Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Warmindo Generasi Tertua di Jogja yang 42 Tahun Menolak Jualan Lauk Kayak Warteg, Setia dengan Burjo dan Indomie

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
23 Juni 2024
A A
warmindo tertua jogja menolak jadi warteg.MOJOK.CO

Ilustrasi warmindo (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dulu, namanya lebih populer dengan sebutan warung burjo atau burjoan. Jualan utamanya memang bubur kacang hijau. Lalu, berkembang dengan menu Indomie, yang perlahan membuat namanya lebih populer dengan sebutan warmindo.

Tidak ada lagi warmindo yang tidak jualan nasi dan lauk seperti warteg

Asep sedang sibuk. Saya tak bisa berbincang banyak dengannya. Namun, ada seorang pelanggan lama Warmindo Murni yang mau berbagi cerita.

Febri (33), sudah kenal warung ini sejak 2010 saat pertama kali merantau ke Jogja untuk kuliah. Dari pengamatannya, sejak dulu konsep warungnya memang tidak berubah. Dari warna cat, kursi, hingga menu yang dijual.

“Sejak dulu kayak gini-gini aja bentuk warung dan menunya,” kenang alumnus UNY ini tentang Warmindo Murni Baciro.

Ia mulai sering langganan saat berkantor di Baciro beberapa tahun silam. Tempat ini memang jadi andalan rekan kerjanya untuk makan sore-sore. Apalagi, saat sedang tidak ingin menyantap nasi.

Menurutnya, saat ini sudah sulit menemukan warmindo atau burjoan yang masih jualan bubur kacang hijau. Apalagi yang memang fokus hanya berjualan burjo sebagai menu utama.

“Sejauh pengamatanku nggak ada lagi burjoan yang cuma jual burjo sama Indomie. Semuanya dah jualan nasi dan lauk. Ada satu di dekat JEC yang mirip, tapi itu sudah jualan nasi telur,” paparnya.

Bahkan, di daerah sekitar Seturan, Sleman saya pernah menjumpai warung yang masih menggunakan nama burjoan alih-alih warmindo tapi sudah tidak jualan bubur kacang hijau lagi. Nama itu digunakan dengan alasan historis saja.

Alasan tidak jualan bubur kacang hijau lagi

Ari (26), penjaga Burjo Babarengan di Seturan itu bercerita bahwa bubur kacang hijau mulai ditiadakan karena peminatnya yang berkurang. Di tempat warung burjo berkembang pesat seperti Jogja, Solo, dan Semarang, pasar utama usaha ini adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.

“Sedangkan mereka itu kan banyak yang dana terbatas, makan penginnya yang kenyang sekalian. Jadi lebih memilih nasi dan lauk,” terang Ari.

“Ya dengar dari kerabat dan saudara di Solo dan Semarang yang usaha ini juga, buburnya memang pada mulai hilang,” sambungnya.

Hal itu membuat warung burjo atau warmindo mengeksplorasi beragam menu-menu makanan berat. Mie instan tetap dipertahankan karena peminatnya pun masih banyak. Menu lauk pendamping nasi seperti telur, ayam, ati, ikan pindang, hingga lele jamak ditemui di warmindo. Ditambah lagi beberapa jenis sayur serta oseng tempe dan mie.

Keberadaan burjo jadi penanda warmindo yang otentik

Selain itu, saya juga sempat berbincang dengan Maman, penjaga warmindo lain yang masih berada di sekitar Seturan, Sleman. Maman menjelaskan bahwa memang tidak begitu banyak warmindo yang masih menjual menu satu ini. Peminatnya tidak banyak, selain itu proses memasaknya juga lama dan lebih ribet.

“Ya, banyak juga yang anak baru tidak pintar buatnya,” terang lelaki yang mengaku sudah belajar membuat bubur kacang hijau sejak 1982. Sebelum ke Jogja, ia pernah ikut berdagang di Bogor dan Lampung.

Iklan

Selain warmindo semacam ini, di Jogja ada pula pedagang Madura yang identik dengan bubur kacang hijaunya. Biasanya mereka berjualan menggunakan tenda berwarna kuning yang mudah dijumpai di pinggiran jalan.

Namun, keduanya punya sedikit perbedaan dalam ciri khas buburnya. Warmindo memiliki terkstur kacang hijau dan ketan hitam yang lebih lembut sedangkan pedagang Madura lebih keras teksturnya.

Jika memesan es bubur kacang di Warmindo, biasanya juga tidak menggunakan sirup seperti es bubur kacang hijau di pedagang Madura. “Kalau yang Kuningan biasanya pakai susu saja, kadang ada juga yang pakai keju,” paparnya.

Maman menjelaskan, warmindo yang masih berjualan bubur kacang hijau hampir semua pengelolanya orang Kuningan asli. Belakangan memang sudah banyak berkembang warmindo yang pengelolanya bukan perantau dari kabupaten di sisi timur Majalengka ini.

Warmindo tempat Maman berjualan memang masih menjual bubur kacang hijau. Namun, sudah menghadirkan berbagai menu lauk pauk dengan cukup lengkap. Sudah mirip warteg.

Penelusuran ini membuat Warmindo Murni di Baciro memang jadi salah satu yang setia dengan kemurnian usaha perantau Kuningan yang telah dibawa ke Jogja sejak puluhan tahun silam. Meski tak berubah, warung itu ternyata tak kehilangan pelanggan setianya.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Warteg Pertama di Jogja Pamit Tutup Selamanya, Ucapkan Terima Kasih untuk Mahasiswa Jogja yang 25 Tahun Menemani Usaha Keluarga

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2024 oleh

Tags: IndomieJogjaKuninganpilihan redaksiwarmindowarmindo murniwarteg
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.