Lulusan universitas jadi sarjana pengangguran, orangtua pontang-panting carikan pekerjaan
Tak sekali pun orangtua Juna menyinggung situasi Juna yang menjadi sarjana pengangguran. Bagi orangtua Juna, toh juga baru setahun lulus.
Lagipula, situasi susah cari kerja tidak hanya Juna yang mengalami. Tapi mayoritas masyarakat Indonesia kini mengaku hidup makin serba susah.
“Tapi aku tahu itu omongan untuk menenangkan saja. Aslinya mereka juga prihatin dengan kondisiku,” kata Juna.
Juna menyimpulkan demikian karena dia tahu, orangtuanya diam-diam mencarikannya pekerjaan melalui beberapa kenalan. Walaupun hasilnya tetap saja nihil.
“Di hotel kapan lalu ada posisi jadi petugas kebersihan. Tapi pas baru mau nembung ke pihak hotel, kata bapak, sudah terisi,” kata Juna.
Begitu juga sang ibu yang sempat menawari Juna bekerja sebagai staf TU di SMP tempat sang ibu mengajar. Hanya saja, ibu Juna urung menyarankan Juna mengambil karena gajinya yang jauh lebih rendah dari mahalnya label lulusan universitas.
Kini Juna masih terjebak dalam kamarnya. Hari-hari memantau loker demi loker. Jika dulu dia agak pemilih, kini apapun loker yang tersedia akan dia kirimi lamaran pekerjaan.
Lulusan universitas jadi simbol kegagalan (1)
Situasi serupa juga dialami Ratih (26), bukan nama sebenarnya, lulusan sebuah universitas di Malang, Jawa Timur.
Lulus pada 2021, Ratih dengan gelar S. Hum-nya sempat mengejar banyak potensi profesi yang selaras dengan jurusan yang dia ambil. Sayangnya, hasilnya nihil.
Akhirnya, karena tak tega dengan sang anak yang menjadi sarjana pengangguran, bapak Ratih yang merupakan guru ASN SMA mencari-carikan lowongan ke sekolah tempatnya mengajar. Ratih pun ikut saja, daripada tidak kerja sama sekali.
“Nggak enak juga sama bapak sebenarnya. Dulu waktu aku kuliah dia susah payah. Pokoknya harus menyediakan uang tiap tanggal kiriman dan pas bayar UKT. Eh setelah jadi sarjana, masih tetap merepoti beliau, beliau yang harus mencari-carikan kerja,” ungkap Ratih.
Tak pelak jika Ratih merasa gagal. Label lulusan universitas yang dia sandang bahkan tetap saja gagai dia gunakan untuk mendaftar ASN hingga PPPK.
Jadi simbol kegagalan (2)
Ratih tak bertahan lama ikut mengajar di sekolah. Dia memutuskan berhenti karena merasa: pekerjaannya tidak mengurangi beban apapun dari sang bapak.
Bayangkan, berada di sekolah dalam enam hari seminggu, dari pagi sampai sore, tapi sebulan dia hanya menerima upah Rp300 ribu. Ratih sebenarnya menyadari, memang begitulah nasib guru honorer di Indonesia.
Akan tetapi, Rp300 ribu itu nominal yang terlampau kecil bahkan untuk sekadar mencukupi diri sendiri. Alhasil, kendati sudah ada pemasukan, nyatanya dia tetap masih harus meminta uang dari bapaknya untuk kebutuhan.
“Ada lah gosip-gosip tetangga, kalau lulusan universitas itu bakal jadi sarjana pengangguran. Cuma buang-buang uang. Jadi banyak orangtua di tempatku nggak pengin anaknya kuliah. Lulus SMK kalau bisa langsung cari-cari kerja,” ucap Ratih.
Karena nyatanya memang demikian. Banyak lulusan SMA/SMK di tempatnya yang lulus sekolah bisa bekerja. Seminimal-minimalnya menjadi karyawan minimarket. Tapi gajinya tentu jauh lebih mendingan ketimbang guru honorer yang kebanyakan diisi oleh fresh graduate perguruan tinggi.
Kerjaan jadi tukang sapupun diambil
Merujuk laporan Pemerintah Provinsi Jakarta, saking susahnya sarjana mencari kerja, kini banyak lulusan universitas yang melamar sebagai petugas prasarana dan sarana umum (PPSU). Menjadi pasukan oranye alias tukang sapu.
Untuk pertengah 2025 ini, Pemprov Jakarta sebenarnya membuka kuota sebanyak 1.100 untuk disebar di beberapa tempat. Namun, nyatanya pendaftarnya membeludak lebih banyak dari itu.
Bahkan, kendati syarat jenjang pendidikan untuk mendaftar minimal ijazah SD, tapi pendaftar dengan ijazah S1 pun tak kalah banyak.
Ini adalah gambaran betapa susahnya mencari pekerjaan bagi lulusan universitas di masa sekarang—atau mungkin sudah sejak dulu label lulusan universitas di Indonesia sebenarnya tidak menjamin apapun, selain sekadar bukti pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Lulusan Universitas Jadi Sarjana Pengangguran, Langsung Dituntut Bapak Ganti Rugi Biaya Besar Semasa Kuliah sampai Hidup Kebingungan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












