Kopi Bukan Luwak letaknya di dekat Kopi Klotok Jogja. Keduanya memang mirip secara konsep bangunan hingga menu makanan. Namun, tidak banyak pelanggan yang tahu bahwa dua tempat ini memang satu kepemilikan.
Sudah tiga kali saya menyantap makanan di Kopi Bukan Luwak. Memesan menu-menu nasi dengan sayur lodeh yang gurih nikmat ditambah telur dadar yang krispi. Sambal cabai merahnya juga menggoda, pedas manisnya berpadu cocok menggoyang lidah.
Menu-menu itu mirip dengan apa yang ada di warung lain seratus meter di sisi barat Kopi Bukan Luwak, yakni Kopi Klotok. Bahkan, secara bangunan keduanya juga mirip. Modelnya seperti rumah tradisional orang Jawa. Di halaman depan dan belakangnya yang cukup luas terdapat sejumlah gazebo yang mampu menampung banyak pengunjung.
Bedanya, Kopi Bukan Luwak punya dua bangunan rumah utama. Selain itu, warung ini tidak punya pemandangan ala sawah seperti Kopi Klotok.
Dulunya, saya kira dua warung yang mirip tersebut memang berbeda entitas. Sampai akhirnya, saya baru tahu bahwa keduanya berada dalam satu payung yang sama setelah berbincang dengan Manajer Kopi Klotok, Prita Damayanti pada Selasa (5/3/2024) lalu.
“Kepemilikannya sama, tapi tentu manajemennya berbeda,” tuturnya.
Sebagai informasi, Kopi Klotok tidak buka cabang selain yang terletak di Pakem, Sleman. Ada warung dengan nama serupa di Jogja, tapi itu bukan bagian dari warung yang berdiri sejak 2015 silam tersebut. Justru, Kopi Bukan Luwak lah yang dapurnya sebenarnya sama.
Kopi Bukan Luwak Jogja berdiri sejak 2017, salah satu tujuannya memang untuk menampung pelanggan saat Kopi Klotok membludak. Namun, ternyata banyak pelanggan yang salah mengira.
Saat Kopi Bukan Luwak bikin pelanggan salah kira omeli pegawai
Sebenarnya, Kopi Bukan Luwak Jogja secara menu lebih lengkap. Ada beberapa menu yang tidak ada di Kopi Klotok seperti mangut lele dan mangut bawal. Selain itu, kudapan pendampingnya juga lebih banyak.
“Di Kopi Bukan Luwak juga ada mendoan, carabikang, dan variasi minumannya ada yang khas yakni es timur keruk. Cuma satu yang kurang, nggak ada sawahnya,” kelakar Prita.
Secara konsep, warung tersebut memang menawarkan suasana seperti makan di rumah desa. Kalau warung satunya lagi, ada tambahan nuansa alamnya.
Dulu, saat Kopi Klotok sedang ramai-ramainya, terkadang ada pegawai yang menawarkan pelanggan untuk mencoba makan di Kopi Bukan Luwak saja. Niatnya tentu baik, agar pelanggan tidak antre lama dan dapat tempat yang lebih lapang.
“Tapi pada kesal. Ada yang ngomong, ‘Aku tu maunya Klotok bukan yang lain’,” kata Prita menirukan pelanggan dengan tertawa.
Menurutnya, sampai sekarang memang masih banyak pelanggan yang belum tahu bahwa dua warung ini resep makanan beratnya sama. Bahkan, menu-menu sayuran di Kopi Bukan Luwak juga masaknya di dapur Kopi Klotok.
Fakta tersembunyi yang belum banyak pelanggan ketahui
Selain fakta bahwa dua warung tersebut dimiliki oleh entitas yang sama, ternyata banyak hal yang belum pelanggan ketahui. Khususnya soal Kopi Klotok.
Prita bercerita bahwa di area Kopi Klotok sebenarnya ada juga beberapa titik warung yang menawarkan menu dan oleh-oleh menarik. Salah satunya Omah Bakpia dengan produk Bakpia Pathok 63.
Penjaga Omah Bakpia, Fitri berujar bahwa bakpia ini punya cita rasa nikmat dengan harga relatif lebih terjangkau. Bakpia isi 20 harganya hanya Rp35 ribu.
“Rasanya ada kacang hijau, coklat, dan keju. Khusus bakpia basah hanya ada yang rasa kacang hijau,” kata Fitri.
Selain itu, ada pula racikan wedang sehat, minuman tradisional dengan bahan rempah yang menyegarkan. Area Omah Bakpia yang letaknya ada di sisi selatan Kopi Klotok juga bisa jadi tempat makan pelanggan saat area utama penuh.
Itulah, ternyata Kopi Klotok punya kembaran yang resepnya sama yakni Kopi Bukan Luwak. Selain itu, ada pula variasi-variasi menu yang jarang pelanggan ketahui sebelumnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.