Lazimnya, perjalanan Jogja-Jakarta via kereta api bisa ditempuh selama 7-8 jam. Tarifnya cukup mahal, yakni Rp300 ribuan.
Namun, teman saya membagikan tips naik kereta dari Jogja ke Jakarta dengan murah, yakni cukup Rp82 ribu saja–yang baru-baru ini berhasil dia terapkan. Memang, waktu tempuhnya lebih lama. Tapi kenangan di perjalanan juga jauh lebih berkesan.
***
Pada Jumat (26/7/2024) kemarin, Ades (24) mendapatkan panggilan interview oleh sebuah kantor yang beralamat di Jakarta. Sial baginya: sudah jadwalnya mepet–digelar hari Senin, wawancara pun digelar secara offline.
Ades pun diterpa kebimbangan. Di satu sisi, dia lagi tak pegang duit. Maklum, sejak lulus kuliah Maret 2024 lalu, ia masih menganggur.
Namun di sisi lain, Ades kudu menerima panggilan tersebut. Meski kemungkinan diterima masih fifty-fifty, toh, kapan lagi ia punya kesempatan kerja di Jakarta. Kalau memang rezekinya diterima, gaji besar seperti yang ia harapkan sudah di depan mata.
“Kapan lagi kan bisa minggat dari Jogja. Mau makan apa, Bro, kalau menggantungkan hidup di sini,” kelakarnya saat Mojok wawancarai pada Rabu (31/7/2024).
Cuma punya uang 250 ribu, tapi nekat kudu bisa bolak-balik Jogja-Jakarta
Hari-hari menjelang wawancara tiba Ades hadapi dengan penuh overthinking. Persoalannya satu: duit yang dia punya tinggal Rp250 ribu. Buat sekali berangkat pun masih kurang.
“Paling nggak buat berangkat ke Jakarta butuh duit 300 ribu buat tiket kereta. Lah, uangku aja kurang,” ungkapnya.
Ada beberapa kereta api yang mengakomodasi perjalanan Jogja ke Jakarta. Antara lain Senja Utama, Jayakarta, serta Gaya Baru Malam Selatan. Tarif termurahnya Rp290 ribu, sementara paling mahal bisa Rp300, Rp400, bahkan Rp500 ribu tergantung kelasnya.
“Mau naik bus sama aja, 200 ribu kurang dikit. Itupun perutku diobok-obok sepanjang jalan, jadi kebayang kan mau interview aku malah mabok,” jelasnya sambil tertawa.
“Makanya, kalau mau naik bus memang kudu nambah biaya buat penginapan, biar ada waktu istirahat. Malah nambah mahal nggak sih?”.
Di kepalanya, Rp800 ribu adalah nominal paling ideal buat dia pegang. Namun, menurutnya ini bagai sebuah perjudian: kalau nggak diterima kerja, uangnya hilang dengan sia-sia. Makanya, bersama adiknya, ia menyusun siasat buat pergi ke Jakarta seirit mungkin.
“Sampai ide-ide konyol pun keluar. Nebeng truk lah, biar kayak bonek dan anak-anak punk,” tawanya.
Nemu ide brilian, pulang pergi naik kereta api cuma 172 ribu
Setelah mengamati dan menganalisis semua kemungkinan, ternyata Ades dan adiknya menemukan fakta bahwa masih mungkin kok Jogja-Jakarta nggak sampai Rp100 ribu. Namun, memang harus ada yang dikorbankan, yakni waktu perjalanan yang lebih lama.
“Tapi nggak apa-apa lah, waktu masih SMA udah biasa juga awayday naik kereta, nge-punk di stasiun,” ujar Ades.
Caranya, yang juga atas saran dari teman-temannya, Ades kudu gonta-ganti kereta sampai tiba di Jakarta. Artinya, nggak langsung Jogja-Jakarta ia tempuh via satu kereta api saja.
Rute pertama yang dia ambil adalah Jogja-Purworejo. Ades berangkat pada Minggu (28/7/2024) pagi dan memilih menggunakan KA Prameks jurusan Stasiun Kutoarjo, Purworejo, yang harganya cuma Rp8 ribu.
