Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Jalan Selokan Mataram Sleman: Ruwetnya Jalan Sumber Derita Mahasiswa

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
15 Oktober 2023
A A
Jalan Selokan Mataram Sleman- Ruwetnya Jalan Sumber Derita Mahasiswa MOJOK.CO

Ilustrasi Jalan Selokan Mataram Sleman- Ruwetnya Jalan Sumber Derita Mahasiswa

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Banyak kebut-kebutan dan pengendara tak pakai helm

Apalagi, Faris juga sesekali mengendarai mobil. Sudah pasti ia menghindari jalan tersebut kecuali sedang benar-benar kepepet.

Saat hari mulai malam dan volume kendaraan berkurang, tantangan lain datang. Menurut Faris, saat malam banyak pengendara kebut-kebutan di sepanjang Jalan Selokan Mataram Condongcatur Sleman. Sudah begitu, penerangan jalan di sana juga termasuk kurang.

“Malam itu beberapa kali aku menyaksikan ada kecelakaan. Pas di tikungan. Mereka ngebut di situ,” katanya.

jalan selokan mataram sleman.MOJOK.CO
Remang di Jalan Selokan Mataran saat malam (Hammam Izzuddin.MOJOK.CO)

Apalagi, jalan ini memang dekat dengan permukiman. Menurut Faris, banyak orang yang memperlakukan Jalan Selokan Mataram seperti jalan kampung sehingga banyak yang tidak menggunakan helm. Padahal, volume kendaraannya cukup padat.

“Di jalan itu senggol-senggolan sering terjadi. Saking padatnya,” keluhnya.

Selain Faris, saya juga berbincang dengan Tasya (22), perempuan yang sudah empat tahun tinggal di kos sekitar Jalan Wahid Hasyim. Ia mengaku sudah terbiasa dengan kepadatan di jalan itu.

Namun, dulu hal yang paling membuatnya kesal adalah keberadaan pak ogah yang niatnya mengatur lalu lintas, tapi menurutnya tambah bikin semrawut. Sebelum simpang empat Outlet Biru memiliki APILL seperti sekarang, pak ogah kerap membantu menyeberangkan pengendara yang hendak melintas.

“Sayangnya itu satu perempatan ada tiga bahkan lebih orang yang mengatur. Malah tambah bikin bingung kalau menurutku,” paparnya.

Uji coba rekayasa lalu lintas yang belum sepenuhnya berhasil di Jalan Selokan Mataram

Setelah proses kajian bersama Forum Lalu Lintas Kabupaten Sleman, Dishub Sleman baru memasang APILL di titik simpang empat Outlet Biru pada pertengahan 2023 ini. Namun, sebenarnya, beberapa tahun lalu sempat ada pemasangan APILL tapi hanya bertahan sebentar.

Pada awal 2023 ini, sebelum pemasangan APILL, Jalan Selokan Mataram dari di sisi barat Outlet Biru sempat berlaku satu arah. Namun, pasca pemasangan APILL kembali bisa diakses dari dua arah.

Lampu APILL saat ini cukup membantu mengatur kesemrawutan. Namun, masih banyak warga Jogja yang mengeluhkan kepadatannya. Salah satunya warga Jogja bernama Seno Wibowo (35) yang beranggapan lampu merah di jalan itu juga tidak menjadi solusi. Pada 2015-2017, ia sempat bekerja di Jalan Wahid Hasyim dekat Selokan Mataram sehingga cukup familiar dengan kepadatan di sana.

“Masang lampu merah itu bikin tambah macet. Ini yang sulit,” katanya.

Terlebih di sana jarang ada polisi yang mengatur kepadatan lalu lintas. Sebab, jalannya memang kecil dan terkesan penghubung antar kampung semata. Padahal volumenya kendaraannya terbilang tinggi.

“Intinya, jalan selokan Mataram itu menyebalkan karena sudah kadung semrawut tapi solusi untuk mengatasinya kayak nggak ada selain kesadaran pengendara. kayak ada masalah tapi nggak bisa diapa-apain,” paparnya.

Iklan

Selokan legendaris yang selamatkan warga Jogja dari romusha

Selokan Mataram atau Kanal Yoshiro sepanjang 30,8 km ini dibangun pada masa pendudukan Jepang. Ini tidak lepas dari strategi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang tidak ingin warganya menjadi romusha, atau pekerja paksa Jepang. Para pekerja itu akan dikirim Jepang untuk membangun sarana dan prasarana guna mendukung upaya perang  melawan Sekutu di Pasifik.

Kepada Jepang Sultan HB IX mengatakan kalau Yogyakarta merupakan daerah kering, ia kemudian meminta Jepang untuk membangun saluran irigasi guna menghubungkan Sungai Progo di sisi barat dan Sungai Opak di sisi timur. Tujuannya agar lahan pertanian di Yogyakarta dapat ditanami padi dan memenuhi kebutuhan pangan warga Yogyakarta dan pasukan Jepang.

Strategi Sultan HB IX itu berhasil, warga Yogyakarta terhindari menjadi romusha, atau pekerja paksa. Nah “derita romusha” ini yang sekarang dirasakan oleh orang-orang seperti pekerja maupun mahasiswa Jogja yang melewati jalan Selokan Mataram. Khususnya derita pada jam-jam tertentu.

Pantauan Mojok, beberapa titik jalan itu juga berlubang. Kondisi yang sebenarnya cukup membahayakan pengendara. Saat malam, penerangan pun begitu remang. Hal ini semakin memperparah kondisi Jalan Selokan Mataram.

Beragam rekayasa lalu lintas seakan masih sulit mengurai kemacetan dan kesemrawutan jalan ini. Barangkali, Jalan Selokan Mataram Sleman ini memang jadi tempat untuk menguji kesabaran warga Jogja dan mahasiswa perantau dari berbagai daerah yang tinggal di sekitarnya. Meski tak seberat derita romusha, tetap saja melewati Jalan Selokan Mataram dengan segala masalahnya adalah sebuah keterpaksaan.

Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kisah Pilu di Jalan Seturan Raya Sleman: Lelaki Kehilangan Rumah dan Perempuan Malang yang 13 Tahun Terpisah dengan Anak

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2023 oleh

Tags: jalan selokan mataramJogjaMahasiswa Jogjasleman
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.