Alumnus Jurusan Gizi ini memberikan pandangannya mengapa program Makan Bergizi Gratis (MBG) harus tetap dilanjut, meski menuai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menimpa penerima manfaat. Sejatinya, yang terdampak–baik negatif maupun positif, tidak hanya siswa dan ibu hamil tapi juga masyarakat yang sulit cari kerja.
***
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan capaiannya atas penyelenggaraan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menyebut pemerintah telah menjangkau hampir 30 juta siswa dan ibu hamil selama kurun waktu 11 bulan terakhir. Di mana target mereka adalah 82 juta penerima manfaat.
Prabowo tak menampik, ada berbagai tantangan yang harus timnya hadapi di lapangan. Seperti kasus keracunan massal. Namun, ia berujar kasus-kasus itu jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan skala program.
“Bahwa ada kekurangan, iya. Ada keracunan makan, iya. Kita hitung dari semua makanan yang keluar, (red: tingkat) penyimpangan atau kekurangan atau kesalahan itu adalah 0,00017 persen,” ujar Prabowo di atas mimbar, The Sultan Hotel, Jakarta pada Senin (29/9/2025).
Merespons pernyataan tersebut, Konselor Ahli Gizi, Andin (26) hanya bisa geleng-geleng kepala. Sejatinya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia.
Sepakat jika MBG harus dievaluasi secara menyeluruh
Seandainya pemerintah mau hitung-hitungan angka, 7.830 kasus keracunan akibat program MBG bukanlah angka yang kecil. Meskipun belum ada korban jiwa dalam kasus tersebut, tapi peristiwa besar ini bisa disebut sebagai KLB.
Indonesia pernah mengalami berbagai peristiwa KLB yang disebabkan karena wabah penyakit, seperti campak dan polio. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peristiwa tersebut, yakni penurunan imunisasi, faktor lingkungan baik dari tenaga ahli, orang tua, bayi, atau faktor makanan.
Dalam kasus program MBG, permasalahannya begitu kompleks. Mulai dari makanan basi, tray yang tidak bersih, hingga jam kerja yang tak manusiawi. Oleh karena itu, Andin, konselor ahli gizi meminta pemerintah agar melakukan evaluasi secara menyeluruh.
“Seperti memperbaiki faktor lingkungan, kemudian juga pengetahuan orang tua hingga ekonomi sosialnya,” kata Andin kepada Mojok, Senin (29/10/2025).
Tak hanya Andin, Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama turut menyorot kasus keracunan MBG. Ia menyebut jumlah siswa dan ibu hamil yang mengalami keracunan massal terlalu banyak dan harus segera dievaluasi.
“Dua kasus orang dengan gejala keracunan makanan di suatu tempat sudah harus dikatakan kejadian luar biasa,” kata Ngabila melalui keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).
Ngabila sendiri tidak menolak program MBG karena memiliki tujuan yang baik. Pertama, memberi gizi atau nutrisi anak sekolah agar siap menghadapi puncak bonus demografi tahun 2030 dan Indonesia Emas 2045. Kedua, menyediakan fisik dan mental calon orang tua khususnya ibu hamil.
Tak boleh berhenti untuk kurangi stunting
Begitu juga Andin yang tak menampik betapa mulianya program MBG untuk memangkas kasus stunting. Oleh karena itu, ia berharap agar program ini dapat tetap berlanjut.
Di Indonesia sendiri, angka stunting terbilang tinggi meskipun sudah mengalami penurunan presentase dua tahun terakhir. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensinya mencapai 21,5 persen di tahun 2023, lalu turun menjadi 19,8 persen di tahun 2024.
Namun, secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan negara lain angkanya tetap saja tinggi.
“Pengendalian stunting sendiri itu memang sebaiknya dimulai dari 5.000 hari pertama kehidupan. Dimulai dari ibu hamil, kemudian bayi saat melahirkan, balita, saat anak sudah sekolah, sampai saat remaja,” tutur Andin.
MBG membuka peluang kerja
Selain mengurangi stunting, Andin juga mengungkap jika program MBG memberikan peluang besar bagi lulusan ahli gizi untuk bekerja selain di rumah sakit atau puskesmas. Prabowo sendiri mengatakan setidaknya ada 1,5 juta lapangan kerja baru pada Januari-Februari 2026 akibat program MBG.
“Kita telah berhasil menghidupkan ekonomi rakyat, bahwa tiap hari kita butuh telur, kita butuh sayur, kita butuh ikan, kita butuh ayam, kita butuh bahan-bahan dari kampung-kampung itu sendiri, dari kecamatan-kecamatan itu sendiri,” ucap Prabowo dalam acara Peresmian Penutupan Munas VI PKS di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Di sisi lain, Prabawo dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka sempat memberi janji manis soal 19 juta lapangan pekerjaan dalam kampanye Pilpres 2024 lalu. Sayangnya, hingga hampir satu tahun menjabat, janji itu belum terlihat nyata.
Meski begitu, Andin percaya MBG yang berlangsung dengan baik dan tepat sasaran, akan memberikan dampak positif kepada masyarakat. Mulai dari mengurangi jumlah stunting hingga membuka peluang kerja.
“Memang, untuk saat ini sebaiknya dievaluasi lebih dulu. Dilakukan perbaikan dari apa yang sudah terjadi kemarin-kemarin dan dari masalah yang sudah timbul. Namun, saya meyakini sesuatu yang niatnya baik akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
“Jadi harus dikembalikan lagi, banyak yang mendapatkan keuntungan dari Makan Bergizi Gratis ini.” Lanjutnya.
Yang harus dievaluasi pemerintah
Sebagai alumnus Jurusan Gizi yang sudah mempelajari ilmu gizi klinik, Andin paham betul bagaimana sistem penyelenggaraan makanan yang baik di sebuah institusi, baik komersial maupun non komersial. Menurutnya, ada tahapan yang harus dilakukan.
Pertama, soal izin hingga administrasi. Penyelenggaraan makanan, kata Andin, perlu melalui tahap sanitasi atau menciptakan dan memelihara kondisi lingkungan yang sehat. Selanjutnya upaya hygiene atau memelihara dan melindungi kebersihan individu serta lingkungan.
Tak terkecuali menyaring orang-orang yang dibutuhkan dalam penyelengaraan program tersebut.
“Memang sangat diperlukan keterlibatan dari ahli, bukan hanya ahli gizi. Mungkin juga bisa dokter dan juga teknologi pangan terkait bagaimana implementasi yang tepat untuk program MBG,” ujar Andin.
Kedua, sistem produksi hingga distribusi makanan. Selain melibatkan ahli gizi, proses pembangunan dapur MBG juga harus sesuai standar, sehingga tidak ada penyelewengan atau kesalahan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: MBG, Hidangan Negara yang Bikin Anak-Anak Tumbang: Gratis di Piring, Mahal di Nyawa atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
