Cari kos dekat kampus yang harga dan fasilitasnya worth it itu gampang-gampang susah. Sering terjadi, kos yang jaraknya nggak jauh dari kampus mematok harga tinggi, tapi fasilitasnya kurang. Istilahnya harga elit, fasilitas sulit.
***
Mojok ngobrol dengan beberapa mahasiswa dan orang-orang yang pernah kuliah di Universitas Brawijaya, Malang. Mereka pernah kos dekat kampus. Ada yang sudah bayar mahal, tapi ternyata kamarnya hanya bersekat triplek, kamar mandi lumutan, ruang tamu dipakai pengajian, acara warga yang tak habis-habis, wifi macet, kotor, dan macam-macam keluhan lain.
Kos dekat kampus memang mahal
Clarence (20) diledek teman-temannya saat menceritakan harga dan fasilitas kosnya. Semester lalu ia menempati sebuah kos di Watugong, nggak jauh dari kampus Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.
Sejak awal dirinya sudah menyadari kalau harga dan fasilitas yang ia dapat tak sesuai. Harga Rp1 juta per bulan, fasilitasnya kamar mandi luar, wifi lemot, dan fasilitas dapur seadanya.
“Awalnya aku mikir-mikir juga. Pertama, harga hitungannya mahal, kalau seandainya ada kamar mandi dalam juga hitungannya tetap mahal. Kedua, enggak ada AC. Tapi pertimbangan utamanya saya ambil karena lokasinya di belakang kampus persis,” terangnya.
Di kawasan lain, dengan harga segitu, umumnya sudah mendapatkan fasilitas kamar mandi dalam dan berpendingin ruangan. Kekurangannya memang soal jarak agak jauh dari kampus
“Justifikasinya memang karena dekat kampus,” kata Clarence. Beberapa kos yang berlokasi di dekat kampus memasang harga tinggi dengan fasilitas seadanya karena akses yang mudah.
Ia pernah menyampaikan beberapa keluhan kepada pemilik kos. Misalnya, soal wifi yang hanya punya tiga router untuk 30-an kamar. Router ditambah, tapi wifi tetap macet.
Soal dapur dan kulkas yang kotor, Clarence malas ribut dan ribet. Jadi ia tak begitu mempermasalahkan tapi mangkel dikit.
Sirkulasi udara yang tak didapat di kos lain
Di Watugong, penduduk cenderung tak sepadat daerah Kerto. Mobil bisa mengakses kos Clarence. Kebetulan saat survei, ia bawa mobil dan sasarannya memang bukan kos di gang-gang sempit.
Bagi Clarence kosnya adalah win win solution karena ia mencari sirkulasi udara yang cukup. Pemilik kos pun tak resek.
“Kamarku kebetulan dapat yang deretan depan, jadi sangat amat cukup ada jendela besar langsung keluar dan kamar mandi bersih,” katanya. Udara Malang yang dingin sudah cukup tanpa AC.
Setelah 1 tahun, sekarang kosnya sudah habis. Ia sedang menjalani magang di kota lain. Namun, jika ia kembali ke Malang, ia bersedia menempati kos itu lagi. Kos yang harganya elit, fasilitas sulit, tapi bisa ia tempuh berjalan kaki.
Kos dekat kampus yang kotor dan hawa mistisnya yang kuat
Cerita kos dekat kampus di Malang juga Nisa (22) sampaikan kepada Mojok. Saat itu di akhir tahun 2021, kampus sedang masa percobaan kuliah hybrid. Nisa (22) ingin ikut kuliah di kelas dan memutuskan mencari kos agar tak bolak-balik ke rumah yang jaraknya cukup jauh.
Namun, Nisa hanya tahan dua minggu di kos yang baru ia tempati. Tak sekalipun ranjang pernah ia pakai. Kalau malam ia tetap kembali ke rumah neneknya.
Sejatinya ia mengambil kosan tersebut karena sangat dekat dengan kampus. Sama seperti Clarence, ia tinggal jalan kaki ke UB. Sayang rencana itu tak berjalan mulus sebab kos yang ia tempati membuatnya tak nyaman.
“Siang siang aja udah creepy. Kosan suram, sepi, enggak ada suara padahal pinggir jalan. Kalau malam datang, kayak ada orang mondar-mandir di depan balkon,” katanya.
Suatu malam ia pernah mencoba tidur di kos tapi hawa suram tak tertahankan. Alhasil ia kembali pulang ke rumah nenek. Ia pun jatuh sakit pasca-percobaan menginap di kos itu.
Baca halaman selanjutnya…
Bapak kos rumah mistis yang resek