Ketika Orang Tua Gantikan Anak “Jadi Mahasiswa Baru” untuk Rasakan Kuliah di UGM, Susana Jadi Haru

Ketika Orang Tua Mahasiswa Baru Gantikan Sang Putri Kuliah di Kampus Manajemen UGM Jogja MOJOK.CO

Ilustrasi - Ketika orang tua mahasiswa baru gantikan sang putri kuliah di kampus top Jogja: Prodi Manajemen UGM. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sepasang orang tua menggantikan anaknya kuliah di Prodi Manajemen Fakultas Eknomika dan Bisnis (FEB) UGM Jogja. Sang putri yang seharusnya menjalani rutinitas sebagai mahasiswa baru harus berpulang lebih dulu dua bulan menjelang perkuliahan.

Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu, sepasang orang tua asal Sangkarnihuta, Balige, Toba, Sumatera Utara, tampak hadir di tengah-tengah mahasiswa baru Manajemen UGM pada Rabu (4/8/2024) pagi WIB.

Keduanya adalah orang tua dari mahasiswa baru bernama Marchia R.M. Hutabarat. Putri kelahiran 2006 mereka itu harusnya sudah duduk di bangku kuliah salah satu kampus top di Jogja tersebut, sebagaimana yang sudah ia perjuangkan. Sayang, peristiwa tak terduga di Magelang justru mengubah segalanya.

Menggantikan anak kuliah di Manajemen UGM Jogja

Mengutip Humas FEB UGM, dalam kelas pagi itu, Sebastian dan Imelda memang datang secara khusus menggantikan Marchia: merasakan bagaimana suasana kampus yang harusnya dirasakan oleh putri bungsunya itu. Keduanya lantas bercerita di hadapan para mahasiswa baru Manajemen UGM perihal sosok sang putri.

“Saya membayangkan Marchia ada duduk di tengah-tengah kalian,” tutur Sebastian dengan terisak.

Momen Sebastian dan Imelda menggantikan kuliah sang putri di kelas Manajemen UGM. (Dok. Humas FEB UGM)

Kehilangan, bagaimanapun, memang tak pernah mudah. Saat bercerita, tampak Sebastian berusaha keras menguasai diri. Ia tampak berkali-kali mengatur napas.

Suaranya bergetar setiap kali bercerita. Begitu juga air matanya yang semula tertahan dan menggenang, sontak tumpah yang diiringi dengan isakan.

Perjuangan untuk tembus Manajemen UGM

Marchia lolos Manajemen UGM melalui jalur SNBP 2024 lalu. Kabar yang tentu disambut bahagia oleh keluarga Sebastian.

Bagi Sebastian, lolos kampus top Jogja menjadi pencapaian yang setimpal bagi Marchia. Sebab, Marchia benar-benar belajar keras demi mewujudkan mimpi kuliah di kampus top Jogja tersebut.

“Marchia memiliki kebiasaan belajar hingga larut malam dan terkadang kurang memperhatikan pola makan, sehingga mengidap asam lambung,” ungkap Sebastian.

Sejak masih SMA, kata Sebastian, sang putri pun terbilang menjadi sosok yang cerdas dan tekun. Ia selalu langganan juara kelas.

Oleh karena itu, lolos Manajemen UGM tentu membayar tuntas kerja keras sang putri. Sebelum akhirnya peritsiwa tak terduga terjadi pada Marchia.

Bersiap tinggal di Jogja

Menyambung cerita Sebastian, Imelda lalu dengan “susah payah” menceritakan perihal sang putri yang seharusnya menjadi mahasiswa baru di Manajemen UGM. Ia tak kuasa menahan tangisnya setiap kali mengingat detil kebersamaannya dengan sang putri. Lebih-lebih, Imelda menjadi orang yang menemani Marchia di detik-detik terakhirnya.

Jauh sebelum perkuliahan dimulai (Agustus 2024), pada Juni 2024 Imelda sudah mengajak Marchia ke Jogja. Mempersiapkan segala sesuatu bagi Marchia untuk menjalani hari-hari sebagai mahasiswa di kampus Jogja nanti. Salah satunya mencari kost untuk Marchia tinggal.

