan warganet. Mereka ramai-ramai menyerukan Patrick Kluivert out, bahkan sebelum dia melatih.
Kalau Gue Jadi Patrick Kluivert
Tak hanya warganet, banyak pandit atau pengamat bola ikut merespons keputusan Ketum PSSI Erick Thohir menunjuk Patrik Kluivert menjadi pelatih baru Timnas Indonesia, dengan analisis-analisis yang mendalam.
Tapi ada opini menarik dengan sudut pandang di luar keumuman dari komika senior, Pandji Pragiwaksono.
Di tengah beredarnya isu borok-borok masa lalu Patrick Kluivert, dia memilih tidak berkomentar. Dia justru berandai-andai, seandainya Pandji adalah Patrick Kluivert, dia akan memilih tidak bekerja dengan Ketum PSSI Erick Thohir.
“Kalau gue diundang wawancara kerja tanggal 25 Desember, di benak gue, ini orang nggak punya value. Masa hari penting untuk agama gue, ya kan lu (Erick Thohir selaku pewawancara) Muslim. (Tapi) ini kan agama gue,” ujar Pandji dalam siaran langsung di kanal YouTube pribadinya, Pandji Pragiwaksono.
“Natal itu penting. Di New York, di Eropa, Natal itu besar nilainya. Bukan cuma hari besar keagamaan, tapi ini adalah acara penting untuk keluarga,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Erick Thohir menceritakan sendiri bahwa dia sengaja melakukan wawancara dengan tiga kandidat pelatih persis di hari Natal. Erick Thohir menyebut, itu bukan soal dia tidak menghormati perayaan agama lain. Tapi untuk mengetes komitmen kandidat pelatih Timnas Indonesia.
Dan seperti Ketum PSSI itu ceritakan juga, Patrick Kluivert jadi satu-satunya kandidat yang datang untuk wawancara.
Efek domino bagi Timnas Indonesia
Erick Thohir meungkin bisa bilang hanya ingin mengetes komitmen. Tapi alasan apapun itu, jika melanggar hak orang lain, itu akan berdampak tidak baik.
“Kayak lebaran. (Kalau) lu di-interview kerja (pas) lebaran, lu juga mikir, ‘Gue kayaknya nggak mau kerja deh sama nih orang. Ini orang nggak tahu batas mana yang personal dan mana yang profesional’,” lanjut Pandji.
Panggilan interview di hari besar membuat Pandji, seandainya menjadi Patrick Kluivert, harusnya merasa ngeri. Karena misalnya, kelak ada situasi genting (misalnya anggota keluarga meninggal), bisa jadi Patrick tetap diminta melatih. Karena kalau dia pulang, bisa saja dianggap sudah tidak memiliki komitmen.
Persoalan interview di hari Natal itu, bagi Pandji, tidak sepele. Sebab, bisa memberikan efek domino yang buruk bagi Timnas Indonesia.
“Siapa pun yang datang ketika diundang interview kerja di tanggal 25 Desember, menurut gue, nggak punya nilai-nilai kekeluargaan. Dan gue nggak mau punya manajer Timnas yang nggak punya nilai-nilai kekeluargaan,” ucap Pandji.
“Nanti ketika Patrick Kluivert ngelatih, pemain-pemain kita pengin berlebaran, dia bilang, ‘Enggak ada lebaran, latihan. Gue aja pas tanggal 25 interview kerja, ngapain lu? Lu mau masuk Piala Dunia nggak? Mau salat Magrib? Nanti dulu!’ Entar dia (bisa) gitu. Orang dianya nggak punya nilai-nilai tersebut,” tandasnya.
“Namanya juga lagi butuh duit. Kapan aja dateng (interview) lah,” sementara begitulah kecurigaan warganet.
Borok-borok masa lalu Patrick Kluivert membuat warganet menilai Patrick Kluivert rela datang interview di hari Natal ya semata karena butuh uang, karena lagi nganggur. Bukan atas dasar komitmen melatih Timnas Indonesia.
Semakin ditekan malah nanti tidak maksimal
Di tengah-tengah riuh penolakan pada Patrick Kluivert, pandit senasional, Justinus Lhaksana (Coach Justin) mengajak publik tetap mendukung Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Coach Justin mengaku kaget dan bertanya-tenya, kenapa harus Kluivert? Tapi baginya, tidak ada untungnya menyerang Kluivert maupun PSSI.
“Yang penting kita dukung Erick Thohir dan PSSI serta Patrick Kluivert. Kita sambut dia (Kluivert) layaknya orang Asia yang terkenal ramah, dan kita ucapkan terimakasih kepada STY,” kata Coach Justin di konten Jus Indo di kanal YouTube Justinus Lhaksana.
Target Timnas Indonesia saat ini adalah lolos Piala Dunia 2026. Itu tugas berat bagi pelatih baru. Maka, jika belum juga mulai melatih tapi terus-menerus diserang, bagi Coach Justin itu justru akan mengganggu mental Patrick Kluivert yang kemudian berimbas pada performa Skuad Garuda.
“Yang rugi siapa? Timnas kan,” ujar Coach Justin.
Coach Justin pun berharap, kehadiran Kluivert nantinya akan mempermudah komunikasi antara pelatih dan pemain. Mengingat, kini tubuh Skuad Merah Putih diisi oleh banyak pemain keturunan Belanda.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: One Stop Football, Acara Bola Legend Andalan Milenial Sebelum Demam JustTalk Melanda atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan