Jadi Joki Prakerja, Gen Z Broken Home Jakarta Bisa Lulus UGM Tanpa Kiriman Duit Orang Tua

Ilustrasi Cerita Mahasiswa UGM Jadi Joki Prakerja Demi Biaya Kuliah, Hasil Sebulan Dua Kali UMR Jogja (Mojok)

Menjadi broken home memang menyebalkan. Salah seorang yang merasakannya adalah Andi* (24), Gen Z asal Jakarta yang harus menanggung beban hidup di Jogja setelah dicampakkan kedua orang tuanya. Namun, ia berhasil survive dan lulus dari UGM berkat menjadi “joki Prakerja”.

Perkenalan saya dengan Andi sebenarnya cukup unik. Semua berawal dari kawan saya, Novan* (24), buruh Jogja asal Wonogiri yang “pamer” saldo Gopay kepada saya.

Karyawan kedai makan di salah satu mal kenamaan Jogja ini mengaku, dia mendapat duit Rp300 ribu per bulan dengan modal ongkang-ongkang saja. Setelah saya tanya, ternyata dia mendapatkan uang tersebut dari program Kartu Prakerja.

Kata Novan, salah satu teman kos barunya, yang tak lain adalah Andi, menawarinya jasa joki Prakerja pada awal 2023 lalu. Awalnya ia ragu karena takut KTP-nya bakal dipakai aneh-aneh, buat pinjol misalnya.

Namun, Andi berhasil meyakinkannya. Mahasiswa UGM itu menjamin 100 persen kelolosan. Novan pun juga tak perlu repot-repot mengikuti setiap pelatihan. Artinya, tiap bulan ia bakal mendapat duit insentif dari Prakerja tanpa kudu susah payah.

Mereka pun bersepakat. Tiap bulan, uang insentif sebesar Rp600 mereka bagi dua, masing-masing Rp300 ribu. Fyi, insentif ini cair sebanyak empat kali, sehingga modal duduk saja Novan bakal dapat Rp1,2 juta dari Prakerja. Sementara biaya lain seperti dana pelatihan dan insentif survei, Novan berikan ke Andi sebagai “uang rokok”.

Andi, Gen Z broken home yang dicampakkan orang tuanya

Mendengar cerita Novan, saya tertarik untuk menemui Andi, sang joki Prakerja. Kawan saya itu pun dengan senang hati memperkenalkan saya dengan Andi. Pertemuan saya dengan Andi pun pertama kali terjadi pada November 2023 lalu, dan sejak saat itu kami menjadi akrab.

Tak butuh waktu lama bagi saya dan Andi untuk bisa matching. Kebetulan sekali kami kuliah di jurusan yang sama–meski kampusnya berbeda–yakni Ilmu Sejarah. Maka, tiap kali mengobrol atau berdebat soal topik sejarah, waktu berjam-jam bisa kami habiskan.

Namun, di balik pribadi menyenangkan Andi, ternyata ia berasal dari keluarga yang tidak utuh alias broken home. Atas alasan yang tak ingin ia ceritakan, kedua orang tuanya itu bercerai sejak 2019 lalu–saat ia menjadi mahasiswa baru di UGM.

Perasaan bahagia masuk kampus ternama seketika sirna. Andi bingung bagaimana dia bisa menghidupi dirinya di perantauan. Sebab, setelah bercerai, kedua orang tuanya sibuk urusan masing-masing. Ayahnya fokus di keluarga barunya, dan sang Ibu terang-terangan bilang tak sanggup lagi membiayai kuliahnya.

“Ibu aku itu buruh biasa dan masih punya tanggungan adik-adikku yang baru masuk SMP dan SMA,” kata Andi, Minggu (24/12/2023). “Akhirnya aku seperti dicampakkan aja. Hidup di perantauan tanpa sepeser pun duit dari mereka.”

Andi pernah jualan Netflix ilegal sebelum jadi joki Prakerja

Awalnya Andi sempat berpikir untuk mundur saja dari UGM dan lanjut bekerja. Namun, ada banyak pertimbangan yang bikin dia pada akhirnya berani untuk lanjut.

“Sayang aja kalau cita-citaku sejak lama [masuk UGM] harus kupatahin, bahkan saat baru benar-benar mulai,” ujar lelaki kelahiran 1999 alias Gen Z ini.

Pada bulan-bulan awal kuliah, Andi cukup terbantu oleh om dan tantenya yang masih sering mengirimkan uang jajan dan kos. Sayangnya, ia tak bisa terus-terusan menadah belas kasih. Apalagi ketika Covid-19 mulai mewabah sejak awal 2020-an, ekonomi omnya juga terdampak.

Di tengah ketidakpastian itu, salah satu teman satu angkatannya menawari kerja sebagai reseller Netflix.

“Secara teknis enggak cuma Netflix, sih. Layanan streaming film lain juga kami jualin,” kata Andi. “Dan kalau kamu bilang ilegal sebenarnya enggak juga, karena secara teknis kami membelinya secara legal,” jawabnya ketika saya tanya soal legalitasnya.

Oleh temannya tadi, Andi mengaku diajari dari nol bagaimana cara mendaftar Netflix berkali-kali dan mendapatkan paket yang murah. “Semua ada triknya kok. Tapi emang harus modal duit juga,” katanya.

