Dalam urusan skripsi, Universitas BSI mengarahkan betul para dosen pembimbing agar tidak mempersulit mahasiswanya. Alhasil, banyak mahasiswa bisa lulus tepat waktu dan tak mengeluhkan proses skripsian seperti banyak mahasiswa di kampus lain.
***
Sudah bertahun-tahun, tapi dosen pembimbing (dosbing) yang suka ilang-ilangan dan suka mempersulit mahasiswa saat skripsi masih menjadi penyakit di banyak kampus tanah air.
Kondisi ini menjadi salah satu hal yang membuat mahasiswa menganggap skripsi sangat menyeramkan.
Saya mencoba mengetik “bunuh diri karena dosen pembimbing” dan “depresi karena dosen pembimbing” di mesin pencari. Hasilnya, sejak 2020 terjadi rentetan kasus bunuh diri mahasiswa lantaran depresi. Penyebabnya, skripsi tak kunjung beres akibat sikap dari dosen pembimbing.
Ini belum termasuk curhatan-curhatan di media sosial, khususnya di Quora dan X, yang masih berlangsung hingga saat ini: mahasiswa stres hadapi dosbing.
Saya sendiri sempat memawancara seorang mahasiswa yatim di kampus Salatiga. Ia yang sakit-sakitan harus terseok-seok saat proses skripsi gara-gara si dosen pembimbing terkesan mempermainkannya.
Dosen pembimbing Universitas BSI selalu tepati janji
Cerita mahasiswa stres hadapi dosen pembimbing pun sangat sering Andi (23) dengar. Karena begitulah yang teman-temannya alami.
Andi kuliah di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Fatmawati pada 2020. Pada 2024 ini, ia merampungkan skripsinya: lulus tepat waktu delapan semester.
Sementara kebanyakan teman-teman SMA Andi yang kuliah di kampus lain mengeluh dan terkesan sangat lelah skripsian, gara-gara dosen pembimbing ruwet dan suka ilang-ilangan.
“Dosbing di Universitas BSI komitmen pada waktu. Misalnya sudah diatur jadwal (tetap) bimbingannya Kamis, ya Kamis itu dosbing akan stay di kampus, nggak ngilang,” ujar pemuda asal Cinere, Depok, Jawa Barat tersebut saat berbagi cerita, Sabtu (14/9/2024) petang WIB.
“Kalau konsultasi lewat WA pun pasti dijawab, fast response. Dosen pengajar pun begitu kalau di Universitas BSI, tiap ditanyai di WA pasti fast response,” ungkapnya.
Hal itu sangat membantu Andi dalam merampungkan skripsinya tepat waktu. Sehingga bisa lekas lulus dan bisa fokus kerja. Ia pun cukup beruntung karena sebelum lulus, ia sempat magang di sebuah perusahaan dan kini ia dikontrak sebagai karyawan tetap.
Model skripsi yang tak merepotkan mahasiswa
Selain dosbing yang komitmen pada jadwal dan janji, model skripsi di Universitas BSI bagi Andi benar-benar lebih efisien. Sehingga tidak merepotkannya.
“Skripsinya paperless, nggak pakai print out. Jadi full online. Itu memudahkan banget, sih, mahasiswa nggak perlu habis uang buat nge-print,” tutur sarjana Sistem Informasi tersebut.
Ia merasa sangat beruntung dulu memilih kuliah di Universitas BSI. Sebab, ketika lulus SMA, Andi sempat mendaftar di beberapa kampus negeri mengikuti kebanyakan temannya. Namun, Andi tak lolos. Ia lantas memilih Universitas BSI.
Kampus swasta tersebut sempat melakukan sosialisasi di SMA Andi. Dari situ Andi menilai, sepertinya kuliah di Universitas BSI menawarkan banyak hal. Dua di antaranya sudah Andi rasakan hasilnya: lulus tepat waktu karena skripsi dan dosen pembimbing yang tak ruwet serta bisa kerja bahkan sebelum lulus.
Dosen pembimbing yang sangat telaten
Hal senada juga Sri Wulandari (23) ungkapkan, mahasiswa Sistem Informasi yang juga dari Universitas BSI Kampus Fatmawati. Wulan belum lama ini melangsungkan sidang skripsi. Mahasiswa angkatan 2020 itu kini tinggal menunggu waktu wisuda.
