Dulu impian, kini kuliah di Unsoed Purwokerto justru menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa baru asal Tangerang Selatan. UKT masih menjadi persoalan yang membebani.
***
Setelah pengumuman UTBK pada Kamis, (13/6/2024) lalu, Mutiara (18) mengabari kalau ia keterima di Universitas Jenderal Soedriman (Unsoed) Purwokerto Jawa Tengah.
Namun, alih-alih tenang (karena di UTBK 2024 ini banyak calon mahasiswa baru yang gagal tembus kampus impian), Mutiara justru masih merasa deg-degan. Sebab, ia masih belum tahu pasti berapa besaran UKT yang bakal ia bayar jika kuliah di Unsoed.
Awalnya Unsoed adalah kampus impian
Jauh sebelumnya, pada Mei 2024 lalu, Mutiara bercerita panjang lebar mengenai alasannya kenapa ia begitu berminat kuliah di Unsoed Purwokerto. Saat mendaftar UTBK, dua opsi jurusan pun kesemuanya ia ambil di Unsoed.
Alasan Mutiara ingin kuliah di Unsoed adalah karena ia sudah kerap mendengar bahwa UKT Unsoed sangat murah. Biaya hidup di Purwokerto pun sangat terjangkau.
“Dengan begitu pasti lebih bisa meringankan orang tua dalam membiayai,” tuturnya waktu itu, Kamis (2/5/2024).
Ia sempat ketar-ketir ketika ramai UKT Unsoed naik selangit. Sebab, kelak yang bakal membiayai kuliahnya adalah ibunya seorang diri. Jadi ia khawatir justru akan menjasdi beban bagi ibunya.
“Ibu kerja di luar negeri (TKW). Gajinya buat biayain sekeluarga. Ada kakek, nenek, tante, aku. Belum lagi harus biayai maintenance rumah. Jadi nggak akan mampu bayar UKT selangit di Unsoed,” ungkap mahasiswa baru asal Tangerang Selatan (Tangsel) tersebut.
Mengingat, bapak Mutiara menghilang sejak Mutiara ada di dalam kandungan. Sehingga ibu Mutiara harus berjuang mencari nafkah seorang diri.
Itulah kenapa saat itu Mutiara bilang, kalau ia keterima Unsoed dengan UKT selangit, makai a taka akan ambil.
UKT Unsoed mahal, kampus Purwokerto lain lebih mencekik
Pada Kamis (27/6/2024) lalu, Mutiara bercerita kalau ia mendapat UKT sebesar Rp3 juta sekian. Sebenarnya cenderung turun dari desas-desus awal yang lebih tinggi.
Namun, untuk ukuran orang dengan kondisi ekonomi sepertinya, UKT segitu sudah terbilang tinggi. Terlebih, dalam bayangannya dulu kenapa berminat kuliah di Unsoed Purwokerto adalah karena UKT yang murah (tidak sampai di angka seperti yang ia dapat sekarang).
“Sialan banget. Kok bisa aku dapat UKT golongan 7. Nggak masuk akal, rasanya pengin nangis,” tutur Mutiara.
Hanya saja setelah ia timbang-timbang, Mutiara masih akan mengambil Unsoed. Toh ibu Mutiara sendiri mengaku tak masalah. Meski di satu sisi Mutiara tahu kalau beban ibunya akan makin bertambah.
“Aku tetep ambil karena pas ngecek di kampus-kampus lain di Purwokerto, terutama yang swasta itu ada yang sampai Rp9 jutaan. Malah makin nggak masuk akal buatku. Malah bikin sekarat,” sambung perempuan ramah tersebut.
Setelah melakukan survei di beberapa kampus swasta Jabodetabek pun hasilnya sama: lebih mahal dari UKT yang ia dapat di Unsoed. Oleh karena itu ia—dengan agak berat hati—memilih kuliah di Unsoed.
Harapannya, semoga kelak saat kuliah ia bisa nyambi-nyambi kerja untuk meng-handle kebutuhan sehari-hari (di luar UKT). Ia juga berharap biaya hidup di Purwokerto semurah yang ia dengar dari banyak orang.
Baca halaman selanjutnya…
UKT kampus lain di Purwokerto tak kalah mencekik
UKT kampus lain Purwokerto tak kalah mencekik
Mundur ke belakang, pada April 2024 lalu saya sempat mendengar keluh kesah dari Ita (19), mahasiswa semester 3 di UIN Purwokerto (UIN SAIZU).
Ita yang asli Purwokerto mengincar kuliah di UIN Purwokerto dengan anggapan: kampus di bawah Kemenag barangkali UKT-nya relatif lebih rendah. Menimbang, Ita sendiri pada dasarnya bukan dari kalangan keluarga berada.
Bapaknya seorang karyawan swasta bergaji Rp3 juta. Sementara sang ibu hanya ibu rumah tangga. Gaji Rp3 juta masih harus dibagi untuk menghidupi kakek dan nenek yang tinggal serumah.
Ita sebenarnya sudah sempat mengajukan keringanan ke pihak administrasi kampus dengan membeberkan kondisi aslinya. Sayangnya, pihak administrasi kampus menolak secara halus dengan meminta Ita mengajukan beasiswa.
“Aku kecewa karena faktanya tidak sedikit dari mahasiswa UIN SAIZU yang aku tahu sebenarnya orang tuanya mampu-mampu, kalangan berada. Tapi malah mendapatkan UKT yang rendah. Ada yang cuma dapat Rp2 juta aja,” ujar Ita.
“Entah manipulasi data atau gimana. Tapi mereka sebenarnya bisa dibilang mampu untuk membayar seandainya dapat UKT besar, sesuai kondisi asli mereka. Beda dengan keluarga saya yang ngos-ngosan,” imbuhnya.
Ita sendiri sudah mencoba mendaftar beasiswa yang ada di UIN Purwokerto. Sayangnya sejauh ini masih belum ada yang tembus. Alhasil, sehari-hari ia harus kuliah nyambi jadi laundry dan mengajar les privat demi mendapat uang tambahan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Purwokerto Memberi Kenangan Menyakitkan Orang Surabaya hingga Tak Mau Lagi Pergi ke Sana
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News