Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Dilema Aplikasi FotoYu, Penghasil Cuan Anti Ribet yang Persaingannya Bikin Waswas

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
18 Februari 2025
A A
Aplikasi FotoYu, sumber cuan fotografer--termsuk di Jogja--yang terancam bernasib sama dengan ojol MOJOK.CO

Ilustrasi - Aplikasi FotoYu, sumber cuan fotografer--termsuk di Jogja--yang terancam bernasib sama dengan ojol. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beriringan dengan olahraga lari yang menjadi tren di mana-mana—termasuk di Jogja—marak fotografer jalanan yang seolah berlomba-lomba untuk memotret para pelari. Para fotografer itu melihat peluang cuan di sebuah aplikasi bernama FotoYu.

***

Sebelum era FotoYu, aplikasi yang mengundang cuan bagi fotografer adalah Shutterstock. Bimo Pradityo (44) mengamininya.

Bimo adalah salah satu senior street photography asal Jogja. Dia sebenarnya berprofesi sebagai arsitek. Hanya saja, sudah sejak kecil dia tertular hobi fotografi—terutama di jalanan—oleh sang bapak.

Meski lama berkecimpung di fotografi jalanan, Bimo mengaku tidak begitu intens mengikuti tren fotografer yang memotret pelari. Kendati di Jogja ada banyak titik yang menjadi spot pelari. Hanya sesekali saja dia, bersama sang istri, coba-coba menjajalnya.

“Itu sebagai bagian dari proses fotografi saya. Jadi saya ikuti trennya, tapi nggak intens,” ungkapnya saat saya temui di bilangan Jl. HOS Cokroaminoto, Tegalrejo, Kota Jogja, Jumat (14/2/2025) pagi WIB.

“Kalau saya sebelumnya ambil foto kalau nggak buat koleksi sendiri ya diikutkan kompetisi. Sekarang coba-coba saja ikut jual (di FotoYu). Buat cari “duit lanang”,” terang pria ramah yang kini tercatat sebagai brand ambassador Fuji Film tersebut.

Duit lanang adalah istilah Bimo dan teman-temannya fotografer di Jogja untuk menyebut uang khusus suami yang digunakan untuk (misalnya): beli rokok, kopi, dan yang terpenting adalah untuk menyalurkan hobi, dalam hal ini membeli alat-alat penunjang fotografi.

FotoYu jadi oase bagi fotografer

Kendati begitu, Bimo melihat—setidaknya di Jogja—ada sejumlah fotografer pelari yang memang benar-benar “mencari hidup” dari FotoYu.

FotoYu sendiri, kata Bimo, pertama kali mengudara pada 2022. Di tengah-tengah masa pandemi.

Kala itu, aplikasi tersebut menjadi semacam oase bagi para fotografer yang, ketika pandemi memuncak pada 2020-2021, kondisi ekonominya lumpuh.

Apalagi pada 2022 itu mulai tren olahraga seperti bersepeda hingga lari. Foto-foto hasil menjepret orang-orang yang tengah berolahraga tersebut ternyata menghasilkan cuan lumayan saat dijual di FotoYu.

“Kalau dalam konteks Jogja, tren bersepeda kan mulai surut. Sekarang yang tren olahraga lari. Jadi itu yang diburu fotografer,” terang Bimo.

FotoYu awalnya tawarkan cuan menjanjikan

Di awal kemunculannya, FotoYu jelas memberi tawaran cuan yang menjanjikan bagi fotografer.

Iklan

Bagaimana tidak. Waktu itu penggunanya belum banyak. Artinya, persaingan antarfotografer masih rendah. Sehingga, angka yang masuk dari jualan foto di aplikasi tersebut pun bisa besar.

“Fotografer di GBK, yang saya dengar dari teman-teman, sebulan bisa generate Rp15-Rp20 juta,” ungkap Bimo.

Tak pelak jika akhirnya banyak fotografer yang melihatnya sebagai peluang ekonomi, lalu memutuskan untuk menjadi fotografer full time untuk FotoYu. Tidak seperti Bimo yang memang hanya sekadar untuk menyalurkan hobi. Bisa mendapat duit lanang hanya bonus.

