Kenaikan UKT kampus yang tak masuk akal dan sedang jadi buah bibir ini akhirnya sampai ke telinga orang tua calon mahasiswa. Tak pelak, ketakutan pun menyergap, bahkan akhirnya ada yang menyerah. Tapi, ada salah satu kampus yang mungkin bisa jadi jawaban untuk para calon mahasiswa yang ingin kuliah, tapi terbatas dananya. Tak lain, tak bukan, kampus tersebut adalah Universitas Terbuka.
***
“Ora wani, Mas, aku ora iso mbayar.”
Yuni (64) mengatakan hal tersebut dengan nada pasrah yang begitu dalam. Mimpinya untuk menguliahkan anak bungsunya di UGM pupus karena tahu dia tidak akan sanggup membayar UKT. Berita kenaikan UKT Unsoed lah yang bikin Yuni dan suaminya khawatir dengan masa depan anaknya.
Meski anaknya masih SMA, tapi rencana menguliahkan anak sudah mereka siapkan sejak dini. Mereka sudah menabung sejak anak bungsunya masih SMP, sebab tahu biaya kuliah anak zaman sekarang begitu mahal. Pemasukan yang sebenarnya lumayan pun tak bikin mereka bisa tenang menatap masa depan.
Yuni sendiri pensiunan pegawai pabrik, sekarang buka bisnis katering kecil-kecilan. Suaminya pensiunan PNS, tapi jadi sopir pribadi dan buka bisnis rental mobil. Pemasukan mereka sebenarnya amat lumayan, terlebih untuk hitungan warga kabupaten. Tapi mereka sadar betul, pemasukan mereka tak bisa mencukupi biaya kuliah.
Rencana Yuni dan suaminya untuk menguliahkan anaknya di UGM sebenarnya masuk akal. Mereka ingin anaknya punya nasib yang jauh lebih baik, karena tahu lulusan UGM punya peluang yang lebih baik nantinya di dunia kerja. Tapi sebenarnya tak kuliah di UGM pun tak masalah, mengingat dua anaknya yang lain tidak kuliah di UGM, tapi tetap bisa berdikari.
“Nggak UGM nggak apa-apa, Mas. Cuma kalau bisa UGM, ya lebih baik. Tapi mau diusahakan gimana, kampus lain yang bukan UGM wae wis larang, apalagi UGM?”
Gara-gara UKT, melirik UT
Berita kenaikan UKT Unsoed memang jadi pertimbangan Yuni. Kenaikan sebesar 100 persen tentu bikin orang tua mana pun kaget. Meski aturan tersebut dicabut, tak bikin Yuni merasa tenang.
“Takutnya kampus lain yang ikut-ikutan naik nggak ikut mencabut aturan, Mas. Apalagi UGM kan udah terkenal lebih mahal. Anakku yang nomor dua juga kuliah di Jogja, tapi bayarannya nggak semahal temen-temennya yang kuliah di UGM.”
Yuni bercerita bahwa dia sudah menceritakan ketakutannya pada anaknya, dan anaknya bisa menerima. Toh, anaknya nggak memaksa. Katanya nggak masalah kalau sekolah sambil kerja. Rencananya, anaknya akan kuliah di Universitas Terbuka saja kalau memang tidak bisa kuliah di luar kota.
“Tapi ya orang tua mana sih Mas yang kuat melihat mimpi anak hancur gara-gara dana? Kuliah kok yo larang banget.”
Universitas Terbuka memang kerap jadi tujuan orang-orang yang ingin kuliah sambil kerja. UKT-nya pun tidak mahal, bahkan bisa dibilang remah-remah jika dibanding, katakanlah rencana kenaikan UKT Unsoed. Grantino Gangga (27), adalah salah satu orang yang memutuskan kuliah di UKT karena kendala dana dan pekerjaan.
Bisa sambil kerja
Grantino adalah salah satu pemuda yang tertabrak kenyataan hidup: pengin kuliah, tapi keadaan memaksa bilang tidak. Tentu saja karena salah satu alasannya adalah UKT yang kelewat tinggi.
“Jadi dulu aku nggak kuliah ki mergo masalah ekonomi ya, Mas. Dulu kan gaji bapakku hanya pas-pasan, terus aku punya keinginan pengen masuk TNI juga wkwk. Tapi nggak lolos. Akhire aku memutuskan untuk kerja wae. Soale emang aku pengen bisa jajan pakai duitku dewe gitu lho. Besok nek semisal enek rezeki dan berhasil nabung, rencanane malah pengen tak nggo kuliah. Awal kerja ning Pizza Hut tahun 2015.”
Setelah bekerja beberapa tahun, keinginan untuk kuliah masih begitu tinggi. Akhirnya, Grantino mulai mencari-cari info kampus. Tapi, satu masalah: dia merasa terlalu tua untuk kuliah di kampus biasa, dan dia pun masih harus bekerja.
“Atas rekomendasi kancaku yang juga kuliah di Universitas Terbuka, aku ikut kuliah di sana. Tapi pas kui, kuliah e backstreet. Soalnya, nggak setiap perusahaan bisa menerima karyawan yang juga nyambi sekolah. Yoo, kayak anak SMP yang takut ketauan pacaran gitu.”
Baca halaman selanjutnya