Kawasan Malioboro hingga Tugu Jogja merupakan ikon pariwisata bersejarah yang tak pernah sepi. Di sekelilingnya juga terdapat bangunan tua hingga cagar budaya, sebagian masih terawat namun ada beberapa yang terbengkalai penuh misteri.
Sejak lama, saya menyimpan rasa penasaran dengan sejumlah gedung besar yang bertahun-tahun terbengkalai yang ada di antara Malioboro hingga Tugu Jogja yang masuk kawasan Sumbu Filosofi. Kadang mengherankan, di lokasi yang sangat strategis, bangunan-bangunan ini seperti terabaikan.
Sampai akhirnya, saya mencoba menelusuri kawasan sekitar Tugu Jogja pada Selasa (20/2/2024). Perjalanan saya awali dari Jalan Sudirman, lokasi penuh gedung hotel dan perkantoran besar.
Namun, di samping Gedung OJK yang megah, teronggok sebuah gedung yang terbengkalai. Dari luar, tampak cat putih yang sudah memudar jadi kecoklatan. Lapuk dan penuh tumbuhan rambat di sekitarnya.
Halaman depan gedung itu juga penuh semak belukar. Gerbangnya terkunci dan tertera larangan masuk tanpa seizin pemilik gedung.
Saya lantas pergi ke gedung OJK, bertanya kepada satpam yang berjaga di sana. “Mau bikin konten uji nyali ya Mas?” kelakar satpam Gedung OJK bernama Biantoro.
Menurutnya, banyak orang yang datang hendak membuat konten uji nyali. Gedung ini sudah mendapat julukan sebagai “Bank Gaib” karena konten yang viral di YouTube.
“Saya nggak tahu persisnya, tapi sejak kerja di sini 2-3 tahun lalu gedung sebelah sudah terbengkalai,” katanya.
Menelusuri street view di Google Maps hingga 2015, ternyata gedung itu juga kondisinya sudah tak terawat. Bedanya, pada 2015 gerbang depan masih terbuka dan semak belukar di halaman belum sebanyak sekarang.
Sejarah gedung bank bangkrut sehingga terbengkalai di dekat Tugu Jogja
Berbekal informasi dari Biantoro, saya tahu bahwa itu dulunya merupakan Gedung Bank Harapan Sentosa (BHS). Bank ini awalnya beridir pada 1969 dengan nama PT Bank Dagang Surabaya. Perubahan menjadi BHS baru terjadi pada 1981.
BHS sempat melakukan merger dengan sejumlah bank swasta tanah air. Perkembangannya cukup pesat terwujud dengan pembangunan kantor cabang di berbagai daerah termasuk di dekat kawasan Malioboro dan Tugu Jogja.
Singkat cerita, ekspansi besar-besaran ternyata membuat BHS terjerat kredit bermasalah. Hingga akhirnya kolaps pada 1997, bertepatan dengan momen situasi krisis moneter yang terjadi di Indonesia
Melansir Merdeka, Hasil audit BPK No. 06/01/Auditama II/AI/VII/2000 per tanggal 31 Juli 2000, nilai aset BHS hanya sebesar Rp 573,42 miliar. Hasil audit juga menemukan fakta aliran dana BLBI sebesar Rp 3,87 triliun. Dari jumlah tersebut yang sempat ditarik oleh negara hanya Rp 180 miliar, sehingga kewajiban BLBI yang tersisa mencapai Rp 3,69 triliun. Total aset yang dimiliki tidak mampu menutupi kewajiban BLBI.
Gedung besar di dekat Tugu Jogja jadi saksi kolapsnya BHS. Namun, Mojok belum mengetahui bagaimana status bangunan yang terbengkalai tersebut hingga saat ini.
Namun, masih ada bangunan yang tampak terbengkalai lain yang lebih dekat dengan Malioboro ketimbang monumen Tugu Jogja. Tepatnya di Jalan Margo Utomo ujung selatan. Bangunan megah dengan arsitektur kolonial itu dikelilingi pagar beton dan penutup besi. Orang yang berada di utara Jalan Malioboro, sepintas, bisa menengoknya.
Saat sedang mengelilingi pagar dan mencoba mencari pintu masuk bangunan terbengkalai itu, tiba-tiba saja ada seorang ibu-ibu yang memanggil nama saya. Setelah menengok, ternyata itu mantan ibu pemilik kontrakan yang pernah saya tinggali di Kampung Jogoyudan sisi barat Tugu Jogja.
“Lagi ngapain Mas?” tanyanya sambil menepikan motornya.
Baca halaman selanjutnya…
Hotel tua milik keluarga Soeharto di dekat Malioboro