Seorang penerima bantuan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dianggap hidup mewah gara-gara koleksi skin Mobile Legends miliknya. Padahal sebenarnya ia hidup cukup sederhana
***
Binar* (23), bukan nama sebenarnya, adalah lulusan baru dari sebuah kampus negeri di Jawa Barat. Ia salah satu dari ratusan orang di angkatannya yang menerima beasiswa Bidikmisi (sekarang KIP Kuliah). Karena memang ia berangkat dari keluarga pas-pasan.
“Di 2019 itu, kakak gua baru lulus kuliah, abang gua juga baru menikah, sementara nyokap cuman bikin kue kalo ada orderan. Kalau dihitung-hitung, walau milih UKT terendah pun, tetap bakal susah buat bayar semesteran,” ujar Binar, Sabtu (11/5/2024).
Satu hal yang pasti, Binar tidak mengakali pihak kampus. Binar menegaskan bahwa ia mengikuti prosedur pendaftaran KIP Kuliah dengan jujur.
Untuk mendapatkan KIP Kuliah, pertama ia harus mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di kelurahan.
“Habis urus SKTM pun tetap bakal ada yang datang ke rumah, survei. Dulu, sih, seketat itu,” jelas Binar.
Selain survei rumah, mahasiswa yang datang juga membagikan kertas pertanggung jawaban ke tetangga-tetangga Binar.
“Pokoknya empat rumah, tetangga samping, depan, belakang. Itu mereka harus tanda tangan juga,” jelasnya.
Mereka harus menyetujui pernyataan kalau Binar memang layak mendapat KIP Kuliah. Setelah itu, tampak luar dan dalam rumahnya difoto sebagai bukti.
Kena Framing uang KIP Kuliah habis untuk beli skin Mobile Legends
Di tahun pertama kuliah, tidak ada teman yang mempersoalkan KIP Kuliah yang Binar terima. Karena memang sehari-hari ia tampak sangat sederhaan. Namun, sejak tahun kedua kuliah, mulai muncul isu kalau penampilannya biasa saja karena uang KIP Kuliah-nya habis untuk beli skin Mobile Legends (ML). Isu itu menyebar dengan cepat.
“Nggak sama sekali, duit (KIP Kuliah) gua nggak sampai habis buat beli skin. Itu gua di-framing,” sangkal Binar agak tersinggung.
Isu ini berawal saat salah satu teman Binar mabar ML dengannya. Binar memang memiliki koleksi skin lumayan banyak. Hampir semua karakter di gim itu ia punya skin-nya. Mulai dari skin-skin biasa sampai ke sejumlah skin epic, salah satu jenis skin yang mahal. Namun, Binar mengakui bahwa memang banyak juga skin koleksinya yang ia beli menggunakan uang KIP Kuliah.
“Tapi gua cuman top up kalo ada event gacha aja. Itu pun biasanya gua kasih batas, ngak boleh lebih dari Rp200 ribu,” katanya membela diri. Menurutnya, kalau beli skin lewat event gacha jatuhnya lebih murah, dan karena itu pula koleksi skin-nya jadi banyak.
Binar merasa kalau pengeluaran dana KIP Kuliah-nya tiap semester lebih besar nominalnya untuk keperluan kuliah. Namun, untuk frekuensinya sendiri, pengeluaran untuk keperluan kuliah dan beli skin tidak terlalu berbeda.
“Kalo frekuensi, nggak jauh beda, sih. Pokoknya semisal ada event, gua pasti top up,” katanya.
Sudah beberapa kali Binar mencoba meluruskan isu yang beredar, tapi teman-temannya sudah terlanjur mengecapnya sebagai penghambur uang KIP Kuliah untuk skin ML. Terlebih Binar memang terlihat sangat sering main ML. Hampir setiap hari.
Prioritaskan keperluan kuliah
Binar mengaku kalau dana KIP Kuliah yang ia terima lebih sering bersisa. Ia juga mengatakan kalau untuk kebutuhan sehari-hari, seperti uang transportasi dan makan, orang tuanya masih sanggup membiayai.
“Sebenarnya buat kebutuhan sehari-hari masih nutup sama orang tua. Yang nggak nutup itu emang UKT-nya aja,” ungkapnya.
Sejak SMA, Binar sudah diberikan motor untuk transportasi. Ditambah jarak rumahnya dengan kampus yang tidak jauh, membuatnya semakin irit ongkos perjalanan. Biaya hidupnya per bulan, karena masih ditanggung orang tua, sebenarnya hanya sekitar Rp500 ribu. Yakni untuk keperluan makan, minum, jajan, dan bensin.
Maka, dana-dana sisa itulah yang kemudian ia gunakan untuk membeli hal-hal lain di luar keperluan kuliah, termasuk untuk beli skin ML.
Barang-barang lain yang pernah Binar belanjakan dengan uang KIP Kuliah di antaranya adalah baju dan perangkat elektronik yang memang masih ada hubungannya dengan perkuliahan.
“Paling beli baju, kaos-kaos gitu. Itu pun dipakai buat kuliah juga. Pernah sekali, beli mouse sama tatakannya Rp400 ribu,” ungkap mahasiswa asal Depok tersebut.
Binar sendiri merasa kalau ia sudah cukup bertanggung jawab menggunakan dana KIP Kuliah. Ia selalu mengutamakan pengeluaran untuk keperluan kuliah terlebih dulu. Seperti misalnya saat Pandemi Covid-19, ia mendistribusikan uang KIP Kuliah untuk keperluan kouta. Termasuk juga untuk pembelian buku-buku wajib kuliah, dana KIP Kuliah pun akan Binar prioritaskan untuk membelinya terlebih dulu.
Penerima KIP Kuliah bebas belanjakan uangnya
Menurut Binar, selama si penerima dana KIP Kuliah bertanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan kuliahnya, mereka bebas menggunakan uang sisanya untuk keperluan lain.
“Selagi lu udah nutupin kebutuhan kuliah, selagi lu survive, IPK lu aman, menurut gua gak masalah nge-spend ke hal-hal di luar kuliah,” katanya. Toh, kata Binar, tidak ada aturan dari kampus perihal apa saja yang boleh dan tidak boleh kebeli dengan uang KIP Kuliah tersebut.
Akan tetapi, Binar memang agak menyayangkan dengan adanya dana KIP Kuliah yang salah sasaran. Yakni dana KIP Kuliah yang justru diterima oleh mahasiswa dari kalangan orang mampu.
“Cara-caranya gua tahu. Ada yang ngumpetin perabotan rumahnya, malah ada yang pindah ke rumah neneknya,” ungkapnya.
Sejauh ini, kasus paling parah yang pernah ia temui adalah tetangganya sendiri.
“Rumahnya gede, ada enam kamar. Dan mereka juga punya kontrakan. Tapi, kok, anaknya ikut KIP Kuliah. Pas ada survei, ternyata mereka pindah ke kontrakan,” ungkap Binar setengah kesal.
Penulis: Voja Alfatih
Editor: Muchamad Aly Reza
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News