Sungguh-sungguh Terjadi, Seorang Petani di Trenggalek Membangun Jembatan dari Uang Hasil Judi

Seorang Petani di Trenggalek Membangun Jembatan dari Uang Hasil Judi.mojok.co

Ilustrasi Seorang Petani di Trenggalek Membangun Jembatan dari Uang Hasil Judi (Mojok/Ega Fansuri)

Judi memang menyesatkan. Kecanduan judi ibarat masuk lingkaran setan, di mana kita hanya akan berputar pada siklus emosi, kekerasan, dan berbagai kekalahan yang bikin finansial kacau.

Banyak studi pun juga telah membuktikan, efek adiksi dari berjudi hanya akan merusak mental sang pemain. Mulai dari kecemasan, stres, dan depresi. Tak sedikit juga kasus orang mengakhiri hidup gara-gara kalah berjudi.

Namun, ada-ada saja sikap unik dan random dari para pelaku judi. Misalnya, baru-baru ini Mojok menulis liputan berjudul “Mahasiswa Jogja Merampok 10 Pinjol Ilegal Buat Slot dan Membayari UKT Teman Kuliah”. Dalam tulisan tersebut, narasumber Mojok mengaku pernah membantu temannya membayar uang kuliah dari duit hasil pinjol dan berjudi. Sifat setan dan malaikat menjadi satu.

Hal unik serupa, ternyata juga pernah dilakukan seorang petani asal Trenggalek, Jawa Timur, yang membangun jembatan desanya dari duit hasil judi.

Bangun jembatan setelah menang judi Rp1 miliar

Kejadian unik itu dialami oleh warga Dusun Telasih, Desa Parakan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Seorang buruh tani bernama Suradi, memperbaiki jembatan desanya setelah berhasil menang Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB)–judi lotre masa Orde Baru.

Mengutip laporan surat kabar Suara Pembaruan edisi 26 Desember 1991, Suradi berhasil memenangkan undian lotre SDSB edisi 29 senilai Rp1 miliar.

Awalnya, pada pertengahan Desember 1991, Suradi membeli kupon lotre seharga Rp1.000. Kalau mengikuti kurs sekarang, uang segitu paling tidak bisa buat membeli 2 kilogram beras.

Dua minggu berselang, ternyata angka yang Suradi beli keluar. Tak tanggung-tanggung, ia menang 6 angka dan berhak atas hadiah utama Rp1 miliar.

Setelah menjadi kaya mendadak, nyatanya Suradi tak lupa dengan para tetangganya. Petani yang juga berjualan bambu di pasar ini menyadari bahwa kondisi jembatan di desanya sudah rusak.

Maka, ia pun berinisiatif memperbaiki jembatan itu dari duit hasil judi SDSB. Total uang yang ia keluarkan buat pembangunan Rp117 juta. Warga desa pun menamainya dengan “Jembatan SDSB” sebagai bentuk “apresiasi”.

Belum jelas apakah jembatan tersebut masih ada hingga sekarang. Namun, banyak warganet menduga kalau jembatan di Desa Parakan adalah jembatan SDSB itu. Hanya saja sudah mengalami beberapa kali perbaikan. Hal tersebut berdasarkan titik lokasi dan bentuk konstruksi bangunan.

 

Jembatan di Desa Parakan, Trenggalek yang diduga bekas ‘Jembatan SDSB’ (dok. Google Street View)

Baca halaman selanjutnya…

Jadi candu di masa Orba, dari Marinir hingga tukang becak pernah menang Rp1 miliar

Judi lotre SDSB memang jadi candu di masa Orde Baru

Fyi, SDSB sendiri merupakan judi yang legal di masa kepemimpinan presiden Suharto. Program undian yang dikocok tiap dua minggu ini berlangsung dari 1991-1993. 

Sebelum adanya SDSB, masyarakat sudah akrab dengan undian sejenis. Seperti undian Pekan Olahraga dan Ketangkasan (Porkas) dan Sumbangan Sosial Berhadiah (SSB). Masyarakat mengenalnya dengan sebutan lotre buntut atau lotre toto raga. Setelah MUI mengharamkan “sumbangan berkedok judi” itu, pada akhir 1990, Suharto kemudian bikin program SDSB. 

Narasumber Mojok, Wagino (76), ingat betul bagaimana ia dan kawan-kawannya kecanduan SDSB. Kata Wagino, dulu ada dua jenis kupon.

“Pertama, kita milih sendiri angka-angkanya. Satu lagi kita beli acak di dalam amplop,” katanya, Minggu (18/2/2024). Harganya sendiri beragam, mulai dari Rp500 sampai Rp1.000, tergantung jumlah angka yang mereka beli. Makin banyak nomor yang tertebak, makin besar juga hadiahnya.

Ilustrasi kupon lotre SDSB yang beredar di masa Orde Baru (dok. Edelweiss99)

Wagino mengaku, dulu dirinya bahkan sampai harus bikin “buku ramalan” untuk menebak angka-angka yang akan ia beli. Bahkan, minta nomor ke tempat keramat alias nyanggar pun kerap ia lakukan.

Sayangnya, seumur hidupnya, ia belum pernah merasakan kemenangan. Yang ia tahu, tetangga desanya di Wonogiri sempat menang tiga angka. “Dapat beberapa juta,” kata dia. “Kalau sekarang lebih mirip togel,” sambungnya.

Marinir hingga tukang becak pernah menang juga

Selain Suradi, sang petani asal Trenggalek, menang judi SDSB juga pernah dirasakan seorang marinir hingga tukang becak. 

Suseno, seorang kapten marinir, memenangkan lotre SDSB sebesar Rp1 miliar pada Mei 1991 lalu. Sementara kisah Sayat, tukang becak asal Magelang yang juga dapat undian Rp1 miliar, bisa pembaca simak di liputan Mojok berjudul “Sungguh-sungguh Terjadi, Seorang Tukang Becak di Magelang Dapat Uang Rp1 Miliar dalam Semalam” berikut ini.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Semalam Menang Judi Slot Rp17 Juta, tapi Aku Pilih Berhenti Selamanya

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version