Fyi, ada sekitar lima keberangkatan KA Prameks dari Jogja ke Kutoarjo. Paling awal sekitar pukul 6 pagi dan paling akhir pukul setengah 6 sore. Butuh waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan.
“Aku jam 6.37 berangkat. Sampai Purworejo jam setengah 8-nan lah, nunggu ‘tumpangan’ aku yang berikutnya di sana.”
24 jam perjalanan dari Purworejo, Bandung, hingga sampai Jakarta
Dari Purworejo, perjalanan Ades berlanjut ke Bandung. Sekitar pukul setengah 10 pagi, ia melanjutkan “ekspedisi” via kereta api Kutojaya Selatan menuju Stasiun Kiaracondong, Bandung.
“Cuma 62 ribu. Sampai di Bandung sekitar pukul 5 sore. Nah, itu aku tidur karena semalem memang kurang istirahat karena overthinking sama rencana ini,” ungkapnya.
Sesampainya di Bandung…
Baca halaman selanjutnya…
Estafet kereta, serasa jadi anak punk.
Sesampainya di Bandung, perjalanan Ades kembali berlanjut. Setelah mengisi perut dan menghabiskan waktu dengan berkeliling area sekitar, ia melanjutkan perjalanan ke Purwakarta via KA Commuter Line Bandung Raya. Jadwal pukul 20.43 WIB ia ambil. Cukup mengeluarkan budget Rp7 ribu Ades sampai di Purwakarta empat jam berselang.
“Sekitar setengah 1 pagi aku sampai Purwakarta. Itu aku lega banget, karena semua berjalan lancar. Tinggal seperempat perjalanan lagi.”
Untuk menunggu kereta api berikutnya yang berangkat subuh, Ades memutuskan tidur sejenak di stasiun. Setelah cukup mengisi energi, barulah ia memutuskan mandi dan bersiap.
Pukul 5 pagi, KA Commuter Line Walahar yang akan membawanya ke Cikarang sampai. Cukup mengeluarkan uang Rp4 ribu saja, Ades bakal melalui satu setengah jam sebelum sampai pada tujuannya.
Akhirnya, kota terakhir sebelum sampai di Jakarta berhasil ia capai. Ades sampai di Cikarang sekitar pukul setengah 7 pagi. Dari sini, ia pun cukup mengeluarkan uang Rp5 ribu dan mulai rebutan tempat dengan para pekerja ibu kota lainnya.
Meskipun saat rebutan tempat di KRL CIkarang-Jakarta butuh effort besar, Ades mengaku sangat lega. Bagaimana tidak, berbekal Rp86 ribu saja, ia bisa sampai di Jakarta. Uang Rp250 ribu miliknya pun pada akhirnya sudah cukup buat tarif pulang-pergi dan beberapa kali isi perut.
“Nge-Punk” di kereta api memang melelahkan, tapi penuh kenangan
Sulit buat membayangkan uang Rp172 ribu sudah bisa Ades gunakan buat pulang pergi Jogja-Jakarta via kereta. Cukup melelahkan, karena waktu 24 jam ia habiskan di perjalanan.
Namun, Ades tak mempermasalahkannya. Toh, ia bisa sampai Jakarta tepat waktu, mengikuti interview secara lancar, dan yang paling penting: tak perlu ngutang sana-sini buat nutup biaya beli tiket kereta.
Ades juga mengaku, banyak kenangan dan pelajaran penting yang ia dapatkan sepanjang perjalanan. Yang paling menamparnya, bagaimana puluhan ribu pekerja berdesak-desakkan rebutan tempat di KRL Cikarang arah Jakarta.
“Kalau aku naik kereta biasa, aku nggak bisa lihat kenyataan seperti ini. Ikut ngerasain gimana adrenalin mereka, kepanikan mereka, dan perjuangan mereka rebutan tempat di KRL,” kata Ades.
24 jam di jalan, juga bikin dia bertemu beragam bentuk manusia. Ada yang unik, menyenangkan, bahkan menjengkelkan. Ades mengaku, cerita-cerita berkesannya tak bisa ia dapatkan seandainya ia hanya melewati hanya 7 jam di kereta api.
“Kalau boleh jujur, aku nggak kapok buat mengulanginya lagi,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News