Selama berjualan Netflix dan sejenisnya itu, Andi mengaku panen rupiah. Uang jajannya aman. Tagihan kos bulanan pun tak jadi masalah baginya.

“Waktu pandemi ‘kan orang banyak banget yang nyari-nyari Netflix. Waktu itu kalau aku total, dalam sebulan mungkin bisa dapat hampir Rp2 jutaan.”

Mulai menjajaki “bisnis” joki Prakerja gara-gara keluhan tetangga kosnya

Beberapa bulan sukses dengan jualan Netflix, Andi mulai berpikir untuk melebarkan sayap. Semua bermula dari tetangga kosnya yang mengeluh karena gagal lolos Prakerja.

Sebenarnya Andi tak tahu menahu Prakerja itu program apa. Ia iseng riset karena ingin membantu tetangga kosnya itu saja. Pada pembukaan gelombang Prakerja berikutnya pun Andi membantu tetangganya tadi mendaftar, dan ternyata lolos.

Sebagai bentuk ucapan terima kasih, tetangganya itu memberinya setengah dari uang hasil insentif Prakerja. “Syaratnya saya kudu terus membantunya di tahap-tahap selanjutnya,” kata Andi.

Cerita keberhasilannya meloloskan orang lain ke program Kartu Prakerja pun langsung beredar dari mulut ke mulut. Sejak saat itu, tetangga yang lain–mayoritas adalah buruh yang dirumahkan–berbondong datang meminta bantuannya.

“Awalnya hanya tetangga saja, empat orang. Lama-lama banyak banget yang minta bantuan. Waktu itu dalam sebulan ada 10 lebih orang aku jokiin.”

Baca halaman selanjutnya…

Penghasilan menjoki bisa membiayai kuliah Andi hingga lulus

Modal tekun dan sabar, Andi sukses meloloskan banyak orang

Saking banyaknya orang yang datang, Andi pun merasa kerepotan. Alhasil, ia harus pintar-pintar menyiasatinya agar orang-orang yang datang mendapatkan apa yang mereka mau.

Ia sampai harus mencatat dengan rapi data-data para “kliennya” dan bikin checklist jadwal agenda dari masing-masing peserta jika telah lolos Prakerja. Bahkan, Andi juga bikin surat perjanjian dengan meterai.

“Biar formal aja. Takutnya setelah aku bantu dan sepakat ada di antara mereka yang mempermasalahkan.”

Andi mengaku, dari semua klien yang dia bantu, hampir semuanya lolos. Sebab menurutnya, buat lolos Prakerja itu sebenarnya mudah. Syaratnya cuma harus teliti dan jeli, serta tekun dan sabar saat ketika menjalani rangkaian tahapannya.

“Sebenarnya tahapan-tahapannya pun gampang. Tes-tesnya seperti mata pelajaran SMP, dan kalau pelatihan pun kita cuma harus nyimak di Zoom. Intinya harus tekun dan sabar aja sih biar uangnya bisa cair,” jelas Andi.

“Total ada 12 orang yang aku jokiin, semua lolos.”

Gen Z Broken Home asal Jakarta Sukses Jadi ‘Joki Prakerja’, Lulus UGM Tanpa Bantuan Duit Orang Tua.mojok.co
Ilustrasi penghasilan joki Prakerja bisa membiayai kuliah Andi sampai lulus di UGM (Mojok)

Penghasilan menjoki bisa membiayai kuliahnya di UGM sampai lulus

Andi memang tak memberi rincian berapa uang yang bisa ia hasilkan dari hasil joki Prakerja. Namun, kalau saya coba hitung, rata-rata ia bisa mengantongi sedikitnya Rp3,6 juta per bulan. Itu dari hasil itung-itungan bagi hasil Rp300 ribu per bulan untuk tiap satu klien. 

Saya pun bertanya pada Andi, apa yang sudah ia bisa capai dari hasil menjoki Prakerja itu. Kata dia, kebutuhan dasar seperti makan, kebutuhan sehari-hari, hingga bayar kos sudah bukan masalah lagi. 

Bahkan, laptop yang ia bawa ketika kami bertemu juga merupakan hasil jerih payahnya mengakali program pemerintah. “Udah seperti buruh UMR Jakarta, ‘kan?,” gurau Andi.

Lebih penting lagi, ia tak pernah telat membayar tagihan uang kuliah tunggal (UKT) Rp2,2 juta per semester. Lebih dari dua tahun menjadi joki Prakerja, nyatanya profesi inilah yang bisa menyelamatkan hidupnya di perantauan sekaligus membawanya lulus dari UGM.

“Soal duit ini haram atau halal ayo berdebat. Toh, jadi joki juga tetep ada usahanya kan? Paling enggak Prakerja itu lebih berguna dari orang tuaku,” kata dia dengan gelak tawa.

Pada November 2023 lalu, Andi telah menjalani wisuda di UGM. Ia juga sudah tidak lagi menjadi joki Prakerja. Awal 2024 lalu Andi sempat menghubungi saya. Katanya, ia akan balik ke Jakarta dan cari kerja di sana.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Klaim Abal-abal Program Kartu Prakerja ala Menteri Airlangga

Ikuti berita terbaru dari Mojok di Google News

Exit mobile version