Terpaksa Jalani Persahabatan Lawan Jenis karena Perempuan Lebih Drama dan Kolot daripada Laki-laki

Persahabatan lawan jenis muncul saat kuliah di Jogja. MOJOK.CO

ilustrasi - cara memiliki persahabatan lawan jenis tanpa ada rasa suka. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Persahabatan lawan jenis antara laki-laki dan perempuan memang sah-sah saja. Namun, sebagian orang menganggap hubungan tersebut mustahil tanpa ada bumbu rasa suka. Nyatanya, masih ada orang yang mampu menjalani hubungan murni tanpa ada perasaan suka. Seperti salah satu mahasiswa perempuan ini yang kuliah di Jogja.

***

Sebuah penelitian berjudul Benefit or Burden? Attraction in cross-sex friendship pernah mengungkap bahwa pria cenderung memiliki ketertarikan atau perasaan suka kepada teman perempuannya. Namun, tidak sebaliknya.

Penelitiannya ini mengumpulkan 88 pasang sahabat antara laki-laki dan perempuan yang diwawancara secara terpisah. Mereka harus menjawab puluhan pertanyaan tentang ketertarikan terhadap sahabatnya.

Selain hasil di atas, penelitian ini juga mengungkap jika pria lebih sering mengasumsikan sahabat perempuannya memiliki perasaan atau ketertarikan, sama seperti dirinya. Padahal sebaliknya, perempuan cenderung bisa membedakan mana pertemanan dan ketertarikan terhadap lawan jenis.

Nirmala (24), bukan nama sebenarnya, adalah salah satu orang yang percaya jika persahabatan lawan jenis bisa terjalin murni tanpa ada rasa suka. Setidaknya, ia sudah membuktikan kalau hubungannya dengan ketiga orang sahabat laki-lakinya tidak terjebak dalam situasi friendzone.

Persahabatan lawan jenis lahir saat kuliah di Jogja

Pertemuan Nirmala dengan ketiga teman laki-lakinya terjadi saat ia kuliah di Jogja tahun 2020. Kebetulan, keempatnya berada di kelas yang sama. Secara tidak sengaja, salah satu teman Nirmala–sebut saja Burhan mengajak mereka bertemu di sebuah kafe.

“Kami bertemu saat siang hari. Banyak hal yang kami ceritakan, salah satunya fakta bahwa Rangga* adalah cowok famous yang terkenal saat masa ospek fakultas,” kata Nirmala kepada Mojok, Sabtu (16/8/2025).

Fakta itu mereka jumpai mengingat gelagat perempuan di sekitar Rangga yang selalu mengirim salam kepadanya. Nirmala pun mengakuinya jika Rangga punya paras yang lumayan tampan. Namun, Nirmala tidak FOMO alias ikut-ikutan suka apalagi terjebak friendzone. 

Bahkan, sebelum Nirmala mengenal Rangga secara langsung ia sudah tahu gosip-gosip tersebut lewat grup fakultas maupun prodi. Nama Rangga selalu disebut-sebut oleh mahasiswa perempuan.

“Tapi aku sendiri nggak benar-benar tertarik untuk mengetahui si Rangga ini, seganteng apa sih dia sampai semua teman perempuanku yang kuliah di Jogja membicarakannya. Eh, taunya malah aku dan Rangga jadi teman yang akrab,” kata Nirmala.

Sahabat laki-laki lebih siap one call away

Pertemanan Nirmala dan tiga orang teman laki-lakinya semakin erat saat mereka menjelajahi wilayah Jogja bersama. Mulai dari nongki di coffe shop, pergi ke Pantai Gunung Kidul, wisata alam di Kulon Progo, berburu durian di Gunung Ijo, dan berbagai tempat viral lainnya. Apalagi, mereka juga sering bertemu di kelas. 

Jika ditanya, kenapa mereka bisa klop satu sama lain? Nirmala pun bingung menjawabnya. Sebagai angkatan mahasiswa Corona, mereka hanya suka menghabiskan waktu bersama tanpa terjebak dalam situasi friendzone. Terlebih, Nirmala sudah punya pacar, di luar dari hubungan persahabatan lawan jenis tadi.