Toh di Jogja sudah ada Nada, kakak Marchia yang sudah kuliah lebih dulu. Tepatnya di ISI Yogyakarta. Imelda dan Nada juga sempat mengajak Marchia berkunjung dan melihat-lihat suasana di gedung FEB UGM.

“Marchia sempat foto di depan Gedung Pertamina Tower. Ia bilang kampusnya keren dan sempat merasa minder,” tutur Imelda sambil sesekali menyeka air mata yang terus bercucuran.

Peristiwa tak terduga di Magelang

Inilah bagian paling emosional bagi Imelda: detik-detik terakhir bersama sang putri.

Sebagai bentuk perayaan kecil atas diterimanya Marchia di Manajemen UGM, Imelda sempat mengajak sang putri wisata ke Nepal van Jawa Magelang. Momen wisata tersebut semula baik-baik saja. Marchia pun tak mengeluhkan apapun. Namun, peristiwa tak terduga terjadi saat di penginapan.

“Saat tiba di penginapan, Marchia bilang akan mandi. Setelah 30 menit lebih kok tidak keluar-keluar,” beber Imelda.

“Saya ketuk-ketuk tidak ada sahutan dan akhirnya pintu saya buka, Marchia sudah dalam kondisi pingsan,” sambungnya.

Semula ia mengira bahwa putrinya hanya bercanda. Akan tetapi, saat dibangunkan, Marchia tidak merespons. Sontak Imelda berupaya melakukan pertolongan pertama dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat yang berjarak 15 Kilometer dari penginapan.

“Waktu itu yang terdekat Puskesmas. Itu pun kondisi sepi karena libur Iduladha,” kenang Imelda.

“Saat tiba di sana saya sudah merasa kalau Marchia sudah nggak ada dan ternyata benar,” lanjutnya dengan suara bergetar. Marchia dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (17/8/2024).

Saat kejadian, Sebastian sedang berada di Balige. Karena ia memang tidak ikut berangkat ke Jogja. Kabar meninggalnya sang putri membuat dunianya seolah berhenti. Ia tidak pernah menyangka akan berpisah secepat ini dengan putrinya. Ia merasakan kehilangan yang teramat mendalam karena merasa belum bisa selalu ada dalam setiap momen kehidupan Marchia.

“Saat itu saya ditelepon istri. Ia mengawali dengan bilang jangan kaget, Marchia meninggal. Sontak perasaan saya berkecamuk saat itu karena posisi jauh di Balige, sementara Marchia di Yogyakarta,” ucap Sebastian.

Mahasiswa baru harus bersykur

Kenyataan tersebut tentu pahit bagi Sebastian dan Imelda. Namun, kehidupan masih harus berlanjut. Sebastian dan Imelda merasa bersyukur sudah mendampingi sang putri hingga bisa meraih impiannya kuliah di Manajemen UGM.

Sebastian lantas berpesan pada mahasiswa baru di kelas pagi itu. Butuh perjuangan keras untuk bisa kuliah di kampus top Jogja tersebut. Oleh karena itu, jangan sampai masa kuliah di UGM disia-siakan.

“Jadikan pengalaman dari Marchia ini lebih bersyukur dan peduli. Harapannya ini bisa jadi bahan perenungan, kalian memanfaatkan waktu dengan baik dan jangan menyepelekan soal makan dan lakukan pola hidup sehat,” pesan Sebastian.

Isak tangis kecil terdengar memenuhi ruangan kelas saat itu. Sebagian mahasiswa baru  yang mengikuti perkuliahan menitikan air mata mendengar kisah Marchia. Bahkan dosen pengampu kelas, Rina Herani, turut tak kuasa menahan air matanya.

“Jangan sia-siakan waktu kalian selama kuliah. Kalian bisa kuliah di sini itu privilege yang luar biasa karena tidak semua bisa merasakannya, jadi jangan sia-siakan kesempatan yang ada,” sambung Rina dengan suara bergetar.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA: Diragukan karena Kuliah di Universitas BSI, Saya Malah Bisa Kerja di Perusahaan Besar Sebelum Lulus

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

 

Exit mobile version