Belanda di balik cita rasa manis makanan di Jogja
Cita rasa manis memang menjadi ciri khas makanan di Jogja. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh pakar Gastronomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Minta Harsana.
Tak hanya makanan berat, cita rasa manis pun juga bisa didapati pada makanan ringan (kudapan). Dari 113 jenis kudapan di Jogja, kata Harsana, 60 persennya adalah bercita rasa manis.
“Di masa Belanda kan diterapkan cultuurstelsel (tanam paksa), di mana tanah yang dimiliki oleh warga 20 persennya wajib ditanami tebu. Di Jogja, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur waktu itu mayoritas menanami tebu,” jelas Harsana seperti Mojok kutip dari kanal YouTube CNN Indonesia.
“Bahkan dari Jogja (masa itu) cukup mendominasi, karena bisa mengirim 70,4 persen gula ke Eropa,” sambungnya.
Keterangan Harsana juga terkonfirmasi dalam buku Antropologi Kuliner Nusantara: Ekonomi, Politik, dan Sejarah di Belakang Bumbu Makanan Nusantara.
Dalam buku tersebut tertulis, pada masa berlakunya tanam paksa pada 1830, pemerintah Hindia Belanda mewajibkan petani di Jogja dan Jawa menanam tanaman komoditas ekspor. Antara lain tebu, kopi, dan teh.
Petani di kawasan Jogja, Jawa Tengah hingga Jawa Timur dipaksa menanam tebu. Sebab, kondisi lahan di sana sangat ideal untuk menanam tanaman penghasil gula.
Dalam rentang 1830-1870, terjadi krisis pangan di Pulau Jawa. Hal tersebut membuat masyarakat di Pulau Jawa pada akhirnya mengolah tebu untuk bertahan hidup. Saat itu tebu diolah menjadi bahan baku beragam makanan. Itulah kenapa kemudian masyarakat Jawa cukup akrab dengan cita rasa manis. Khususnya orang Jogja.
Pasalnya, setelah setelah berakhirnya masa tanam paksa, produksi gula di Jogja masih terus berlanjut. Tidak lain karena adanya kerja sama pihak Belanda dengan pecahan Kerajaan Mataram Islam: Keraton Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogjokarto Hadiningrat.
“Tapi ya tidak semua makanan di Jogja manis. Tidak sulit juga menemukan makanan dengan cita rasa pedas dan gurih,” tegas Harsana.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News