Bisa kasih harga sendiri

Perkara lain yang membuat banyak fotografer “mengerubungi” FotoYu adalah karena kemudahannya. Bimo menjelaskan, kira-kira begini langkah untuk menjual foto di aplikasi tersebut:

  1. Unduh aplikasi
  2. Registrasi dengan KTP dan beberapa kali selfie
  3. Bisa langsung jualan (unggah foto hasil jepretan)

“Kalau langsung jualan itu cuma bisa menentukan harga foto di angka Rp9 ribu. Maka, harus mengajukan verified dulu. Kalau sudah, nanti bisa menentukan harga tinggi,” terang Bimo.

Itu lah enaknya FotoYu. Fotografer bisa menentukan harga sendiri. Mulai dari Rp9 ribu hingga jutaan rupiah.

Cara jualan di aplikasi itu adalah: fotografer tinggal mengunggah beberapa file foto pelari atau subjek lain yang penting subjek hidup (manusia). Di sini juga letak bedanya dengan Shutterstock.

FotoYu hanya menerima foto-foto subjek hidup. Sebab, FotoYu dengan bantuan AI bernama RoboYu akan mengidentifikasi wajah dari subjek foto yang diunggah. Sementara di Shutterstock, apa pun subjek foto bisa diunggah.

“Jadi saat foto diunggah, foto tersebut hanya akan bisa diakses oleh fotografer dan orang yang wajahnya teridentifikasi sebagai wajah orang di foto. Cara jualannya memang person to person,” terang fotografer asal Jogja itu.

Fotografer pemula bisa kalahkan profesional

Kata Bimo, ada bagian anomali dari FotoYu. Di aplikasi ini, kualitas foto, mahalnya lensa, ternyata tidak berpengaruh bagi laku atau tidaknya sebuah foto.

“Contoh istri saya yang pemula. Dia sehari bisa jualan 23 foto. Harga per fotonya Rp35 ribu. Kalau saya cuma laku 12-an. Padahal itu dengan lensa yang mirip-mirip,” kata Bimo.

“Bahkan foto istri saya itu kepotong-potong. Ada yang (gambar) tangannya kepotong. Tapi laku,” sambungnya.

Bahkan, seturut temuan Bimo, ada fotografer yang ketika memotret membawa dua kamera kualitas terbaik. Lensanya saja ada di harga Rp30 jutaan. Memotret di area yang sama dengan fotografer pemula. Tapi lakunya tidak seberapa.

Gesekan dan harga yang mulai drop

Begitu lah hingga akhirnya kini FotoYu diserbu banyak fotografer. Persaingannya makin ketat. Yang terjadi, aplikasi itu kini, setidaknya di mata Bimo, sudah tak semenjajikan dulu.

“Sekarang harganya drop. Banyak fotografer motret pokoknya yang penting laku. Jual Rp9 ribu aja ada,” ucap Bimo.

Belum lagi dua gesekan mulai terjadi. Baik antara sesama fotografer, maupun antara fotografer dengan subjek yang difoto (pelari).

“Misalnya, di sebuah titik CFD, para fotografer bikin kesepakatan harga. Maka itu harga jual yang harus dipasang. Kalau ada yang membanting harga, bisa menimbulkan gesekan antarfotografer,” beber Bimo

Belum lagi belakangan, mulai terjadi gesekan: ketika fotografer bersikap arogan. Memaksa memotret orang yang jelas-jelas menolak difoto. (Bimo memaparkan panjang lebar perihal batas-batas etiknya di liputan ini).

“Ini mirip fenomena ojek online. Dulu pemainnya belum banyak. Jadi sebulan bisa dapat Rp15-Rp30 juta. Sekarang nggak bisa. Pemainnya semakin banyak. Persainganya semakin ketat. Apalagi di Jogja harga julanya nggak terlalu bagus,” tandas Bimo.

***

Untuk mengetahui lebih banyak soal FotoYu, saya mengirim pesan pendek kepada Suvi, owner Fotoyu pada Kamis (13/2/2025). Hingga tulisan ini tayang, pesan tersebut tidak kunjung dibalas.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Resign Kerja Kantoran di Jakarta, Milenial Ini Putuskan Side Hustle di Klaten yang Hasilkan Ratusan Juta per Bulan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2025 oleh

Tags: aplikasi fotoyufotografer jogjafotoyuJogjajual foto di fotoyupilihan redaksi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.