“Aku dapat dosbing yang telaten banget, sih. Ramah juga. Misal ada kesulitan dan aku bingung, kalau tanya pasti dijawab dengan telaten,” kata Wulan, Kamis (12/9/2024) siang WIB.
“Kalau kita udah janjian gitu, pasti bisa ketemu sama dosbing. Nggak ada kejadian tiba-tiba dibatalin,” imbuh perempuan yang tinggal di Pondok Labu, Jakarta Selatan itu.
Tak ada alasan sulit dihubungi
Miwan Kurniawan Hidayat (42) mengenang masa-masa dulu saat ia menjadi mahasiswa akhir. Demi lulus, ia mengejar-ngejar dossen pembimbing hingga di kediamannya untuk bimbingan skripsi.
Tapi itu kan dulu. Kata Miwan—yang saat ini menjabat Kaprodi Teknik Industri Universitas BSI Kampus Kramat 98 Jakarta Pusat—perangkat komunikasi makin canggih dan beragam. Harusnya tidak ada lagi alasan dosen sulit dihubungi.
“Sekarang ada WA. Ya apa susahnya menjalin komunikasi antara dosen pembimbing dan mahasiswa?” Begitu tanya Miwan retoris.
Arahan khusus untuk dosen pembimbing di Universitas BSI
Miwan mengajar di Universitas BSI sejak 2004. Ia lalu menjabat sebagai Kaprodi Teknik Industri sejak 2019.
“Di Universitas BSI ada arahan dan sistem lah, bagaimana agar dosen pembimbing ini benar-benar membimbing mahasiswa, tidak mempersulit, tidak boleh ada gratifikasi,” terang Miwan saat dihubungi, Sabtu (14/9/2024) pagi WIB.
“Bahkan saya sendiri saja komitmen bisa dihubungi kapanpun kalau bimbingannya online. Kalau offline, hubungi saja buat janjian ketemu, dan saya akan temui di waktu janjian itu,” lanjut akademisi jebolan Universitas Pasundan (S1), Binus (S2), dan Trisakti (S3) tersebut.
Selama menjadi Kaprodi, Miwan mengaku ada beberapa laporan mahasiswa yang mengeluhkan perihal sulitnya dosen pembimbing yang membimbingnya skripsi. Miwan tak tinggal diam.
“Hal pertama yang kami lakukan adalah klarifikasi, terus dicari tahu titik masalahnya. Kalau misalnya salahnya di dosen pembimbing, maka kami arahkan. Begitu juga sebaliknya,” jelas Miwan.
Catatan untuk mahasiswa dan dosen
Setidaknya ada tiga catatan Miwan untuk mahasiswa agar tak merasa kesulitan saat skripsi. Baik dalam proses pengerjaan maupun saat menghadapi dosen pembimbing.
Pertama, kerjakan skripsi sesuai yang dibidangi atau dikuasai isunya oleh si mahasiswa. Itu hal penting dalam menunjang kelancaran skripsi. Sebab, akhirnya banyak mahasiswa yang merasa skirpsi sulit itu ya karena sebenarnya tak menguasai topik yang sedang ditulis.
Kedua, kalau menghubungi dosen pembimbing harus tahu waktu. Si dosen pembimbing mungkin terkesan enakan. Tapi itu tidak jadi alasan mengirim pesan di jam-jam tengah malam. Ketiga, gunakan bahasa yang santun.
“Nggak mesti formal ya, karena bahasa berkembang. Dosen pun juga harus sadar soal itu. Jangan misalnya kalau nggak formal jadi masalah. Pokoknya yang penting santun, subtansi pesannya ketangkep,” terang Miwan.
Di Universitas BSI lulus tak hanya pakai skripsi
Khususnya di Prodi yang Miwan pimpin, ia menawarkan syarat kelulusan yang beragam, tak cuma mengerjakan skripsi.
Mahasiswa di Universitas BSI bisa lulus dengan jalan konversi atau rekoginisi melalui output lain yang bobotnya setara dengan bobot skripsi.
“Misal, karya ilmiah yang tayang di jurnal internasional, menemukan model atau konsep (paten) yang sesuai dengan jurusan, atau punya temuan atau ciptakan produk apa. Nah, itu bisa direkognisi setara skripsi, sehingga dianggap sah untuk lulus,” tandas Miwan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA: Diragukan karena Kuliah di Universitas BSI, Saya Malah Bisa Kerja di Perusahaan Besar Sebelum Lulus
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News