Mahasiswa baru sering kali bimbang perihal ikut organisasi kampus atau tidak. Pasalnya, tak semua mahasiswa yang ikut organisasi bisa menemukan manfaatnya. Ada yang ikut organisasi kampus jadi lulusan berprestasi, ada juga yang malah dapat hikmahnya saja. Mantan Ketua BEM UNAIR Surabaya berbagi pertimbangan sebelum terjun ke organisasi kampus.
***
Jadi mahasiswa baru biasanya bingung memilih: mau fokus organisasi atau fokus kuliah saja. Sebab, kalau ikut organisasi, memang ada banyak dinamikanya yang, di titik tertentu, bisa mengganggu jalannya perkuliahan.
Belum lagi ada organisasi kampus yang bikin energi mahasiswa terkuras hingga kuangannya boncos. Karena ada model organisasi kampus yang demen banget rapat sampai larut malam. Terus ada juga yang sering narik iuran untuk ini dan itu.
Saya pernah ikut organisasi yang semacam itu. Dompet saya terkuras. Kuliah pun agak semrawut yang berdampak pada turunnya IPK.
Nah, sementara jika mahasiswa cuma fokus kuliah saja, takutnya nggak punya banyak pengalaman dan relasi.
Oleh karena itu, saya mencoba meminta Anang Jazuli (23), mantan Ketua BEM UNAIR Surabaya 2024, untuk memberi pertimbangan sebelum berkecimpung di organisasi kampus. Tentu agar kuliah tetap lancar, tapi organisasi pun tetap bisa jalan.
Anang sendiri bisa dibilang paket komplet. Di akademik ia berprestasi, di dunia organisasi pun bisa dibilang sukses. Ia pernah tercatat sebagai 4 Top Ketua BEM kampus di Indonesia. Anang lulus kuliah dari UNAIR Surabaya tepat waktu dan menyandang gelar lulusan berprestasi. Saat ini ia sedang mempersiapkan studi S2 dengan mengikuti seleksi beasiswa LPDP.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, kata Anang jika ingin terlibat dalam sebuah organisasi kampus, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan agar organisasi itu bisa bermanfaat dan tidak buang-buang waktu di kampus.
#1 Kenali passion sebelum nyemplung organisasi kampus
Anang menjelaskan, mahasiswa baru harus bisa mengenali diri sendiri sebelum menentukan akan fokus ke bidang apa.
“Sebagai contoh, saya punya passion di bidang organisasi dan kepemimpinan. Maka saya coba mengenali kesempatan yang bisa saya akses seperti BEM, UKM, dll,” ungkap alumni sarjana Fisika UNAIR Surabaya itu saat Mojok wawancarai pada Senin (19/8/2024).
Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan idealnya. Apa yang menjadi target ketika ia sudah mulai beraksi di bidang itu. Misalkan menargetkan diri menjadi Ketua BEM. Maka, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah memikirkan bagaimana target itu bisa dicapai.
“Sama halnya jika di bidang akademik, seseorang punya passion untuk berbicara bahasa Inggris dan mengenal budaya luar negeri. Maka, coba kenali akses kesempatannya seperti ikut IISMA, conference, dan lain-lain,” imbuhnya.
Jika sudah mengenali minat diri, nanti akan lebih mudah untuk mengidentifikasi organisasi kampus yang cocok untuk dimasuki. Dengan masuk organisasi kampus yang sesuai passion, maka akan membuka peluang terus berkembang dan lebih produktif. Jadi masuk organisasinya tidak sia-sia.
#2 Pelajari organisasi kampus lebih dulu, jangan sampai cuma grudak-gruduk nggak jelas
Sebagai mahasiswa harus bisa mengidentifikasi juga bagaimana sebuah organisasi kampus berjalan. Tujuannya jelas atau tidak, aktivitasnya jelas atau tidak, bahkan relasi dan jejaringnya seperti apa juga harus diperhatikan.
Di lingkungan kampus, semua itu bisa terbaca dari aktivitas para senior hingga model program kegiatan. Bisa diketahui juga dengan cara mengajak ngobrol senior di kampus untuk memberi testimoni perihal organisasi tersebut.
Sebab ,memang tidak jarang ada model organisasi yang seniornya hanya bisa koar-koar saja di organisasi, tapi di perkuliahan melempem. Saat tengah menjaring calon anggota baru (kaderisasi), para senior di sana biasanya juga tak menawarkan program-program yang jelas. Hanya ngawang-awang. Cuma modal suara lantang dan ngomong ngalor-ngidul.