“Persahabatan kami tuh benar-benar aneh menurutku. Kami nggak tahu pasti mimpi satu sama lain, apa yang sedang dihadapi satu sama lain, bahkan apa yang menjadi kesukaan satu sama lain. Kami hanya sama-sama menyadari satu hal, apapun yang terjadi kami benar-benar one call away,” tutur Nirmala.

Sebagai pejuang kesehatan mental, Nirmala merasa bersyukur karena ketiga sahabatnya selalu ada saat kondisinya tidak sedang baik-baik saja. Sering kali Nirmala terkena serangan panik bahkan sampai pingsan di tempat secara tiba-tiba. Beruntung, ketiga sahabat laki-lakinya selalu sigap menolong.

“Sampai akhirnya aku jujur ke mereka kalau aku punya anxiety dan depresi. Untungnya mereka nggak menghakimiku. Aku justru kaget karena mereka punya sedikit pengetahuan tentang isu kesehatan mental, alih-alih menganggapku gila,” ujar Nirmala.

Persahabatan perempuan lebih drama

Mungkin, salah satu faktor di atas yang membuat Nirmala jadi nyaman untuk bersahabat dengan laki-laki ketimbang perempuan. Sebetulnya, ia pernah punya sahabat perempuan dari pondok tapi hubungannya kini sudah kandas.

“Dia bilang nggak mau kena getah dosa, karena aku pacaran,” ujar Nirmala.

Alhasil, keduanya kini tak saling sapa. Nirmala memilih mengikhlaskan sahabat perempuannya dan merawat hubungan persahabatan dengan ketiga teman laki-lakinya, walaupun kini mereka jarang bertemu. Bahkan saat keempatnya sudah memiliki pasangan masing-masing.

Grup WA yang mulanya berempat, kini sudah bertambah jadi 8 orang. Diisi oleh pasangan mereka. Di grup tersebut mereka sering merencanakan untuk bertemu.

“Semua terjadi karena kami sama-sama paham, sama-sama tau boundaries, dan cara menghormati satu sama lain. Saat aku sedang bersama pasanganku, teman-temanku menghargai waktuku. Mereka juga menghargai pasanganku selayaknya teman mereka sendiri,” ujar Nirmala.

Persahabatan lawan jenis rawan jadi lawan

Berdasarkan pengalaman Nirmala, ia yakin bahwa persahabatan lawan jenis bisa saja terjadi. Hubungan ini kerap disebut platonic yakni persahabatan tanpa melibatkan romansa dan seks.

Sebuah penelitian berjudul Pengaruh Persahabatan Antar Gender pada Pasangan terhadap Kecemburuan Individu pada Dewasa Muda mengungkap, hubungan antargender tak selamanya buruk. Keduanya bisa saling untung. Salah satunya, mengetahui keresahan yang dialami oleh lawan jenis sehingga tahu cara menghadapinya. 

Psikolog Erik Erikson, sekaligus pengembang teori psikososial pernah menjelaskan enam tahapan yang harus dilalui manusia saat beranjak dari remaja ke dewasa muda. Salah tiganya adalah keintiman secara emosi, kepercayaan, dan keinginan untuk membina hubungan. 

Bila gagal dalam membentuk keintiman, maka akan mengalami tahapan isolasi yaitu, merasa tersisihkan dari orang lain dan kesepian,” ujar Erikson.

Tak sedikit pula individu yang justru terjebak dalam friendzone. Parahnya, perempuan atau laki-laki yang sudah memiliki pasangan bisa mengalami kegagalan hubungan atau kandas di tengah jalan, hanya karena kecemburuan.

Kecemburuan dapat timbul jika pasangan yang memiliki hubungan persahabatan lawan jenis tidak tahu batasan. Keberadaan sahabat lawan jenis juga bisa jadi lawan yang mengancam. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Terjerat di ‘Zona Teman’ Jogja: Kisah Cinta, Gemini, dan Dating Apps atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version