Sidang skripsi tanpa pendamping malah ketemu teman yang sudah jadi dosen ITS
Fase berat itu akhirnya terlewat. Teman-temannya di ITS yang kebanyakan sudah cabut dari Surabaya membuatnya datang sidang skripsi seorang diri. Di sana, ia mengantre bersama beberapa adik tingkat yang kebanyakan tak ia kenal.
Uniknya, ia justru tak sengaja bertemu teman seangkatan yang sudah menjadi dosen di ITS. “Ya berarti hitungannya dia bukan menemani. Lha dia juga awalnya nggak tahu kalau aku baru sidang,” kelakarnya.
Saat Mabrur sedang menunggu giliran sidang, ia terhenyak karena tiba-tiba temannya yang baru keluar ruang dosen mendekatinya. Ia lalu menegur, mencoba berbasa-basi bertanya apakah temannya itu masih mengingatnya.
“Ya kita jarang ketemu. Dia lulus cepat lalu ambil S2 jalur fast track, akhir 2023 lalu sudah jadi dosen di ITS,” katanya.
Mabrur tertawa saat mengenang kejadian itu. Namun, menurutnya ada kakak tingkatnya yang lebih parah lagi.
“Ada kakak tingkatku angkatan 2016. Dia sebenarnya sudah mau drop out, tapi mengupayakan ekstensi agar bisa merampungkan skripsi. Dia dapat pembimbing ya teman seangkatannya juga yang sudah jadi dosen,” kelakarnya.
Hal-hal unik ini menemani perjalanannya hingga akhirnya bisa lulus sidang skripsi. Setelahnya, ia buru-buru melakukan revisi dan menyiapkan berkas pendukung agar bisa segera yudisium. Sehingga, bisa cepat-cepat wisuda.
Memboyong orang tuanya ke Surabaya yang sudah lama menanti anak pertamanya menjadi sarjana. Apalagi, Mabrur sebenarnya dulu menjalani delapan semeseter pertama kuliah dengan beasiswa penuh. Telat lulus membuat orang tuanya akhirnya kembali mengeluarkan biaya.
Selain itu, ia sudah mulai berkemas-kemas untuk meninggalkan Surabaya. Kota yang sudah menemaninya lebih dari enam tahun. Masa yang penuh cerita, saksi salah jurusan kuliah, kesepian di masa akhir kuliah, sampai drama kecil menjelang jadi sarjana.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News