Bahagia dan resah pada momen wisuda
Baginya, momen wisuda terbilang menyenangkan karena bisa berjumpa beberapa teman yang sengaja jauh-jauh dari Jakarta datang ke Surabaya demi menyambanginya. Momen ini, barangkali sulit terulang kembali jika Mabrur sudah wisuda dan tak punya urusan lagi di Surabaya.
“Ada teman yang, kayaknya, terakhir aku ketemu tahun 2021 karena dia udah lulus dan kerja. Rasanya senang,” tuturnya.
Selain itu, akhirnya ia bisa mengundang orang tuanya sampai di pagi hari dan langsung pulang malam harinya dari Surabaya. Memang, alih-alih momen hari, ia melihat raut wajah kedua orang tuanya yang lelah pascaperjalanan.
“Rasanya lega. Tapi, karena lulusnya telat jadi nggak banyak jeda. Umur juga sebentar lagi genap 26 padahal banyak pekerjaan khusus fresh graduate yang membatasi umur 25,” kata lelaki kelahiran 1998 ini.
Sejak sidang, ia mengaku mulai berburu lowongan kerja. Ia sadar, ternyata ada sebagian program khusus seperti management trainee yang mensyaratkan batas usia 25 tahun. Apalagi, Mabrur usianya agak lebih tua dari kebanyakan angkatannya yang lahir tahun 1999 atau akhir 1998.
“Selain itu, aku juga coba cari magang kan. Magang yang benar-benar untuk memperkuat pengalaman daftar kerja, itu juga banyak yang batasnya 25 tahun,” keluhnya.
Memang, mayoritas pekerjaan tentu tidak membatasi usia di atas 26 tahun. Sebagian membatasi di usia 27. Dan ada yang bisa sampai di atas 30. Namun, ia mengaku tetap merasakan bahwa semakin bertambahnya usia semakin berkurang sedikit peluangnya.
Mabrur sadar, tantangan sebenarnya baru dimulai setelah ia lulus kuliah. Perjalanannya masih panjang. Namun, setidaknya ia telah menuntaskan satu tanggung jawab besarnya di Surabaya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News