Contoh paling ideal, saya pernah sangat kepincut mengikuti organisasi kampus tempat Anang berkiprah (BEM UNAIR Surabaya). Bagaimana tidak, selain betul-betul menunjang aktivitas sebagai organisatoris secara lebih produktif (dengan jejaring yang luas dan memiliki peluang upgrade diri), organisasi itu juga memberi ruang bagi mahasiswa untuk terus berkembang secara akademis.
Anang memang pernah masuk 4 Top Ketua BEM kampus di Indonesia (prestasi di organisasi). Tapi mantan Ketua BEM UNAIR Surabaya itu juga pernah meraih Gold Medal 7th World Young Inventors Exhibition, Kuala Lumpur, Malaysia (prestasi akademik).
“Tanpa adanya relasi (yang produktif), maka prestasi itu tak akan pernah bisa aku wujudkan,” tutur Anang.
#3 Pastikan lingkungannya nggak toxic
Panduan ketiga ini saya dapat dari Wahyudi (22), mahasiswa aktif UNAIR Surabaya yang saat ini sedang menjadi pengurus di UKM teater di Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Ia mengaku sebelum menemukan passion-nya di bidang seni drama, ia sempat “terjebak” di salah satu organisasi kampus yang ia ikuti.
Saat itu ia memiliki sebuah ekspektasi jika ia akan mendapatkan banyak benefit ketika ikut organisasi. Misalnya, jejering makin luas, pengalaman manajerial makin terasag, hingga bisa beprestasi sebagai organisatoris sebagaimana Anang Jazuli.
Namun, kenyataannya tidak begitu. Alih-alih mendapat jejaring luas, organisasi dan seluruh elemen di dalamnya hanya menghendaki jejaring secara sempit. Kemampuan manajerial juga tak begitu terasah dengan baik karena memang terkesan ala kadarnya saja. Ya apalagi soal prestasi. Belum lagi lingkungan di dalamnya cenderung toxic ketimbang mengajak produktif.
“Akhirnya aku menurunkan ekspektasi di sana,” ungkap Wahyudi saat Mojok wawancarai pada Selasa (20/8/2024) malam WIB.
Kejadian itulah yang membuatnya memutuskan untuk lebih mengembangkan hobinya dengan ikut UKM di fakultasnya. Ternyata di sana ia bisa lebih berkembang dari sebelumnya. Lingkungannya lebih humanis, produktif dan apresiatif. Ia juga mendapat banyak jejaring dan pengalaman yang belum ia dapat di organisasi kampus sebelumnya.
“Meskipun aku kehilangan banyak waktu dan materi, tapi di sini aku malah merasa ikhlas, karena apa yang aku dapatkan sebenarnya tak ternilai,” curhat Wahyudi.
Menurutnya, lingkungan yang baik juga akan memengaruhi kiprah mahasiswa di organisasi. Jika lingkungannya toxic, apapun yang dijalankan di organisasi itu akan sia-sia karena malas berhubungan dengan anggota lain di dalamnya. Namun jika lebih humanis, maka apapun yang dijalankan akan terasa bermanfaat. Sekecil apapun itu.
#4 Jangan terpengaruh dengan “bualan” senior,
Wahyudi juga menyampaikan hal penting untuk mahasiswa baru: jangan sampai terpengaruh dengan omongan yang manis-manis dari mulut senior. Sebab, bisa saja organisasi yang katanya bagus, bisa mengembangkan skill dan relasi, bakal dapat banyak pengalaman, justru sebenarnya malah organisasi yang problematik.
“Sebenarnya mereka hanya ingin memenuhi kebutuhan golongan mereka, dengan iming-iming relasi dan sebagainya,” beber Wahyudi.
Wahyudi menjelaskan bahwa itu bisa jadi hanya “tabiat” agar organisasi mereka tetap ada regenerasi. Karena jika dipikir menggunakan logika, organisasi yang baik pasti tidak akan kekurangan anggota. Jika sampai menghalalkan segala cara demi mendapatkan anggota baru, jangan-jangan memang ada yang salah dalam organisasi itu.
“Sebenarnya itu (relasi dan pengalaman) bisa dicari sendiri sesuai dengan passion yang kita punya,” ucap Wahyudi menambahkan.
Penting bagi mahasiswa baru untuk tidak menelan mentah-mentah omongan senior yang dakik-dakik. Agar tidak salah pilih organisasi kampus. Agar bisa tetap produktif, baik sebagai organisatoris maupun sebagai civitas akademika kampus.
Penulis: Muhammad Ridhoi
Editor: Muchamad Aly Reza
Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News