Perjuangan Amrin Ajira (26) untuk kuliah tidaklah mudah. Mulai dari, ditentang orang tua dan kegusarannya memilih jurusan Ilmu Politik hingga menetapkan hati kuliah di Universitas Halu Oleo. Salah satu perguruan tinggi negeri yang terkenal di Sulawesi Tenggara.
***
Universitas Halu Oleo merupakan kampus negeri terbesar di Sulawesi Tenggara. Lokasinya di Kota Kendari, karena itu banyak calon mahasiswa baru yang mengincar kuliah di sana. Termasuk Amrin.
Ia bersyukur bisa kuliah di Universitas Halu Oleo, meskipun masih terakreditasi B dari BAN-PT. Namun, setidaknya ia tidak perlu pergi jauh alias merantau. Sebab, banyak juga teman-temannya yang memilih kampus di kota besar seperti Makassar atau keluar pulau Jawa.
Sedangkan Amrin tak memiliki cukup biaya. Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup saja, orang tuanya harus banting tulang di Kota Baubau. Oleh karena itu, saat Amrin lulus SMA, orang tuanya menyarankan agar dia langsung cari kerja.
“Saat itu, orang tua masih menganggap bahwa kuliah hanya menghabiskan uang sehingga aku diarahkan segera merantau untuk mencari kerja setelah lulus SMA,” kata Amrin kepada Mojok, Senin (29/9/2025).
Diremehkan ortu karena tidak berprestasi
Selama menempuh pendidikan dari SD sampai SMP, Amrin mengaku tidak pernah berprestasi di sekolah. Ia tidak pernah masuk peringkat 5 besar. Sampai kemudian menjelang akhir kelas 12 SMA, Amrin akhirnya berhasil membuktikan kalau dia bisa mendapat peringkat 3.
Prestasi akademik sudah ia dapatkan, tinggal prestasi non-akademik yang belum. Akhirnya, ia menyelami minatnya di bidang tarik suara. Sampai kemudian terpilih sebagai juara pertama karaoke di sekolah.
“Sejujurnya itu bukan karena suaraku yang merdu, tapi lebih kepada suasana yang heboh jadi orang-orang bersemangat untuk goyang,” kata Andin.
Prestasi itu bikin Andin seketika terkenal. Guru-guru jadi mengenalnya. Siswa-siswa menyapanya. Sampai akhirnya ia diundang tampil menyanyi solo dan vokal grup saat perpisahan kelas 12.
“Dengan pencapaian itu, aku berusaha meyakinkan orang tuaku agar mendukung niatku ingin kuliah,” ucapnya yang ingin kuliah di Universitas Halu Oleo.
Baca Halaman Selanjutnya
Pentingnya kuliah untuk masa depan
Pentingnya kuliah untuk masa depan
Perjalanan Amrin tak berhenti sampai di situ sebab kendala utamanya adalah finansial keluarga. Orang tua Amrin merupakan petani singkong dengan penghasilan yang tak seberapa. Mereka juga tidak teredukasi dengan baik betapa pentingnya kuliah.
“Setelah aku merenung, ternyata orang tuaku ini bukan tidak menginginkan anaknya kuliah, hanya saja wawasan terbatas terkait bagaimana pentingnya pendidikan. Apalagi, dibenak mereka sudah tertanam kalau kuliah pasti hanya akan menghabiskan uang,” tutur Amrin.
Di lingkungan Amrin, kuliah adalah hal yang tabu. Anak-anak kampung disarankan merantau untuk mencari uang, sebab di sana jarang ada peluang kerja. Mentok-mentok menjadi petani seperti orang tuanya.
Meskipun di Sulawesi Tenggara, sudah ada beberapa kampus negeri dan swasta seperti Universitas Halu Oleo, Universitas Sembilan Belas November (USN) Kolaka, hingga Universitas Sulawesi Tenggara.
“Hanya kebetulan aku melawan dan mau membuktikan dengan berbagai usaha yang aku lakukan, karena aku juga sempat merasakan yang namanya merantau itu tapi aku merasa kuliah tetap perlu. Pada akhirnya orang tuaku pun setuju.” Kata Amrin.
Lolos di Universitas Halu Oleo jalur prestasi
Saat pendaftaran masuk kampus melalui seleksi SNMPTN, Amrin memilih tiga kampus dengan berbagai jurusan. Pertama, Universitas Halu Oleo Jurusan Ilmu Politik. Kedua, Universitas Hasanuddin Jurusan Sosiologi. Ketiga, Universitas Halu Oleo Jurusan Pemerintahan.
Dari ketiga pilihan itu, Amrin lolos sebagai mahasiswa Universitas Halu Oleo Jurusan Ilmu Politik. Terlebih, ia juga berhasil mendapatkan beasiswa Bidikmisi (kini KIP Kuliah). Beasiswa itu juga yang berhasil meluluhkan hati orangtuanya agar ia kuliah.
“Orang tuaku tentu paham bahwa kebutuhan anak kuliah tidaklah sedikit. Oleh karena itu, mau tidak mau aku harus lebih proaktif dalam berkegiatan yang positif dan menghasilkan pundi rupiah. Aku pun kuliah sambil kerja dan tetap menjalankan roda organisasi,” ujar Amrin.
Semasa kuliah, ia nyambi kerja sebagai cleaning service, surveyor, driver ojol, hingga serabutan. Ia juga aktif berorganisasi di internal maupun eksternal kampus. Untungnya, di tengah kesibukan tersebut Amrin masih bisa mempertahankan nilainya.
“Aku berhasil menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan IPK 3,52,” ujar Amrin.
Dua tahun setelahnya, Amrin berhasil mendapat gelar S2-nya. Ia pun tak pernah menyangka kini bisa berkarier menjadi dosen di salah satu kampus di Kota Baubau.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Mahasiswa PTN Bohongi Orang Tua, Mengaku Baik-Baik Saja padahal 4 Tahun Kuliah Menderita karena HP Kentang dan Laptop Bobrok atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
