Sejak 2006
Bu Bambang sudah berjualan di kantin FBSB UNY (dulunya bernama FBS) sejak 2006. Sudah berganti lokasi 3 kali sejak berjualan. Dulu kantin ada di parkiran, lalu pindah ke sebelah Stage Tari (kini jadi Performance Hall FBSB UNY), lalu sejak 2016 pindah ke belakang Masjid Mujahiddin. Bu Bambang hafal hampir semua nama mahasiswa yang dia temui selama berjualan. Gosip-gosipnya ya, tentu saja tahu. Sudah saya bilang, dia kawan.
Beliau mengamati pergantian “gaya” mahasiswa FBSB UNY dari masa ke masa. Salah satu pengamatannya adalah tentang gaya berpakaian. Beliau bercerita, sebelum 2012, mahasiswa gaya pakaiannya kurang rapi. Lalu setelah 2012, mulailah pada rapi. Mahasiswa kini, bagi Bu Bambang, adalah yang paling beda.
“Udah nggak ada yang pake celana sobek. Sekarang mahasiswa nggak ada yang aneh-aneh.”
Saya lihat sekeliling, beliau benar. Setidaknya, saya tidak melihat mahasiswa pakai celana pendek dan sandal jepit di kampus.
Saya pun iseng, apakah masih banyak orang ngutang di kantin FBSB UNY, seperti di masa saya kuliah dulu. Beliau bilang, mahasiswa sekarang nggak ada yang ngutang. Tapi lari nggak bayar, makin banyak. Namun, beliau memilih untuk tidak mempermasalahkannya.
“Siapa tahu dia beneran lapar, nggak punya duit, tapi malu, Mas. Nggak apa-apa lah, kasihan.”
Begitulah rasa lapar. Terkadang, moralitas jadi tak ada harganya ketika perutmu melilit dan kepalamu mulai pening.
Kantin FBSB UNY dan smoking area yang makin besar
Bu Bambang bercerita tentang perubahan kantin yang sekarang. Kini semua tempat terbuka jadi smoking area, dan ada kantin nonsmoking room. Lalu mahasiswa yang makin banyak, tapi kantin malah jadi tak seramai dulu, serta perubahan mahasiswa yang tadi sudah saya ceritakan: makin rapi, makin kalem.
Cerita makin lama, hampir 2 jam saya dan beliau ngobrol, dan tiba-tiba beliau pamit, ada hal yang harus dia ambil di gedung sebelah. Saya mempersilakan, dan beranjak membayar Good Day Coolin yang saya sruput hingga tak bersisa.
Sebelum saya pulang, saya iseng bertanya ke dua mahasiswa yang mau pesan makanan di kantin sebelah Bu Bambang, UKT mereka berapa. Mereka menjawab, 2 juta sekian dan 4 juta sekian. Saya sontak nyeletuk, mahal juga ya. Mereka menjawab, yang lebih mahal banyak.
Dan saya jadi sedikit tahu, kenapa kantin jadi makin sepi, padahal mahasiswanya banyak.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.