Momen Terima Gaji Pertama bikin Nangis dan Nyesek di Antara Perasaan Lega

Gaji pertama membuat beberapa orang menangis MOJOK.CO

Ilustrasi - Gaji pertama membuat beberapa orang menangis. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Momen menerima gaji pertama saat pertama kali bekerja membuat air mata beberapa orang mengalir deras. Dari kecewa, lega, dan rasa bangga sebagai seorang anak dari angka-angka rupiah yang masuk di rekening.

***

Lulus kuliah di tengah pandemi Covid-19 pada 2021 membenturkan saya pada situasi sulit. Saya sempat betul-betul kesulitan mencari pekerjaan. Puluhan lamaran kerja yang saya lempar tak satu pun memberi sinyal baik.

Saya lalu bekerja—secara profesional—di sebuah media pers yang berkantor di Pati, Jawa Tengah dengan tawaran gaji Rp1,2 juta. Saat itu, lumayan saja buat sementara, sambil menunggu situasi membaik dan menemukan pekerjaan lain.

Singkat cerita, gaji saya akan ditransfer setiap dua minggu sekali. Momen ketika pertama kali ada uang masuk ke rekening saya, tak pelak saya menangis. Karena baru saya sadar kemudian, gaji itu hanya cukup untuk ongkos bensin, internet, dan keperluan pribadi. Tidak cukup untuk lain-lain.

Saya merasa gagal sebagai anak pertama laki-laki. Karena tidak mampu membantu menjadi tulang punggung menggantikan posisi bapak. (Ya sebelum akhirnya saya bertemu dengan orang-orang baik, yang membawa saya ke pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik).

Gaji pertama mengikis rasa malu jadi sarjana nganggur

Menerima gaji pertama juga terasa sangat sentimentil bagi Amdan (26). Sama seperti saya, Amdan tak langsung mendapat pekerjaan ketika lulus kuliah. Butuh waktu hampir setahun menganggur. Tentu saja gara-gara pandemi Covid-19.

Pemuda asal Gresik, Jawa Timur, itu sempat merasa amat malu. Sebab, bisik-bisik nyinyir dari tetangganya sudah harus sering ia dengar. Mengolok-olok Amdan yang masih pengangguran selepas menghabiskan biaya besar untuk empat tahun kuliah.

Namun, pada 2022 awal, ia akhirnya keterima bekerja di sebuah unit koperasi di Surabaya, Jawa Timur. Gajinya tak sampai UMR. Hanya Rp2,5 juta. Akan tetapi ia sudah cukup membuatnya lega.

“Waktu ada notif masuk di email, bukti gajian, saya langsung cek mutasi di m-Banking. Saya tiba-tiba saja nangis. Rasanya kayak terharu saja, akhirnya bisa menghasilkan uang sendiri, nggak merepotkan orang tua lagi,” kata Amdan, Kamis (13/11/2025).

Selama kuliah Amdan memang full mengandalkan uang dari orang tua. Begitu juga ketika menganggur. Meski harus menahah malu, tapi saat itu ia hanya bisa meminta. Alhasil, meski gaji di bawah UMR, tapi gaji pertama itu memberi rasa lega dan haru bagi Amdan.

Gaji pertama untuk ibu dan adik usai bapak pergi

Sementara Ulfa (25) mengalami situasi yang lebih buruk. Bapaknya meninggal menjelang ia wisuda pada 2022.

Saat itu, situasinya serba membingungkan bagi Ulfa. Selama ini keuangan keluarga Ulfa ditanggung penuh oleh sang bapak. Alhasil, ketika sang bapak meninggal, ia dan ibunya sempat merasa kelabakan.

Ibunya selama ini hanya ibu rumah tangga biasa. Sementara sang adik masih harus melanjutkan sekolah. Maka, Ulfa sebagai anak pertama mau tidak mau, siap atau tidak, harus mengambil peran sang bapak, kendati ia adalah perempuan.

“Untungnya, nggak butuh waktu lama dapat kerja di Sidoarjo. Pas terima gaji pertama, langsung aku bagi-bagi. Ke ibu berapa, ke aku berapa. Itu aku nangis. Susah dijelaskan tapi kayak nyesek saja rasanya,” ujar Ulfa.

Tak ada bagian untuk diri sendiri dan tangis ibu

Sampai saat ini pun Ulfa ternyata masih suka menangis. Sebab, sejak 2023 itu, sejak sang bapak meninggal, Ulfa nyaris tak bisa hidup untuk dirinya sendiri.

Jika teman-teman perempuannya menggunakan gaji untuk mempercantik diri, senang-senang, atau membeli barang-barang kesukaan, tidak demikian dengan Ulfa.

Dalam pembagian gajinya, Ulfa harus mengambil bagian paling sedikit. Selebihnya ia berikan pada ibu dan sang adik. Jika ada motivator muda ngomong: Bijak lah membagi uang, harus investasi, itu semua persetan bagi Ulfa. Buat sekadar makan saja megap-megap, lah kok buat investasi atau sekadar menabung.

“Itu membuatku jadi sering nangis karena teringat bapak. Seandainya bapak masih ada, mungkin aku nggak harus mati-matian kerja seperti ini sampai lupa diri sendiri,” ucap Ulfa.

Itu juga membuat sang ibu kerap menangisi Ulfa. Sang ibu merasa tak tega dan merasa bersalah karena Ulfa harus mengambil tanggung jawab “mencari nafkah”.

Tak jarang sang ibu meminta maaf pada Ulfa. Itu juga membuat Ulfa jadi nyesek karena seperti menjadi dua perempuan sial selepas ditinggal pergi bapak. Alhasil, keduanya pun sama-sama menangis dengan memeluk satu sama lain.

Menebus yang tak terbeli di masa lalu

Gandika (24), pemuda asal Rembang, Jawa Tengah, juga mengaku berkaca-kaca kala menerima gaji pertama.

Gandika memang tidak seberuntung teman-temannya yang lulus SMK bisa langsung kuliah di kampus impian. Sementara Gandika, karena kondisi ekonomi, harus memutuskan bekerja. Kota pertama yang ia tuju untuk bekerja adalah Cikarang, Jawa Barat. Bekerja di sebuah pabrik.

Gaji pertama yang ia terima bukan dalam bentuk transferan. Melainkan dalam sebuah amplop. Kala membuka amplop berisi lembar-lembar uang berwarna merah itu, mata Gandika berkaca-kaca.

“Rasanya seperti, oh begini ya rasanya mendapat hasil dari jerih payah sendiri,” ucap Gandika.

Gaji pertama itu pun ia gunakan untuk menebus hal-hal yang tak sempat ia beli di masa lalu. Juga hal-hal yang tak pernah orang tua dan adiknya rasakan di masa lalu.

“Misalnya, aku dulu nggak bisa leluasa jajan di Indomaret, adikku juga waktu aku belum kerja. Sekarang, sejak kerja dan punya gaji sendiri, aku bisa leluasa ajak adik ke Indomaret. Sesederhana itu,” kata Gandika.Penulis:

Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Exit mobile version